Kisah Inspiratif Pendiri Toyota: Nyaris Bangkrut, PHK, Dan Tak Bisa Bayar Gaji Karyawan

bintangbisnis

Toyota, sebuah nama yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai simbol kualitas, efisiensi, dan inovasi dalam industri otomotif, memiliki sejarah yang menarik, penuh perjuangan, dan visi yang jauh melampaui zamannya. Di balik kesuksesan Toyota berdiri seorang pendiri visioner, Kiichiro Toyoda, yang membangun sebuah kerajaan otomotif dari dasar yang sederhana. Kisah sukses Toyota tidak hanya tentang inovasi teknologi, tetapi juga tentang tekad, dedikasi, dan adaptasi terhadap tantangan yang tampaknya tak teratasi.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Kiichiro Toyoda lahir pada tahun 1894 di sebuah keluarga yang memiliki bisnis manufaktur alat tenun otomatis, Toyoda Automatic Loom Works. Ayahnya, Sakichi Toyoda, adalah seorang penemu dan pengusaha yang dihormati, dikenal sebagai “Raja Penemu Jepang” karena ciptaannya yang merevolusi industri tekstil. Meskipun dilahirkan dalam keluarga yang sudah sukses di industri tekstil, Kiichiro memiliki visi yang berbeda. Dia tertarik pada dunia mesin dan teknologi yang berkembang pesat pada awal abad ke-20.

Kiichiro belajar teknik di Tokyo Imperial University, di mana ia memperoleh wawasan yang mendalam tentang teknologi mesin. Saat itu, industri otomotif masih dalam tahap perkembangan di Jepang, tetapi Kiichiro menyadari potensi besar dalam kendaraan bermotor. Perjalanannya ke Eropa dan Amerika pada tahun 1920-an membuka matanya terhadap kemajuan teknologi otomotif di Barat, terutama di Amerika, di mana Ford dan General Motors mendominasi pasar.

Tantangan-Tantangan Awal

Meskipun datang dari keluarga yang bergerak di bidang tekstil, Kiichiro percaya bahwa masa depan ada di industri otomotif. Namun, meyakinkan keluarganya untuk mengalihkan fokus dari bisnis tekstil yang sudah mapan ke bisnis otomotif yang belum terbukti di Jepang bukanlah tugas yang mudah. Ayahnya, Sakichi, yang mendukung inovasi, memberikan restu, tetapi banyak pihak lain dalam keluarga dan bisnis yang skeptis.

Pada tahun 1933, Kiichiro mendirikan divisi otomotif di bawah perusahaan tekstil keluarganya. Namun, ia segera menyadari bahwa membangun mobil adalah tantangan yang jauh lebih besar daripada sekadar mengembangkan alat tenun otomatis. Jepang, pada waktu itu, sangat tergantung pada impor kendaraan dari Amerika Serikat, dan ada sedikit pengalaman lokal dalam produksi mobil. Kiichiro harus menghadapi kekurangan sumber daya, teknologi, dan keterampilan lokal.

Namun, tantangan terbesar datang dari krisis keuangan global dan Perang Dunia II yang segera pecah. Pada tahun 1937, Kiichiro secara resmi memisahkan divisi otomotif menjadi Toyota Motor Corporation. Ini adalah langkah berani, terutama mengingat Jepang sedang menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan politik.

Jatuh Bangun di Awal Merintis Bisnis

Pada awal berdirinya Toyota Motor Corporation, perusahaan ini menghadapi serangkaian kegagalan yang hampir menghancurkan bisnis. Model pertama yang diproduksi Toyota, yaitu A1, tidak mendapatkan sambutan baik dari pasar. Konsumen Jepang lebih tertarik pada merek-merek asing yang sudah memiliki reputasi kuat. Biaya produksi yang tinggi dan infrastruktur yang belum memadai membuat Toyota kesulitan bersaing.

Kiichiro dan timnya harus bekerja keras untuk memperbaiki desain dan meningkatkan efisiensi produksi. Mereka mengadopsi prinsip-prinsip yang nantinya akan dikenal sebagai “lean manufacturing” atau produksi ramping, yang fokus pada pengurangan limbah dan peningkatan efisiensi di setiap tahap proses produksi. Filosofi ini kemudian menjadi inti dari Sistem Produksi Toyota yang legendaris.

Salah satu titik terendah dalam perjalanan Toyota adalah ketika Perang Dunia II meletus. Selama masa perang, Toyota terpaksa menghentikan produksi kendaraan sipil dan beralih ke produksi kendaraan militer. Setelah perang, Jepang hancur, ekonomi lumpuh, dan Toyota hampir bangkrut. Pada tahun 1949, perusahaan bahkan tidak dapat membayar gaji karyawan dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja massal. Toyota benar-benar sedang di persimpangan jalan. Sungguh sangat berat masa depannya.

