Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (penurunan) sebesar 0,98 persen pada triwulan I-2025 dibandingkan dengan triwulan IV-2024. Kontraksi ini mencerminkan perlambatan aktivitas ekonomi setelah penguatan di akhir tahun sebelumnya. Data ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Mei 2025. Beberapa sektor usaha mengalami tekanan yang signifikan selama periode tersebut.
Sektor jasa pendidikan menjadi penyumbang kontraksi terdalam dalam struktur pertumbuhan ekonomi nasional. Kontraksi di sektor ini tercatat sebesar 8,45 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ini diperkirakan terkait dengan berakhirnya masa tahun ajaran dan libur panjang sekolah. Aktivitas pendidikan formal menurun drastis pada awal tahun.
Sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami penurunan tajam sebesar 7,42 persen. Harga komoditas global yang fluktuatif turut berkontribusi terhadap penurunan kinerja sektor ini. Aktivitas produksi dan ekspor mineral mengalami pelambatan. Hal ini berdampak langsung pada nilai tambah sektor pertambangan secara keseluruhan.
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial tidak luput dari tekanan, dengan kontraksi sebesar 6,97 persen. Penurunan ini mencerminkan menurunnya permintaan layanan kesehatan setelah lonjakan pada tahun sebelumnya. Aktivitas vaksinasi dan perawatan intensif menurun seiring terkendalinya pandemi. Kondisi ini menandai normalisasi kegiatan sektor kesehatan.
Di tengah tekanan ekonomi, beberapa sektor justru menunjukkan pertumbuhan positif yang kuat. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,74 persen. Kenaikan ini didorong oleh panen raya dan cuaca yang mendukung produksi pangan. Sektor ini terbukti menjadi penopang utama stabilitas ekonomi awal tahun.
Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,92 persen. Hal ini sejalan dengan peningkatan belanja pemerintah pada awal tahun anggaran. Program-program bantuan sosial dan pengeluaran rutin memperkuat aktivitas di sektor ini. Pemerintah berperan penting menjaga daya beli masyarakat.
Sektor jasa keuangan dan asuransi juga mencatatkan pertumbuhan yang solid sebesar 4,52 persen. Meningkatnya transaksi digital dan pertumbuhan asuransi turut menopang kinerja sektor ini. Kepercayaan investor terhadap stabilitas sistem keuangan tetap tinggi. Hal ini menunjukkan sektor finansial tetap tangguh di tengah perlambatan ekonomi.
Meskipun ekonomi secara keseluruhan mengalami kontraksi, data ini menunjukkan dinamika sektor yang beragam. Beberapa sektor mengalami tekanan musiman, sementara sektor lain justru menunjukkan ketahanan. Pemerintah perlu terus memantau perkembangan dan menyesuaikan kebijakan secara adaptif. Dukungan terhadap sektor produktif dan masyarakat tetap menjadi prioritas untuk menjaga momentum pertumbuhan.