Mengisi rumah dengan furnitur berkelas kini bukan lagi monopoli kalangan miliarder. Di tangan Robin Wibowo, bisnis interior beraroma Eropa menjadi lebih akrab bagi kalangan menengah-atas Indonesia. Inilah cerita Veranda: merek furnitur yang memanjakan selera klasik, sekaligus membaca realitas piramida sosial dengan presisi dagang.
Sabtu pagi itu, Rossa Sutoyo, 45 tahun, tampak semringah. Impian bertahun-tahun membangun rumah impian di kawasan elit BSD City akhirnya rampung. Rumah tiga lantai senilai Rp 2,4 miliar itu kini berdiri anggun, menanti disentuh nuansa kehangatan dari furnitur berkualitas. Tak menunggu lama, Rossa pun melaju ke kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Di sanalah, di sebuah ruang pajang bernama Veranda, ia menemukan “jiwa” bagi ruang-ruang kosong rumah barunya—tiga bedroom set dan satu set furnitur ruang tamu langsung dipesan pagi itu juga.
Meski kunjungan itu mendadak—dipicu oleh iklan di surat kabar pagi hari—namun keputusan Rossa bukan tanpa alasan. Akses mudah dari BSD ke Fatmawati melalui tol Simatupang membuat kunjungan ini praktis. Di atas semua itu, nama Veranda sendiri telah familiar di telinga kalangan menengah-atas Jabodetabek yang gandrung akan gaya interior klasik. Dan satu nama berdiri di balik semuanya: Robin Wibowo.
Dari Gorden ke Gaya Hidup
Kisah Veranda tidak bisa dipisahkan dari figur Robin, pendiri sekaligus pemilik saham mayoritas perusahaan ini. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti tahun 1985 ini memulai langkahnya di dunia interior bukan sebagai desainer bersertifikat, melainkan sebagai penjual gorden dan furnitur skala kecil. Tapi kecintaannya terhadap dunia interior membuatnya nekat mendesain sendiri rumah-rumah pelanggannya. Modal utamanya? Selera. Bukan ijazah.
Lima tahun pertama dijalani Robin dengan sabar. Ia membangun relasi langsung dengan para pelanggan, menyerap aspirasi mereka, dan perlahan menciptakan basis pelanggan yang setia. Anehnya, banyak dari pelanggan awal ini justru menanyakan produk yang belum dimilikinya. Alih-alih kecewa, Robin melihat ini sebagai validasi paling otentik: pasar mempercayainya. Maka satu kesimpulan muncul—permintaan sudah ada, tinggal memasoknya.
Tahun 1989 menjadi titik balik. Dalam kunjungannya ke berbagai pameran furnitur di Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat, Robin menangkap satu peluang: pasar furnitur Indonesia kekurangan produk impor premium. Sekembalinya ke Jakarta, ia pun mulai mengimpor barang-barang interior berkualitas tinggi dan membuka showroom kecil di sebuah ruko di Jl. Fatmawati. Nama “Veranda”, yang berarti serambi dalam Bahasa Italia, dipilih sebagai identitas bisnis barunya—kesan hangat sekaligus elegan.
Satu Kontainer ke Sepuluh
Awalnya, bisnis Veranda berjalan seperti siput. Robin hanya mampu mendatangkan satu kontainer per pengiriman. Semua harus dijual habis sebelum bisa memesan lagi. Namun ia tidak menyerah. Siang malam ia menjelajah pasar dalam negeri, mengenalkan Veranda ke komunitas elite Jakarta, sembari terus mencari mitra pabrikan furnitur yang bisa diajak kerja sama jangka panjang.
Dalam dua tahun pertama, Robin mengelilingi berbagai negara produsen furnitur kelas dunia. Semua ia lakukan sendiri. Ia hadir langsung di pabrik, berdiskusi dengan pemilik, membangun kepercayaan. “Saya tidak ingin jadi reseller biasa. Saya ingin masuk ke hulu, ke tempat di mana desain dan kualitas ditentukan,” kenangnya.
Usahanya berbuah. Lambat laun, nama Veranda mulai diperbincangkan di antara para pemilik rumah mewah, desainer interior, dan pengembang properti. Produk-produknya dikenal memiliki cita rasa tinggi dan kualitas yang konsisten. Getok tular antar pelanggan menjadi penggerak utama pertumbuhan. Bahkan, ketika iklan hanya menjadi pemicu awal, rekomendasi personallah yang menutup transaksi.
Dari Ruko ke Menara 6 Lantai
Dengan permintaan yang terus meningkat, Robin tahu bahwa skala harus diikuti dengan infrastruktur. Tahun 2002, ia mulai membangun showroom baru bertingkat enam di Jl. Fatmawati. Bangunan seluas 5.000 meter persegi itu tidak hanya menjadi ruang pajang, melainkan juga pusat komando bisnisnya. Dua tahun kemudian, pada 2004, showroom baru tersebut resmi dibuka. Dan bank—melihat arus kas Veranda yang sehat—tidak keberatan mengucurkan dana untuk ekspansi.
