Mengungkap 10 Perusahaan Farmasi Terbesar Dunia dan Kiprah Mereka dalam Kesehatan Global

bintangbisnis

Industri farmasi global telah tumbuh menjadi sektor bisnis raksasa dengan nilai ekonomi yang luar biasa, memainkan peran penting dalam menyelamatkan jutaan nyawa dan meningkatkan kualitas hidup di seluruh dunia. Sepuluh perusahaan farmasi terbesar dunia bukan hanya mencatatkan pencapaian finansial yang mengesankan, tetapi juga berkontribusi pada riset dan pengembangan (R&D) yang memungkinkan penemuan obat-obatan inovatif, vaksin, hingga terapi terbaru untuk berbagai penyakit kompleks. Berikut adalah potret dari sepuluh raksasa farmasi dunia yang telah membangun jejak panjang dalam industri kesehatan, mulai dari sejarah berdirinya hingga bagaimana mereka mencapai posisi teratas saat ini.

  1. Pfizer (Amerika Serikat)

Pfizer didirikan pada tahun 1849 di Brooklyn, New York, oleh dua imigran Jerman, Charles Pfizer dan Charles Erhart. Berawal sebagai perusahaan kimia kecil, Pfizer berkembang menjadi pemain global dalam dunia farmasi, memproduksi antibiotik, vaksin, dan obat-obatan bagi masyarakat global. Pada 2020, perusahaan ini menjadi pusat perhatian dunia ketika meluncurkan vaksin COVID-19 pertama di dunia yang disetujui untuk penggunaan darurat, dikembangkan bersama BioNTech. Sebelumnya, Pfizer juga dikenal atas produksi obat Lipitor untuk kolesterol, Viagra, dan berbagai produk lain yang mendominasi pasar farmasi.

  1. Roche (Swiss)

Roche, yang didirikan di Basel, Swiss, pada tahun 1896, adalah pemimpin dunia dalam inovasi farmasi, terutama di bidang onkologi (kanker). Roche memiliki dua divisi utama: farmasi dan diagnostik, yang menjadikannya unik di antara perusahaan-perusahaan farmasi besar lainnya. Roche telah mengembangkan berbagai terapi biologis dan antikanker yang revolusioner, termasuk Avastin dan Herceptin, yang mengubah pengobatan kanker payudara dan kolon. Roche juga mengakuisisi Genentech pada 2009, perusahaan bioteknologi yang berfokus pada pengembangan terapi berbasis gen, yang mengukuhkan posisi Roche sebagai pemain utama dalam bioteknologi.

  1. Johnson & Johnson (Amerika Serikat)

Berdiri pada 1886 di New Brunswick, New Jersey, Johnson & Johnson (J&J) adalah perusahaan yang memiliki segmen bisnis luas di bidang farmasi, alat kesehatan, dan produk konsumen. Produk-produk ikonik seperti Tylenol dan Band-Aid telah membuat J&J dikenal di seluruh dunia. Selain itu, perusahaan ini memainkan peran kunci dalam pengembangan vaksin COVID-19, dengan pendekatan vaksin satu dosis yang berbeda. Johnson & Johnson juga telah lama berkecimpung dalam penelitian onkologi, imunologi, dan penyakit menular, dengan banyak produknya masuk ke dalam daftar obat terlaris di dunia.

  1. Merck & Co. (Amerika Serikat)

Merck, atau dikenal sebagai MSD di luar Amerika Serikat, didirikan pada tahun 1891 sebagai cabang dari perusahaan Jerman E. Merck. Kini, Merck & Co. berkantor pusat di Kenilworth, New Jersey. Merck terkenal atas penciptaan obat-obatan inovatif seperti Keytruda, terapi imunoterapi terkemuka untuk kanker. Keytruda telah menjadi terobosan besar di bidang onkologi, memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru-paru, melanoma, dan jenis kanker lainnya. Selain itu, Merck memiliki portofolio produk antivirus yang penting, termasuk obat anti-HIV dan anti-hepatitis C.

  1. Novartis (Swiss)

Novartis lahir dari penggabungan antara dua perusahaan Swiss, Ciba-Geigy dan Sandoz, pada tahun 1996. Berbasis di Basel, Novartis terkenal atas penelitian intensif dan produk-produk yang menangani penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Novartis juga berinvestasi besar dalam terapi gen, terutama setelah mengakuisisi AveXis untuk mengembangkan pengobatan atrofia otot spinal (SMA). Dengan komitmen kuat pada terapi kanker, Novartis juga menghadirkan Glivec, obat leukemia yang diakui sebagai salah satu terobosan terbesar di bidang onkologi.

