Mengenal Siapa Pendiri dan Pemilik Penerbit Gramedia Group

bintangbisnis

Gramedia Group dikenal sebagai salah satu grup penerbit buku terbesar di Indonesia. Grup ini memiliki beberapa entitas usaha yang bergerak di bidang penerbitan, antara lain PT Gramedia Pustaka Utama, PT Elex Media Komputindo, PT Penerbit Buku Kompas, PT Bhuana Ilmu Populer, dan PT Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia).

Unit utama yang menaungi jaringan toko buku Gramedia adalah PT Gramedia Asri Media, yang didirikan pada 2 Februari 1970. Perusahaan ini merupakan salah satu unit bisnis strategis di bawah Kompas Gramedia Group dan berfokus pada sektor ritel, dengan produk utama berupa buku, alat tulis, dan produk non-buku lainnya. Gramedia Asri Media mengelola jaringan toko buku di berbagai kota di Indonesia di bawah nama Toko Buku Gramedia. Toko-toko ini menjual buku terbitan dari entitas penerbit internal seperti Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Bhuana Ilmu Populer, dan juga dari penerbit luar seperti Addison Wesley dan McGraw-Hill.

Seluruh perusahaan penerbitan di bawah Gramedia Group merupakan bagian dari Kompas Gramedia Group—konglomerasi media yang tumbuh dari usaha penerbitan harian Kompas. Kompas sendiri didirikan oleh sejumlah tokoh Katolik pada masa Orde Lama, di antaranya Petrus Kanisius Ojong (Auwjong Peng Koen), Jakob Oetama, Frans Seda, Ignatius Joseph Kasimo, dan Pollycarpus Swantoro.

Frans Seda, yang saat itu menjabat sebagai menteri dan berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur, berperan dalam menggalang dukungan awal, termasuk menyediakan 3.000 pelanggan awal dari wilayah asalnya, sebagai syarat pendirian surat kabar. Tokoh lain dari Partai Katolik seperti Ignatius Joseph Kasimo juga aktif dalam proses pendirian harian Kompas, yang dipimpin oleh duet PK Ojong dan Jakob Oetama.

Sebelum Kompas terbit, sudah ada sejumlah surat kabar dari berbagai afiliasi kelompok agama dan politik, termasuk Sinar Harapan yang berasal dari komunitas Kristen Protestan. Tokoh-tokoh Katolik melihat pentingnya kehadiran media dari kalangan mereka, dan pada 16 Januari 1965 mendirikan Yayasan Bentara Rakyat sebagai badan hukum untuk usaha penerbitan. Yayasan ini disahkan dengan modal awal sebesar Rp 100.000. Susunan pengurusnya meliputi IJ Kasimo sebagai Ketua, Frans Seda sebagai Wakil Ketua, FC Palaunsuka dan Jakob Oetama sebagai penulis, serta PK Ojong sebagai bendahara.

Setelah memenuhi persyaratan legal, pada 24 Juni 1965 yayasan dan redaksi sepakat menggunakan nama Kompas sebagai nama surat kabar yang mereka terbitkan. Jakob Oetama dan PK Ojong kemudian menjadi dua tokoh sentral dalam pengembangan Kompas dan unit bisnis turunannya, termasuk Gramedia Group.

PK Ojong lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juli 1920, dari keluarga peranakan Tionghoa. Ia tumbuh di lingkungan masyarakat Tionghoa yang aktif secara sosial dan kultural, terutama melalui organisasi seperti Hok Tek Tong (HTT) dan Hok Bek Tong (HBT). Sementara itu, Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 27 September 1931, dari keluarga Jawa.

Karakter dan kepemimpinan keduanya sangat memengaruhi kultur organisasi Kompas Gramedia. Duet ini membentuk fondasi nilai dan arah strategis grup, termasuk dalam ekspansi ke bisnis buku dan retail modern. Dalam konteks itu, Gramedia Group tumbuh sebagai entitas bisnis penerbitan dan distribusi buku yang memiliki cakupan nasional dan memegang pengaruh besar dalam dunia perbukuan di Indonesia.

Share This Article