Namun, dalam situasi yang tampaknya mustahil ini, Kiichiro tetap bertahan. Dia percaya bahwa Toyota memiliki masa depan yang cerah, dan dia tidak menyerah. Salah satu keputusan paling signifikan yang diambilnya adalah mengundurkan diri sebagai presiden perusahaan pada tahun 1950, sebuah langkah yang dimaksudkan untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis keuangan. Meskipun demikian, kontribusinya pada kebangkitan Toyota tidak diragukan lagi.

Kegagalan yang Menjadi Batu Loncatan Menuju Kesuksesan

Setelah Perang Dunia II, Toyota mulai memproduksi kendaraan lagi, tetapi kali ini dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan terencana. Mereka mulai dengan memproduksi truk kecil dan kendaraan komersial untuk mendukung pembangunan kembali Jepang. Pelajaran dari kegagalan masa lalu mendorong Toyota untuk lebih fokus pada kualitas, efisiensi, dan inovasi.

Pada tahun 1957, Toyota meluncurkan model Crown, mobil pertama yang diekspor ke Amerika Serikat. Meskipun penjualan awal tidak spektakuler, ini adalah langkah pertama Toyota menuju pasar global yang lebih luas. Toyota juga mulai mengembangkan model-model yang lebih hemat bahan bakar dan terjangkau bagi konsumen, yang kemudian menjadi salah satu kekuatan utama mereka di pasar global.

Selama dekade-dekade berikutnya, Toyota terus berinovasi. Pada tahun 1966, mereka meluncurkan Toyota Corolla, yang kemudian menjadi salah satu mobil terlaris di dunia. Keberhasilan Corolla tidak hanya disebabkan oleh desain yang menarik, tetapi juga oleh keandalan dan efisiensi bahan bakarnya, yang sesuai dengan kebutuhan konsumen global.

 

Strategi Bisnis yang Membawa Kesuksesan Global

Kesuksesan Toyota tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah strategi kunci yang diterapkan Kiichiro Toyoda dan penerusnya untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan. Salah satu strategi utama adalah penerapan Sistem Produksi Toyota, yang berfokus pada pengurangan limbah, peningkatan efisiensi, dan kualitas produk yang tinggi. Pendekatan ini memungkinkan Toyota untuk memproduksi kendaraan dengan biaya lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas.

Toyota juga dikenal dengan inovasi teknologi yang konsisten. Mereka adalah pionir dalam pengembangan mobil hibrida dengan meluncurkan Toyota Prius pada tahun 1997. Prius menjadi mobil hibrida pertama yang diproduksi secara massal dan merupakan tonggak penting dalam industri otomotif global. Inovasi ini membantu Toyota memposisikan diri sebagai pemimpin dalam mobil ramah lingkungan, yang kini menjadi tren utama di industri otomotif.

Selain itu, Toyota selalu berfokus pada ekspansi global. Dari Jepang, mereka memperluas operasinya ke Amerika Serikat, Eropa, dan pasar-pasar berkembang lainnya. Saat ini, Toyota menjual kendaraan di lebih dari 170 negara di seluruh dunia, dengan pabrik-pabrik yang tersebar di berbagai benua. Kesuksesan global ini juga didukung oleh kemampuan Toyota untuk beradaptasi dengan kebutuhan lokal di setiap pasar yang mereka masuki.

Jangkauan Global

Hingga hari ini, Toyota terus menjadi salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Pada tahun 2021, Toyota menjadi perusahaan otomotif pertama yang memproduksi lebih dari 10 juta kendaraan dalam satu tahun. Penjualan global mereka tetap kuat, terutama di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa. Tahun 2023 lalu, Toyota sukses menjual 11,2 juta mobil di seluruh dunia.

Inovasi tetap menjadi jantung dari strategi bisnis Toyota. Mereka terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan kendaraan listrik, otonom, dan berbasis hidrogen. Toyota juga telah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, dengan fokus pada pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

 

Kisah sukses Toyota adalah cerminan dari visi dan ketekunan Kiichiro Toyoda, yang mampu membawa perusahaannya dari nol hingga menjadi pemimpin global dalam industri otomotif. Warisan inovasi, efisiensi, dan komitmen terhadap kualitas terus hidup dalam setiap kendaraan yang diproduksi Toyota hari ini. Bagi para pengusaha dan pebisnis, kisah Kiichiro adalah pelajaran berharga tentang pentingnya visi jangka panjang, keberanian menghadapi kegagalan, dan adaptasi terhadap perubahan zaman.

Share This Article