  1. Sanofi (Prancis)

Sanofi, dengan kantor pusat di Paris, Prancis, adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Eropa. Didirikan pada tahun 1973, Sanofi telah tumbuh melalui berbagai merger dan akuisisi, termasuk menggabungkan Aventis pada 2004. Sanofi telah memfokuskan risetnya pada penyakit kronis seperti diabetes, dan produk-produk seperti Lantus telah menjadi penjualan besar di bidang insulin. Selain itu, Sanofi adalah pemimpin di bidang vaksin melalui divisi Sanofi Pasteur, yang telah memproduksi vaksin untuk influenza, rabies, dan demam kuning.

  1. GlaxoSmithKline (GSK) (Inggris)

GlaxoSmithKline (GSK) lahir dari penggabungan dua perusahaan farmasi besar Inggris, Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham, pada tahun 2000. Berbasis di Brentford, Inggris, GSK memiliki fokus utama pada vaksin, obat-obatan pernapasan, dan HIV/AIDS. Produk inhaler untuk asma, seperti Advair, dan terapi HIV telah menjadi bagian penting dari portofolio GSK. GSK juga menjadi salah satu pemain besar dalam pengembangan vaksin COVID-19 dan terus memperkuat risetnya di bidang bioteknologi dan vaksin.

  1. AstraZeneca (Inggris-Swedia)

AstraZeneca terbentuk pada tahun 1999 dari penggabungan antara Astra AB dari Swedia dan Zeneca Group dari Inggris. Dengan fokus pada penyakit pernapasan, onkologi, dan kardiovaskular, AstraZeneca telah menghadirkan produk-produk unggulan seperti Symbicort untuk asma dan Brilinta untuk penyakit kardiovaskular. AstraZeneca menjadi sorotan dunia selama pandemi COVID-19, bekerja sama dengan Universitas Oxford untuk mengembangkan salah satu vaksin COVID-19 pertama yang tersedia di pasar global. Komitmen AstraZeneca dalam menekan biaya vaksin membuatnya mendapatkan dukungan dari berbagai negara.

  1. AbbVie (Amerika Serikat)

AbbVie lahir pada tahun 2013 sebagai hasil spin-off dari Abbott Laboratories. Berkantor pusat di North Chicago, Illinois, AbbVie menjadi terkenal dengan produk biologis Humira, obat terlaris yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti arthritis reumatoid dan Crohn’s disease. AbbVie juga terus berinvestasi dalam pengembangan terapi berbasis antibodi monoklonal dan onkologi, serta memperkuat posisinya melalui akuisisi Allergan pada 2020, yang menambah lini produk estetika medis seperti Botox ke dalam portofolio perusahaan.

  1. Bayer (Jerman)

Bayer adalah perusahaan farmasi dan kimia multinasional asal Jerman yang didirikan pada tahun 1863 dan berkantor pusat di Leverkusen. Bayer dikenal di seluruh dunia atas merek dagangnya seperti aspirin, yang telah dipasarkan sejak akhir abad ke-19. Bayer juga memiliki portofolio produk yang kuat di bidang onkologi, kardiovaskular, dan kesehatan wanita. Selain itu, akuisisi besar Bayer terhadap Monsanto pada 2018 menambah sektor agrikultur ke dalam bisnisnya, memperkuat posisi Bayer di bidang sains kesehatan dan pangan global.

 

Industri farmasi menghadapi tantangan besar dalam menjawab kebutuhan kesehatan global, baik melalui inovasi teknologi, kemitraan lintas negara, maupun penelitian untuk mencari pengobatan baru. Sepuluh perusahaan farmasi ini telah memimpin jalan dengan visi besar, keberanian dalam riset, dan komitmen terhadap kesehatan publik. Dengan investasi besar dalam R&D, perusahaan-perusahaan ini berada di garis depan dalam mengembangkan solusi medis untuk penyakit yang dulunya sulit diatasi. Namun, keberhasilan mereka juga menimbulkan tantangan etis dan ekonomis, terutama terkait harga obat dan aksesibilitas. Dengan peran besar dalam sektor kesehatan, keberlanjutan industri farmasi akan sangat bergantung pada bagaimana raksasa-raksasa ini menjaga keseimbangan antara inovasi, tanggung jawab sosial, dan profitabilitas.

 

Share This Article