Semua Dimulai dari Susu dan Mimpi
Tak banyak orang tahu, raksasa minuman seperti Ultra Milk dan Teh Kotak yang kini menghiasi rak-rak minimarket di seluruh Indonesia ternyata lahir dari dapur sederhana. Jauh sebelum menjadi perusahaan bernama PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk yang dikenal seantero negeri, bisnis ini adalah usaha rumahan keluarga Prawirawidjaja di Bandung, Jawa Barat.
Adalah Ahmad Prawirawidjaja, seorang ayah pekerja keras yang memulai segalanya di tahun 1958. Ia membuat produk minuman berbasis susu secara sederhana dan menjajakannya ke pasar lokal. Namun siapa sangka, justru putra sulungnya, Sabana Prawirawidjaja, yang kelak mengangkat usaha itu hingga mencapai skala nasional dan bahkan internasional.
Kalau kamu sering mendengar istilah “mulai dari nol”, maka kisah Sabana adalah bentuk nyatanya. Tanpa gembar-gembor media, tanpa suntikan modal dari investor besar, Sabana membesarkan Ultrajaya dengan cara paling fundamental: kerja keras, inovasi, dan kesabaran bertahun-tahun.
Menjadi Pionir Teknologi Susu UHT di Indonesia
Salah satu keputusan paling visioner Sabana terjadi pada awal tahun 1970-an. Saat itu, Sabana melihat peluang besar di pasar minuman: kebutuhan masyarakat akan susu segar yang tahan lama, tanpa bahan pengawet. Masalahnya, Indonesia sebagai negara tropis punya tantangan besar dalam penyimpanan susu segar. Infrastruktur pendingin masih terbatas, dan distribusi ke daerah-daerah terpencil sering terkendala logistik.
Tapi Sabana tidak mau menyerah. Ia meneliti dan akhirnya mengadopsi teknologi Ultra High Temperature (UHT), yang mampu memanaskan susu hingga suhu tinggi dalam waktu singkat sehingga bakteri mati, namun rasa dan kandungan gizi tetap terjaga. Kombinasi teknologi UHT dan kemasan aseptik menjadi senjata utama Sabana untuk memproduksi Ultra Milk, yang akhirnya resmi diluncurkan secara komersial pada tahun 1975.
Waktu itu, tidak banyak yang memahami apa itu susu UHT. Tapi Sabana percaya bahwa suatu saat masyarakat akan mulai menyadari manfaatnya. Dan benar saja, beberapa tahun kemudian, Ultra Milk menjadi nama yang identik dengan susu kemasan di Indonesia.
Tak Hanya Susu: Munculnya Teh Kotak dan Diversifikasi Produk
Kalau kamu kira Ultrajaya hanya bermain di produk susu, kamu keliru. Di bawah kendali Sabana, perusahaan ini juga berani masuk ke berbagai kategori minuman. Salah satu produk paling ikonik yang juga lahir dari tangan dinginnya adalah Teh Kotak.
Pada tahun 1981, Ultrajaya meluncurkan Teh Kotak sebagai produk teh siap minum pertama dalam kemasan UHT di Indonesia. Sebuah langkah yang dianggap berani dan inovatif saat itu, karena minuman teh biasanya dijual dalam bentuk kering, bukan siap minum. Tapi Sabana sekali lagi membuktikan visinya. Teh Kotak sukses besar. Rasanya khas, kemasannya praktis, dan cocok dikonsumsi kapan saja.
Setelah itu, Ultrajaya terus mengembangkan beragam produk minuman lain seperti sari kacang hijau, susu cokelat, susu rasa stroberi, hingga minuman kesehatan. Semua diproduksi dengan teknologi modern dan kontrol mutu yang ketat.
Kekuatan di Balik Layar: Pabrik Raksasa dan Sistem Terintegrasi
Banyak yang hanya melihat produk akhirnya di toko-toko, namun tak banyak yang tahu bahwa kekuatan utama Ultrajaya justru terletak pada pabrik dan sistem distribusinya. Di bawah kepemimpinan Sabana, Ultrajaya membangun salah satu fasilitas produksi susu UHT terbesar di Asia Tenggara, yang terletak di Padalarang, Bandung Barat.
