Dimulai Dari 3 Orang, Koperasi Syariah Ini Beraset Rp 1,2 Triliun

bintangbisnis

Siapa bilang umat Islam lemah dalam berbisnis dan berdagang. Semua tergantung visi, kesungguhan, komitmen dan kesediaan bekerja keras dari para subyeknya. Sudah banyak yang membuktikan bahwa organisasi usaha yang dibangun komunitas muslim juga bisa sukses dan berkembang. Tengoklah Koperasi KSPPS BMT Bina Umat Sejahtera yang berpusat di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. 

 

Diam-diam, koperasi syariah ini sudah membukukan aset Rp 1,2 triliun. Luar biasa. Jelas, ini bukan angka yang kecil. Menarik belajar dari kiat dan kisah sukses koperasi syariah ini, apalagi awalnya mereka hanya dikelola oleh 3 orang sarjana yang ketiganya bukan lulusan dari fakultas ekonomi.

 

 

Didirikan tahun 1996, koperasi syariah ini dirintis oleh beberapa pemuka Muslim di Rembang, seperti H. Aris Munandar, H. Wiratmoko, dan H. Nowohadi TS. Mereka bervisi  untuk tidak hanya berpikir dan beribadah mahdoh, namun juga ingin melakukan amal sholih yang dapat bermanfaat untuk orang banyak. Maka kemudian dicoba rintislah sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang dapat memberdayakan umat untuk mencapai kesejahteraan. Ide itu kemudian gayung bersambut dengan ICMI Rembang yang saat itu didirikan yang kemudian organisasi itu membantu menjembatani unit usaha baru ini. 

Saat itu lalu ditunjuk dua orang, yakni H. Muskuri Zuhdi Lc, seorang Kyai di Rembang,  untuk mendirikan BMT di wilayah Rembang (sekarang BMT Shohibul Ummat).  Adapun H. Abdullah Yazid seorang Kyai yang juga pedagang kelontong di Pasar Lasem, mendirikan BMT di wilayah Lasem (sekarang bernama KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera/BUS).  Kedua kyai itu menjadi pilar berdirinya BMT di Kabupaten Rembang yang didorong oleh ICMI. 

 

Koperasi Bina Ummat Sejahtera (BUS)  itu sendiri didirikan pada tahun 1996 dengan berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU).  Menarik, dibawah kepengurusan H. Abdul Yazid pada awal berdirinya, BMT BUS hanya dikelola oleh 3 orang sarjana yang mana ketiganya bukanlah lulusan dari ekonomi. Ketiga orang tersebut adalah Drs. Ahmad Zuhri dengan latar belakang pendidikan keguruan, Drs. Saifudin dengan latar belakang pendidikan publistik, Drs. Rokhmad dengan latar belakang  pendidikan ilmu syariah. Meskipun dari ketiganya tidak ada yang berlatar belakang ekonomi namun berkat kekuatan niat dan semangat berhasil  menghantarkan BMT Bina Umat Sejahtera menjadi lembaga yang saat ini mampu bersaing di kancah perekonomian nasional.

Ketika awal didirikan, fokus utamanya menentukan segmentasi pasar yang tepat. BMT Bina Umat Sejahtera ini sengaja fokus menggarap para pedagang di pasar tradisional yang berada pada kelompok menengah kebawah. Pasalnya, kelompok ini rentan akan praktek hutang renternir, dimana mereka menggunakan pinjaman modal dari para pemilik uang dengan bunga yang relatif tinggi yang tidak sesuai dengan syariat islam. Ketiga tokoh diatas untuk mendirikan BMT Bina Umat Sejahtera dalam rangka ingin membangun ekonomi yang syariah.

 

 

Menarik, koperasi ini awalnya hanya bermodal Rp 2 juta dari pengelola yang berjumlah 3 orang. Ketiganya keluar-masuk pasar untuk memberikan bantuan permodalan dengan menggunakan sistem bagi hasil. Perilaku sistem bagi hasil ini ternyata menarik minat para pedagang kecil mereka seolah mendapatkan angin segar dan perlahan melepaskan diri dari praktek renternir. Berkat kegigihan dan semangat yang dimiliki oleh para pengelola, perlahan namun pasti menunjukan pertumbuhan yang signifikan baik dari segi jumlah anggota yang dilayani maupun nominal pembiayaan yang diberikan. 

 

Selain memberikan pembiayaan, para pengelola juga memberikan edukasi kepada para anggota agar menyisihkan hasil usaha sebagai simpanan yang digunakan untuk kepentingan yang tidak terduga. Edukasi ini membuat banyak anggota pembiayaan yang awalnya hanya mempunyai pembiayaan, pada akhirnya juga mempunyai simpanan, mungkin simpanan yang mereka miliki tidak terlalu besar akan tetapi mereka para anggota sudah ikut serta dalam peningkatan aset yang dimiliki BMT Bina Ummat Sejahtera. 

 

 

Dengan berjalannya waktu badan hukum yang semula KSU ini kemudian disempurnakan menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSPS). Kemudian disempurnakan lagi menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wat Tamwil “Bina Ummat Sejahtera” atau yang biasa kita kenal dengan nama KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera. 

 

Kini KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) sudah menjelma menjadi salah satu koperasi syariah terbesar di Indonesia, dengan aset sekitar Rp 1,2 triliun. Koperasi ini punya 118 kantor layanan yang tersebar di 7 (tujuh) propinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, DIY, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

 

Koperasi syariah ini bisa berkembang karena punya produk-produk syariah yang dipercaya pelanggannya seperti simpanan, simpanan haji, pembiayaan modal kerja, dan sebagainya, yang berdasarkan syariah. Sektor yang dilayani antara lain pertanian, perdagangan, jasa, perikanan, industri, dll. Termasuk memberikan pembiayaan pengadaan / jual beli barang, misalnya ada anggota yang membutuhkan barang yang dapat dipergunakan untuk aktifitas sehari-hari. Pembiayaan pengadaan (jual-beli) barang ini menggunakan akad pembiayaan murobahah.

 

 

Bacaan Terkait : 
Share This Article