Pelemahan sektor bisnis tambang dan komoditi rupanya juga punya dampak terhadap kinerja bisnis group konglomerasi swasta terbesar Indonesia, PT Astra International Tbk. Setidaknya hal itu tampak dari kinerja semester pertama 2016 dari konglomerasi yang punya multi bisnis tersebut (otomotif, finansial, agro, tambang, properti, infrastruktur, dll) tersebut.
Sebagaimana dipaparkan dalam laporan keuangan resmi, PT Astra International Tbk (ASII) mencatat penurunan laba bersih pada semester I 2016 sebesar 12 % dari Rp 8 triliun menjadi Rp 7,1 triliun. Penurunan ini utamanya dipicu pelemahan harga komoditas dan penurunan permintaan alat berat.
“Laba bersih grup Astra selama semester pertama menurun. Tantangan pada semester pertama tahun ini berasal dari pelemahan harga komoditas dan permintaan terhadap alat berat,” ujar Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiarto, dalam keterangan tertulisnya.
Menurut penjelasan Prijono, selain pelemahan harga komoditas dan penurunan permintaan alat berat, penurunan volume bisnis kontraktor pertambangan dan peningkatan kredit bermasalah di Permata Bank masih akan dirasakan hingga akhir tahun. “Walaupun demikian, kami berharap kinerja dari bisnis pembiayaan konsumen dan otomotif masih solid,” jelas Prijono.
Penurunan laba bersih perseroan diiringi dengan penurunan pendapatan bersih konsolidasi Astra pada sebesar 5 % menjadi Rp 88,2 triliun pada semester I 2016 dari Rp 92,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Grup Astra mengalami penurunan pendapatan bersih di sektor alat berat dan pertambangan serta agrobisnis, sementara kontribusi pendapatan bersih dari Toyota Sales Operation juga menurun,” tandas Prijono. Selain itu, juga tercatat bahwa laba bersih per saham pun mengalami penurunan sebesar 12 % dari Rp 199 per saham menjadi Rp 176 per saham.