Kini, showroom Veranda menampung hampir semua jenis kebutuhan interior rumah. Mulai dari sofa, bufet, set kamar tidur, wallpaper, gorden, hingga flooring. Semua tersedia. Bahkan, layanan desain interior pun disediakan untuk pelanggan yang butuh panduan visual.
Tiap lantai punya spesialisasi sendiri. Lantai 1-3 untuk furnitur bergaya klasik, lantai 4-5 untuk gaya Amerika, dan lantai 6 untuk produk minimalis. Semua produk diimpor. Mayoritas (80%) berasal dari Spanyol, sisanya dari AS, Italia, dan Thailand.
Volume penjualan pun melonjak. Dari hanya satu kontainer, kini Robin mengimpor sekitar 10 kontainer per bulan. Rantai pasok diperkuat. Relasi dengan pabrikan internasional semakin erat. “Kami tak hanya membeli barang jadi. Kami berdiskusi tentang desain, warna, bahkan ukuran yang cocok untuk pasar Indonesia,” ujarnya. Dalam hal ini, tim desain Veranda rutin mengunjungi pameran furnitur di Valencia untuk memperbarui katalog dan memberi masukan kepada mitra pabrik.
Seni Menyentuh Segmen Menengah-Atas
Keberhasilan Veranda tidak semata pada kualitas produk atau indahnya showroom. Strategi segmen menjadi faktor pembeda utama. Robin tidak mengejar pasar super premium seperti DaVinci. Ia mengincar pasar menengah-atas—kalangan dengan daya beli cukup besar, namun tetap mencari nilai optimal dari uang yang dibelanjakan.
“Kami menjual barang dari Rp 5 juta sampai di atas Rp 100 juta per item. Jadi, segmen menengah pun bisa masuk,” ujar Robin. Menurutnya, struktur sosial Indonesia berbentuk piramida: segmen menengah jauh lebih luas daripada segmen atas. Ini yang dimanfaatkan Veranda. “Kami tidak mau masuk ke segmen low. Itu bukan kelas kami.”
- Kisah Sukses Resto SS, Modal Rp 9 Juta, Kini Punya Puluhan Outlet
- Kisah Sukses Pengusaha Celana Jean Terbesar Di Dunia
- Inilah Rahasia Sukses Pemasaran Kosmetik MS Glow
- Jurus Jitu Untuk Tingkatkan Omset Jualan Online
- Tip Sukses Merintis Bisnis Kontraktor & EPC
Veranda mengusung slogan “The Prestigious Way to Life.” Sebuah janji bahwa kemewahan tidak selalu berarti menguras isi tabungan. Seorang konsumen bisa mengisi rumah mewahnya dengan furnitur Veranda hanya dengan Rp 200 juta, meski rumahnya bernilai miliaran.
Produk dengan perputaran tercepat adalah barang seharga Rp 20-40 juta per unit—kategori yang ideal untuk menengah-atas. Dan untuk menjaga variasi, Veranda menyediakan hingga 30 desain berbeda untuk bedroom set, lebih dari 20 desain untuk sofa, dan terus bertambah setiap tahun.
Menjual Gaya Hidup, Bukan Sekadar Barang
Lebih dari sekadar menjual produk, Robin menyadari bahwa banyak pelanggannya butuh bimbingan. Maka, Veranda juga menjual solusi. Konsumen yang bingung menata interior akan dibantu oleh tim konsultan interior perusahaan. Mereka tidak hanya menjual, tetapi mendampingi. Mulai dari layout ruang, pemilihan warna, hingga penempatan detail seperti karpet dan pencahayaan.
“Banyak orang punya uang, tapi bingung mau beli apa dan diletakkan di mana. Di sinilah peran kami,” kata Robin. Ia bahkan mengalokasikan tim khusus untuk layanan purnajual. Pelanggan lama yang minta penataan ulang, penggantian barang, atau sekadar berkonsultasi—tetap dilayani. “Ada yang belanja tujuh tahun lalu, masih kami bantu,” ujarnya.
Menjaga Nama dalam Dunia yang Penuh Selera
Melayani pasar menengah-atas punya tantangan tersendiri. Ekspektasi tinggi dan selera yang terus berubah adalah risiko sehari-hari. Ada yang memesan furnitur langka hari ini, dan minta dikirim keesokan pagi. Ada pula yang membandingkan kualitas Veranda dengan butik furnitur di Milan.
Namun Robin tetap tenang. Ia tahu kekuatan Veranda bukan hanya pada produk atau desain, tetapi juga pada konsistensi layanan dan kemampuan membaca tren. “Selera orang Indonesia itu menarik. Mereka suka kemewahan, tapi juga ingin efisiensi. Di situlah kami bermain,” katanya.
Dengan semangat ini, Veranda menjelma menjadi pionir lokal dalam pasar furnitur impor berkualitas tinggi. Bagi sebagian orang, mengisi rumah adalah urusan teknis. Tapi bagi Robin, itu adalah bagian dari membangun identitas dan prestise.
Dan bagi para pelanggan seperti Rossa , yang ingin merayakan keberhasilan dengan cara elegan, Veranda menjadi tempat di mana mimpi klasik diwujudkan dengan sentuhan praktis.