Emiten di bidang pengembang kawasan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) membukukan total penjualan dan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 1,62 triliun pada semester pertama 2017, meningkat 19% dibandingkan dengan periode yang sama 2016. Pertumbuhan terutama didorong oleh Pilar bisnis Land Development & Property dan Infrastruktur, dengan peningkatan penjualan masing-masing sebesar 20% dan 19% (yoy).
“Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari kontribusi penjualan Kendal Industrial Park, yang meningkat menjadi Rp 246,8 miliar selama semester pertama 2017 dibandingkan dengan Rp 29,4 miliar di tahun sebelumnya karena membaiknya permintaan,” ujar Corporate Secretary, Muljadi Suganda, melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (1/8).
Pada periode yang sama, kontribusi pendapatan dari pembangkit listrik, yang merupakan bagian dari pilar Infrastruktur, meningkat 23% dari Rp619,9 miliar di semester pertama 2016 menjadi Rp765 miliar pada semester pertama 2017 terutama karena pembangkit listrik beroperasi pada kapasitas penuh selama semester pertama 2017. Sementara pada semester pertama 2016 pembangkit listrik hanya beroperasi setengah dari kapasitasnya akibat adanya kebocoran pada salah satu boiler , yang kemudian telah diperbaiki sepenuhnya pada bulan Agustus tahun lalu.
Total pendapatan berulang (recurring revenue) dari bisnis infrastruktur Perseroan (pembangkit listrik, dry port, dan penyediaan dan pengolahan air bersih dan limbah) menyumbang 60% dari total pendapatan pada semester pertama 2017, relatif sama dibandingkan dengan 61% pada 2016.
Sejalan dengan total penjualan dan pendapatan, laba kotor Perseroan juga meningkat dari Rp553 miliar di semester pertama 2016 menjadi Rp626,4 miliar di 2017. Pada saat yang sama, margin laba kotor konsolidasi Perseroan sedikit menurun dari 41% di 2016 menjadi 39% di semester pertama 2017.
“Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya marjin laba kotor dari pilar Land Development & Property di tahun 2017 menjadi 63%, dibandingkan dengan 77% pada tahun sebelumnya. Penurunan margin laba kotor ini terutama berasal dari kontribusi penjualan di Kendal, yang secara rata-rata memiliki margin yang lebih rendah dibandingkan dengan penjualan di Cikarang,” jabar Muljadi.
Sementara itu margin laba kotor pilar bisnis Infrastruktur meningkat dari 19% di semester I 2016 menjadi 24% di 2017, sedangkan margin laba kotor untuk pilar Leisure & Hospitality meningkat dari 43% di 2016 menjadi 47% di 2017.
Laba bersih KIJA untuk semester I 2017 tercatat sebesar Rp218,9 miliar, turun 32% dibandingkan
semester I 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya keuntungan selisih kurs – bersih (netto) sebesar Rp158,8 miliar di semester pertama 2016, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya Rp28,5 miliar yang tercatat pada 2017.
Jika keuntungan selisih kurs tersebut tidak diperhitungkan (dihilangkan), maka sebenarnya laba bersih Perseroan untuk semester pertama tersebut meningkat 18% dari Rp161,9 miliar menjadi Rp190,4 miliar di tahun 2017.
Keuntungan selisih kurs neto tersebut merupakan jumlah bersih (netto) dari keuntungan/kerugian selisih kurs pendanaan dan keuntungan dari kontrak lindung nilai (hedging), serta keuntungan/kerugian selisih kurs operasi, yang dapat ditemukan catatan atas laporan keuangan konsolidasian pada akun beban keuangan dan pendapatan lainnya Semester Pertama 2017.
“Sejalan dengan perolehan total penjualan dan pendapatan dan laba kotor Perseroan, EBITDA Perseroan di semester 1 2017 mencapai Rp 500,2 miliar, meningkat 18% dibandingkan dengan Rp422,8 miliar yang dicapai pada semester pertama 2016,” tutup Muljadi.