Dari Raja Bisnis Kasino ke Presiden Amerika:  Kisah Bisnis Donald Trump Yang Kini Menggegerkan Dunia Dengan Kebijakan Tarrif-nya  

bintangbisnis

Donald John Trump adalah seorang pria yang sejak dini sudah akrab dengan kerasnya kehidupan. Ia tumbuh besar di Queens, New York, di bawah asuhan ayahnya, Fred Trump, seorang pengembang properti yang disiplin dan berorientasi pada hasil. Dari sang ayah, Trump mewarisi naluri bisnis dan pemahaman bahwa dalam dunia usaha, kekuatan dan keberanian terkadang lebih dibutuhkan daripada kelembutan dan diplomasi. Maka ketika ia terjun ke dunia bisnis, Trump datang bukan hanya membawa warisan, tetapi juga semangat untuk menaklukkan dunia—dengan caranya sendiri. Dunia properti di Manhattan menjadi awal dari kerajaan bisnisnya. Namun, ambisinya tidak puas hanya membangun gedung pencakar langit; ia ingin membangun sebuah dinasti, dan dalam pikirannya, Atlantic City adalah gerbang menuju mahkota.

Menjudi dengan Kemewahan: Kebangkitan Trump di Atlantic City

Pada awal 1980-an, Atlantic City adalah pusat perjudian di Pantai Timur Amerika Serikat, surga kasino setelah Las Vegas. Saat kota itu membuka pintunya bagi para investor dan pelaku bisnis hiburan, Donald Trump melihat peluang yang menggiurkan. Ia masuk dengan gaya khasnya: mewah, mencolok, dan penuh klaim tentang kebesaran.

Trump memulai kiprahnya dengan membeli properti kasino yang belum selesai dibangun oleh Holiday Inn, lalu mengubahnya menjadi Trump Plaza yang dibuka tahun 1984. Kasino itu tak hanya menjadi tempat berjudi, tetapi juga simbol kejayaan baru: marmer mengilap, lampu gantung raksasa, karpet merah tebal, dan penjaga keamanan berpakaian rapi layaknya hotel bintang lima. Segalanya tampak seperti surganya para penjudi dan pelancong.

Tak lama berselang, Trump membeli Kasino Taj Mahal, yang kala itu disebut sebagai “keajaiban kedelapan dunia” karena kemewahannya. Dengan biaya pembangunan lebih dari satu miliar dolar, Trump Taj Mahal dibuka pada tahun 1990 dan menjadi kasino terbesar dan termewah di dunia. Ia bahkan memamerkannya sebagai simbol superioritasnya di dunia hiburan dan bisnis. Untuk beberapa waktu, kemilau itu nyata: pendapatan naik, jumlah pengunjung membludak, dan Trump menjadi raja takhta Atlantic City.

Namun, seperti banyak cerita gemerlap lainnya, sinar itu mulai redup. Biaya operasional yang tinggi, utang yang menumpuk, dan persaingan antar kasino yang semakin ketat mulai memakan kejayaan Trump. Trump Plaza, Trump Castle, dan Trump Taj Mahal lambat laun menjadi beban keuangan. Pada puncaknya, Trump memiliki utang pribadi dan perusahaan hingga miliaran dolar. Tahun 1991, Trump Taj Mahal mengalami kebangkrutan, dan Trump terpaksa melepas sebagian besar sahamnya kepada kreditur. Ia tetap menjadi wajah publik bisnisnya, tetapi kekuasaan sejatinya telah menyusut.

Ketika Raja Harus Melepas Mahkota: Kejatuhan dan Restrukturisasi

Bangkrut bukan kata asing bagi Trump, tetapi dalam konteks Atlantic City, kata itu menjadi penanda akhir dari impian besarnya. Antara 1991 dan 2009, Trump Entertainment Resorts—payung perusahaan untuk bisnis kasinonya—mengalami kebangkrutan sebanyak tiga kali. Para analis mencatat bahwa gaya manajemen Trump yang terlalu agresif, kombinasi antara utang besar dan kepercayaan diri berlebihan, menjadi faktor utama kehancuran.

Namun, dalam gaya khasnya, Trump menolak mengakui kegagalan sebagai akhir. Ia menyebut kebangkrutan itu sebagai “manuver cerdas bisnis,” mengklaim bahwa ia hanya memanfaatkan celah hukum untuk menjaga aset-aset pribadinya tetap aman. Secara teknis, benar adanya: Trump secara pribadi selamat dari badai finansial itu dengan menjauhkan namanya dari tanggung jawab penuh korporat. Tapi reputasi publiknya tercoreng.

Seiring waktu, ia mulai mundur dari peran aktif di bisnis kasino. Nama “Trump” tetap ada di beberapa kasino sebagai bagian dari lisensi, tetapi kendali bisnisnya tidak lagi berada di tangan Donald secara langsung. Ia lalu mengalihkan fokus ke bidang lain: televisi.

Lewat reality show The Apprentice, Trump berhasil menghidupkan kembali citranya sebagai pebisnis ulung. Kalimat “You’re fired!” menjadi kutipan ikonik yang memoles ulang persona Trump di mata publik. Kini ia tak lagi dikenal sebagai pengusaha bangkrut, tetapi sebagai mentor sukses, pemberi motivasi, dan simbol American Dream. Acara tersebut menjadi hit dan memperluas pengaruh Trump ke rumah-rumah tangga Amerika, melampaui batas industri hiburan.

Dari Kasino ke Gedung Putih: Bisnis Citra dan Jalan Menuju Presiden

Banyak yang mencibir dan menganggap langkah Trump menuju politik hanyalah candaan. Namun mereka lupa satu hal: Trump selalu menjual citra, dan ia sangat mahir melakukannya. Setelah membangun kembali reputasinya lewat televisi dan real estate branding (menjual hak pakai nama Trump di berbagai properti global), ia menjadi lebih dari sekadar pengusaha—ia menjadi merek.

Melalui perusahaan Trump Organization, ia mengembangkan proyek-proyek real estate bergengsi di berbagai belahan dunia, dari hotel mewah hingga lapangan golf eksklusif. Yang ia jual bukan semata properti, tetapi gaya hidup: “Trump style,” yaitu kemewahan, kepercayaan diri, dan kekuasaan.

Citra ini menjadi bahan bakar utama ketika ia mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016. Trump mengemas dirinya sebagai orang luar, bukan bagian dari elit politik Washington. Ia menjual kisahnya sebagai seorang pebisnis sukses yang tahu bagaimana mengelola negosiasi, membangun ulang negara, dan berkata apa adanya.

Tak banyak yang menyangka ia akan menang, tetapi kemenangan itu datang juga. Donald Trump, yang pernah digelari raja kasino bangkrut, kini duduk di Gedung Putih untuk periode kedua, simbol kekuasaan tertinggi di negeri yang pernah membuatnya nyaris kehilangan segalanya.

Kasino-kasino milik Trump mungkin telah runtuh, tetapi citra Trump tetap hidup—dan bagi sebagian orang, itu jauh lebih berharga daripada gedung-gedung marmer yang pernah ia bangun dan kehilangan. Kini Trump pun tetap membuat berita dan bahkan dalam skala yang lebih besar, membuat kebijakan tarrif yang memusingkan miliaran penduduk dunia. Begitulah Trump, sang mantan raja kasino dari Amerika.

 

Share This Article