Sebuah pebisnis bidang makanan-minuman rasanya pernah mendengar nama Group Mayora. Bahkan anak-anak pun sering mendengar nama Mayora di media-media, termasuk melihat dari iklan-iklan di TV. Maklum produk-produk seperti Beng-Beng, biskuit Roma, kopi Torabika, minuman Teh Pucuk Harum, Le Minerale, hingga permen Kopiko, dalam iklan-iklan produk itu TV selalu ada kata-kata “Satu Lagi Dari Mayora”.
PT Mayora Indah Tbk (Group Mayora) sendiri memang termasuk salah satu perusahaan consumer good terbesar di Indonesia. Ini juga tercatat dari nilai penjualan bersihnya di 2021 yang mencapi Rp 27,9 triliun setahun.
Kisah Sukses Jogi Hendra Atmadja Pendiri Mayora Group |
Tak banyak yang tahu dan kenal, Group Mayora dibesarkan oleh Jogi Hendra Atmadja, pengusaha yang sekarang menjadi pemilik (owner) Group Mayora, selain dulu sebagai pendirinya (founder). Lahir di Jakarta pada tahun 1946 di Jakarta, Jogi termasuk pebisnis yang dilahirkan dari keluarga wirausahawan. Walaupun ayahnya bukan pengusaha besar, namun ayahnya memang sudah biasa hidup berdagang dan berbisnis. Ayahnya juga punya perusahaaan yang memproduksi biskuit walaupun skalanya masih home industry. Tentu saja skala bisnis ayahnya berbeda dengan bisnis Jogi yang kini termasuk salah satu orang terkaya Indonesia.
Jogi termasuk tipe pengusaha terdidik. Ia seorang pebisnis yang sejak awal memang berpendidikan tinggi, menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana. Setelah lulus SMA di Jakarta, Jogi Hendra Atmadja melanjutkan kuliah di di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta yang saat itu termasuk perguruan tinggi swasta terfavorit di sekitar Jabodetabek.
Setelah lulus sarjana kedokteran Trisakti, baru Jogi Hendra Atmadja memilih masuk ke dunia bisnis dan memulai usaha. Ia bersama dua temannya lalu mendirikan PT Mayora Indah, tepatnya pada tahun 1977, di Jakarta.
Sejak awal PT Mayora memang berkiprah di produksi dan pemasaran berbagai macam makanan ringan sebagai produk utama. Namun titik awal yang membuat Mayora dikenal konsumen ialah memproduksi dan memasarkan makanan ringan biskuit Roma Kelapa.
Biskuit Roma ini menjadi produk yang laris-manis sejak tahun 1970-an. Kalangan konsumen rumah tangga kalau acara lebaran biasa membelinya. Produk itu bersaing ketat dengan produk biskuit Khong Ghuan yang kala itu sudah lebih dahulu dikenal oleh orang Indonesia.
Bedanya, Jogi Hendra Atmadja tipikal orang yang cukup agresif dan selalu bisnisnya ingin berkembang dan tumbuh. Setelah sukses dengan biskuit Roma, ia tak puas, ia lalu masuk ke berbagai produk lain dengan melakukan sejumlah inovasi produk. Contohnya, Mayora menelorkan produk permen dengan rasa kopi pertama di Indonesia, permen Kopiko. Seperti kita tahu, Kopiko juga sangat laris manis. Produknya sangat disukai konsumen anak-anak hingga dewasa. Dan bahkan sampai sekarang Kopiko sukses diekspor ke puluhan negara hingga beromset triliunan.
Setelah sukses dengan biskuit Roma, Mayora banyak mengeluarkan produk dengan inovasi baru. Dari sisi rasa, banyak disukai konsumen. Sebelum meluncurkan produk baru, Mayora selalu melakukan riset pasar terlebih dulu melalui tim riset internalnya yang sudah kuat. Tak heran bila Mayora kemudian banyak memproduksi makanan dan minuman olahan yang di market dikenal sebagai market leader dan produk produknya menjadi pelopor pada kategorinya masing masing.
Produk-produk hasil inovasi Mayora, selain lain permen Kopiko, misalnya Astor, pelopor wafer stick. Lalu ada Beng Beng, pelopor wafer caramel berlapis coklat. Ada juga Choki-choki, pelopor coklat pasta, lalu Energen si pelopor minuman cereal lokal. Juga ada kopi Torabika Duo dan Duo Susu, pelopor coffee mix. Ada lagi produk teh minum kemasan bernama Teh Pucuk Harum dan AMDK merek Le Minerale berhasil meraih pangsa bagus di market.
Kualitas produk jelas tak bisa dibohongi, itu menjadi salah satu kunci penting dari sukses Mayora. Namun, diantara kunci paling penting lainnya, Jogi merupakan orang yang sangat concern dan yakin dengan pentingnya membangun merek perusahaan dan produk untuk sukses. Branding itu sangat penting bagi Jogi yang itu dibuktikan dengan produk-produk Mayora yang rajin beriklan di media-media.
Jogi termasuk yang percaya pentingnya membangun corporate brand sehingga iklan produk-produknya selalu diakhiri dengan kata-kata “Satu Lagi Dari Mayora”. Ini seperti filosofi memperbanyak batang pohon agar pohon bisa tumbuh besar dan makin banyak berbuah. Kalau pohonnya kuat, maka bisa digantungi banyak buah. Kalau nama korporatnya kuat, maka kalau meluncurkan produk baru, akan lebih mudah untuk bisa sukses. Sebab itu, selain melakukan branding di level produk, maka Mayora juga aktif membangun nama korporatnya. Bahwa itu produk dari Mayora, Satu Lagi Dari Mayora.
Harapannya, setiap kali luncur produk baru akan disambung baik oleh market karena sudah di-endorse dengan nama Mayora. Kalau corporate brand sudah kuat, maka menjual produk baru akan lebih mudah karena sudah ada yang dijadikan gantungan, yakni corporate brand Mayora.
Jogi tak tanggung-tanggung dalam berpromosi membangun merek. Tiap tahun ia anggarkan puluhan miliar untuk promosi. Bila banyak pengusaha lain yang ragu takut uang tak balik setelah iklan, maka Jogi tak ragu beriklan. Ia berani berinvestasi membangun merek untuk berjaya di pasar. Beriklan baginya adalah sama dengan berinvestasi untuk sukses. Memang setiap investasi tak selalu berhasil. Namun dengan riset dan ketelitian, porsi suksesnya lebih besar. Dan itu yang sudah ia buktikan di Mayora.
Yang pasti kini Jogi termasuk 5 orang terkaya Indonesia dari sektor consumer good. Mayora Indah Group pun sudah berkembang hingga punya banyak anak usaha dibawahnya. Bahkan juga memiliki bisnis bank.