Fasilitas ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat produksi, tapi juga pusat riset dan pengembangan. Teknologi yang digunakan selalu diperbarui untuk menjaga kualitas dan efisiensi. Setiap hari, ribuan liter susu segar diolah dan dikemas, kemudian didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Yang lebih hebat lagi, Sabana membangun kemitraan jangka panjang dengan ribuan peternak sapi perah lokal. Artinya, Ultrajaya bukan hanya mengambil untung dari bisnis, tapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Peternak diberi pelatihan, alat, dan jaminan pembelian susu segar setiap hari.
Menjaga Nilai Tradisional di Tengah Ekspansi Modern
Meski perusahaan berkembang pesat, Sabana tetap rendah hati. Sosoknya dikenal sederhana, tertutup dari sorotan media, dan lebih memilih bekerja di balik layar. Tapi di kalangan industri, ia dianggap sebagai salah satu otak bisnis paling tajam di Indonesia.
Sabana juga mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam budaya kerja perusahaan. Kejujuran, komitmen terhadap kualitas, dan kesetiaan terhadap mitra bisnis tetap dijunjung tinggi. Itulah sebabnya Ultrajaya jarang terlibat dalam kontroversi, dan justru dikenal sebagai perusahaan yang stabil dan dapat dipercaya.
Dari Bisnis Keluarga ke Perusahaan Terbuka
Tahun 1990, Sabana mengambil langkah besar: membawa Ultrajaya menjadi perusahaan terbuka dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini BEI). Langkah ini bukan hanya untuk mendapatkan suntikan modal, tapi juga sebagai bentuk transparansi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.
Saat ini, saham PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (kode emiten: ULTJ) menjadi salah satu saham favorit investor, karena dikenal sebagai perusahaan consumer goods yang stabil dan menguntungkan.
Sabana sendiri tetap aktif sebagai Direktur Utama, menunjukkan komitmennya yang tak tergoyahkan. Bahkan di usia yang tak lagi muda, ia masih terlibat langsung dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan.
Jaringan Usaha yang Luas: Lebih dari Sekadar Ultra Milk
Tahukah kamu? Selain memimpin Ultrajaya, Sabana juga duduk di berbagai posisi penting di anak perusahaan dan joint venture. Ia adalah Komisaris di PT Kraft Ultrajaya Indonesia (kerja sama dengan Kraft Foods), Direktur Utama di PT Ultra Sumatera Dairy Farm, dan pernah menjadi Presiden Komisaris di PT Campina Ice Cream Industry Tbk.
Dengan jaringan usaha yang luas, Sabana memperluas pengaruhnya di berbagai sektor makanan dan minuman, termasuk es krim, keju, dan produk olahan susu lainnya.
Menghitung Kesuksesan: Dari Dapur ke Daftar Orang Terkaya
Menurut majalah Forbes Indonesia, keluarga Prawirawidjaja masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Pada tahun 2021, kekayaan Sabana diperkirakan mencapai US$ 900 juta (sekitar Rp 13 triliun). Dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2023, jumlah tersebut naik menjadi US$ 940 juta (sekitar Rp 15,13 triliun).
Namun yang menarik, Sabana tidak pernah memamerkan kekayaannya. Ia tetap tinggal di Bandung, jarang tampil di media, dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengembangkan bisnis dan memperkuat fondasi perusahaan.
Siapa Bilang Sukses Harus dari Ibu Kota?
Salah satu hal paling inspiratif dari kisah Sabana adalah fakta bahwa semuanya dimulai dan terus berkembang dari Bandung, bukan Jakarta. Ini membuktikan bahwa sukses besar tidak harus lahir dari pusat ibu kota. Dengan semangat, visi, dan tekad yang kuat, siapa pun bisa membangun imperium bisnis dari mana saja.
Sabana Prawirawidjaja telah membuktikan bahwa kerja keras, inovasi, dan komitmen terhadap kualitas dapat mengubah usaha rumahan menjadi kerajaan bisnis.
Jadi, buat kamu yang sedang merintis usaha kecil, jangan ragu. Jangan takut untuk bermimpi besar. Karena seperti kata pepatah, setiap pohon besar pernah menjadi benih kecil yang dipercaya seseorang untuk tumbuh.