BNI Syariah Optimistis Tumbuh Andalkan Strategi Digitalisasi

bintangbisnis
Manajemen PT BNI Syariah tetap optimis perusahaan akan bisa tumbuh di tengah pandemi. Perusahaan itu akan fokus membangun ekosistem digital banking, baik dari sisi teknologi dan sumber daya manusia. BNI Syariah yakin mampu menggarap digital banking dan transaksional banking, hingga sektor mikro.


Selain itu, menurut Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, BNI Syariah akan meningkatkan pangsa pasar dalam perbankan syariah, termasuk peningkayan dari sisi permodalan, produktivitas, dan efisiensi dengan menggarap sektor halal. “Sektor halal itu luas, ada halal farmasi, food, dan yang lainnya. Di sektor halal ini kita masuk ke yang lebih menengah kecil,” katanya


Abdullah Firman Wibowo mengatakan hingga kuartal I-2020 belum terlihat dampak COVID-19 pada kinerja perusahaan. Hingga Maret 2020 mencatat peningkatan aset 16,19% menjadi Rp 51,13 triliun dibandingkan Maret 2019 senilai Rp 44 triliun. Sementara laba bersih pada Maret 2020 mencapai Rp 214 miliar, naik 58% dibandingkan Maret 2019 senilai Rp 135,35 miliar.
 
“Kami membuat proyeksi dengan adanya COVID-19 ini, dan membuat simulasi dari yang paling ringan, sedang, dan berat dengan stress analysis. Kami melihat pada tantangan yang paling berat stress analysis, kami masih bisa tumbuh,” kata Abdullah Firman.
 
Menurutnya jika tahun lalu rata-rata pertumbuhan bisa double digit, maka tahun ini masih bisa tetap tumbuh meski tidak setinggi sebelumnya. “Kalau tahun lalu bisa double digit tahun ini bisa tumbuh setengahnya lah paling tidak sekitar 5-6%,” kata Abdullah.
 
BNI Syariah juga berkomitmen menjaga kualitas pembiayaan, dan mengoptimalkan relaksasi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Abdullah mengatakan pihaknya akan melakukan maping dan monitoring terhadap debitur yang terkena dampak COVID-19, agar relaksasi yang diberikan tepat sasaran.
 
“Kami akan lebih memperbaiki kualitas pembiayaan. Di tengah pandemi ini dari sisi kinerja masih bisa tumbuh dan kita optimis masih bisa mengatasi. Apalagi syariah harus bermanfaat untuk kemashalatan umat, dan kami yakin bisa mengatasi masalah ini,” ujar Abdullah.
 
Di masa pandemi ini BNI Syariah mencatatkan transaksi perbankan melalui digital banking naik 30-40%. Menurutnya hal ini merupakan keberhasilan BNI Syariah dalam mengedukasi nasabahnya menggunakan layanan digital dibandingkan offline.
 
“Di sektor syariah indeks literasi rendah sekitar 8% dari sekian orang paham produk dan syariah, secara inklusi juga hanya 11% keterwakilan BNI Syariah untuk melayan remote area. COVID-19 ini memberikan pembelajaran, walaupun tidak bisa hadir di kantor cabang peningkatkan transaksi naik 30%, tadinya yang masih tradisional mulai menggunakan e-banking, efisiensi meningkat,” katanya.
 
Setelah menjadi bank BUKU 3, dia menambahkan BNI Syariah membuka opsi membuka layanan di luar negeri, bersama dengan jaringan induknya. Dengan begitu BNI Syariah bisa melebarkan sayapnya menggarap trade finance dan remittance.
 
“Orang Indonesia di luar negeri kan bisa 6-7 juta orang, dan mereka mengirim uang melalui agen remittance bisa jadi bukan dari Indonesia, maka kehadiran BNI Syariah bisa menjadi solusi,” katanya.
 
Dengan peningkatan layanan, Abdullah menilai posisi bank syariah bisa lebih baik. Pasalnya saat ini sektor syariah masih kurang dari sisi permodalan, dan masih jauh di bawah kapasitas bank konvensional.
 
“Salah satunya dengan meningkatkan permodalan, kami mau leading dari profitability dan efisiensi. Kami juga semakin yakin bisa menjamin daerah yang remote area, jadi mereka memiliki pilihan bisa menggunakan konvensional dan syariah,” ujar Abdullah.




Baca artikel lain: 

 

Share This Article