Pada suatu masa ketika Indonesia Timur belum menjadi kata kunci dalam peta pertumbuhan ekonomi nasional, ketika jarak geografis berarti keterlambatan dan distribusi adalah persoalan ketahanan, seorang lelaki dari Manado perlahan membangun sesuatu yang kelak menjadi tulang punggung mobilitas kawasan itu. Namanya Willy Lontoh. Tidak ada kisah kilat, tidak ada lonjakan instan. Yang ada hanyalah waktu, kerja, dan kepercayaan yang dirawat bertahun-tahun—kadang dalam senyap.
Willy Lontoh lahir di Manado pada 1 November 1927. Ia bukan anak konglomerat, bukan pewaris jaringan besar. Ia tumbuh dalam zaman ketika berdagang berarti memanggul risiko sendiri, dan kegagalan tidak bisa dialihkan ke siapa pun. Bersama pasangannya, Lily David, Willy memulai hidup sebagai pengusaha dari nol—benar-benar nol—dengan satu modal yang terus ia bawa sepanjang hidup bisnisnya: kemauan.
Pada awal 1950-an, di Jakarta, Willy dan Lily mendirikan CV Hasjrat. Bentuknya sederhana: usaha importir dan perdagangan antar-pulau. Barang yang dijual pun bersifat mendasar—semen, besi, tripleks, material bangunan yang dibutuhkan oleh wilayah-wilayah yang sedang membangun dirinya sendiri. Tidak ada visi besar yang dikemas dalam jargon. Yang ada hanyalah membaca kebutuhan masyarakat dan menjawabnya dengan konsistensi.
Kemauan itu kemudian diberi nama. Pada tahun 1957, Willy memilih nama “Hasjrat Abadi” sebagai identitas usaha dagangnya. Ia memilih kata hasjrat—keinginan, dorongan, kemauan—dengan keyakinan bahwa bisnis yang ingin bertahan harus lebih dulu memiliki tekad untuk memberi dampak bagi orang banyak. Nama itu bukan hiasan. Ia menjadi prinsip.
Dekade 1960-an menjadi titik balik penting. Hasjrat Abadi tidak lagi sekadar berdagang; ia mulai memilih mitra dan merek yang akan menentukan arah masa depan. Pada tahun 1965, Hasjrat Abadi mulai memasarkan sepeda motor Yamaha di Manado. Keputusan itu kelak terbukti strategis. Mobilitas masyarakat Indonesia Timur meningkat, dan kendaraan bermotor bukan lagi barang mewah, melainkan alat produktivitas. Distribusi Yamaha kemudian diperluas hingga Maluku dan Papua—wilayah yang tidak mudah dijangkau, tetapi justru di sanalah Hasjrat Abadi menanamkan akarnya.
Tiga tahun kemudian, pada 1968, Willy Lontoh kembali mengambil langkah yang menentukan. Melalui kerja sama dengan Marubeni Corporation, Hasjrat Abadi mulai memasarkan semen Asano dan mobil Toyota—model-model yang hari ini menjadi legenda awal industri otomotif Indonesia: Corolla, Corona, truk DA 110, HiAce, hingga Land Cruiser. Cabang pertama dibuka di Manado. Bagi Willy, ini bukan sekadar ekspansi bisnis. Ini adalah pernyataan kepercayaan—bahwa perusahaan global bersedia menitipkan reputasi mereka kepada seorang pengusaha dari Indonesia Timur.
Kepercayaan itu tidak datang tanpa ujian. Distribusi di wilayah kepulauan menuntut ketepatan logistik, ketahanan layanan, dan integritas dalam jangka panjang. Willy Lontoh memahami satu hal mendasar: prinsipal global tidak mencari mitra yang paling besar, tetapi yang paling bisa diandalkan.
Memasuki tahun 1970-an, Hasjrat Abadi kembali memperluas makna kontribusinya. Selain kendaraan, perusahaan mulai mendatangkan mesin pertanian Yanmar ke Indonesia Timur. Mesin-mesin ini bukan hanya alat produksi, tetapi simbol perubahan cara hidup—dari pertanian subsisten menuju produktivitas yang lebih terukur. Di wilayah yang sebagian besar ekonominya bertumpu pada alam, keputusan ini memperlihatkan insting Willy Lontoh dalam membaca struktur kebutuhan masyarakat.
Konsistensi itu berbuah pengakuan. Pada tahun 1979, Hasjrat Abadi secara resmi ditunjuk sebagai Main Dealer Toyota—kini dikenal sebagai Founder Dealer—untuk wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan Papua. Pada tahun yang sama, perusahaan mendirikan mitra layanan purna jual CV Kombos di Manado untuk melengkapi ekosistem penjualan. Bagi Willy, menjual kendaraan tanpa layanan purna jual adalah janji yang tidak tuntas.
Tahun 1980 menjadi tonggak kelembagaan. CV Hasjrat resmi bertransformasi menjadi PT Hasjrat Abadi. Ini bukan sekadar perubahan badan hukum, tetapi penegasan bahwa usaha yang dirintis secara personal kini memasuki fase institusional. Delapan tahun kemudian, pada 1988, tongkat estafet mulai berpindah. Ruly Lontoh melanjutkan kepemimpinan sebagai Presiden Direktur—menandai masuknya generasi kedua.
Namun Willy Lontoh belum berhenti membaca peluang. Di tahun yang sama, menyadari karakter kepulauan Indonesia Timur, Hasjrat Abadi bekerja sama dengan Nomura Trading untuk mengimpor mesin kelautan Yamaha Outboard Motor. Sekali lagi, bisnis mengikuti geografi—bukan sebaliknya.
Dua dekade berikutnya adalah masa evolusi. Hasjrat Abadi memasok beragam produk: semen, pintu kayu, alat elektronik Samsung dan Uchida, kendaraan roda empat, hingga alat-alat produktivitas. Jaringan tumbuh, staf bertambah, dan reputasi mengeras. Pada 1990, perusahaan mendirikan PT Hasjrat Multi Finance untuk memudahkan pembiayaan kendaraan. Pada 1996, Hasjrat Abadi ditunjuk sebagai Main Distributor Dunlop di Indonesia Timur, memperluas rantai nilai otomotifnya.
Memasuki akhir tahun 2000, Hasjrat Abadi telah memiliki 18 cabang. Bukan angka yang datang tiba-tiba, melainkan akumulasi dari keputusan-keputusan kecil yang dijalankan dengan disiplin besar.
Era 2000-an hingga sekarang adalah fase konsolidasi dan percepatan. Pada 2015, nama dagang Hasjrat Toyota digunakan secara seragam untuk seluruh bisnis penjualan dan purna jual Toyota. Pada 2016, PT Hasjrat Auto Utama didirikan untuk mendukung layanan trade-in. Pada 2018, generasi ketiga mengambil peran kunci: Edward Lontoh sebagai Presiden Direktur, Roy Tandaju sebagai Wakil Presiden Direktur, Gary Lontoh sebagai Direktur unit Yamaha, dan Melanie Lontoh sebagai Direktur unit Toyota.
Hari ini, Hasjrat Abadi Group memiliki 22 cabang dan 118 outlet, tersebar di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Dengan lebih dari 2.000 karyawan, grup ini tetap menjadi distributor eksklusif Toyota dan Yamaha di Indonesia bagian Tengah dan Timur, berkantor pusat di Jakarta, dan beroperasi di berbagai lini: distributorship, multifinance, otomotif, galangan kapal, pengolahan kayu, hingga konstruksi.
Hasjrat Abadi juga menjadi distributor resmi produk pertanian Yanmar—traktor, mesin, dan perlengkapan—dengan jaringan lebih dari 100 gerai resmi di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan Papua. Ketersediaan produk dan suku cadang dijaga sebagai janji yang tidak boleh putus.
Jika ada satu pelajaran utama dari kisah Willy Lontoh, maka itu adalah tentang kepercayaan. Kepercayaan dari prinsipal seperti Yamaha, Toyota, Yanmar, Dunlop, Marubeni, dan Nomura tidak dibangun dengan presentasi singkat, melainkan dengan puluhan tahun ketepatan janji. Willy Lontoh memahami bahwa di bisnis distribusi, reputasi adalah mata uang yang nilainya tidak pernah turun—selama dijaga.

