Dari Sebuah Bengkel Becak, Kini PT Garuda Metalindo Raup Omset Rp1,4 Triliun per Tahun

bintangbisnis

Di sebuah lorong sempit di kawasan Jakarta tahun 1966, gemeretak palu dan percikan api las dari sebuah bengkel kecil bernama Bengkel Garuda menjadi saksi awal mula dari sesuatu yang kelak akan tumbuh menjadi kerajaan logam. Kala itu, tidak ada yang menyangka bahwa tempat sederhana yang sibuk memproduksi suku cadang becak akan melahirkan raksasa industri fastener bernama PT Garuda Metalindo Tbk—yang kini mencatatkan omzet Rp1,4 triliun per tahun dan menyuplai dunia dengan mur dan baut.

Dibentuk oleh keluarga Herman Wijaya dan Ervin Wijaya, Bengkel Garuda tidak berambisi besar. Ia lahir dari kebutuhan akan ketahanan, dari kepekaan akan pentingnya baut yang tidak mudah lepas dan mur yang menggigit erat. Namun, justru dari kejelian menangkap kebutuhan dasar itu, sebuah intuisi bisnis mulai tumbuh, mengakar, dan membentuk karakter perusahaan yang tidak hanya tangguh, tapi juga adaptif.

Pada tahun 1982, Bengkel Garuda menjelma menjadi PT Garuda Metalindo. Dengan status resmi sebagai perseroan terbatas, perusahaan itu menyatakan niatnya untuk melangkah lebih jauh: tidak sekadar menjadi bengkel pinggiran, melainkan produsen fastener untuk kebutuhan industri yang lebih luas. Mesin-mesin tua digantikan, proses kerja distandarisasi, dan mimpi disusun ulang dalam skala industri.

Transisi itu bukan tanpa batu sandungan. Dunia fastener bukan hanya kompetitif, tetapi juga sangat bergantung pada presisi. Kesalahan sekecil milimeter bisa berarti kegagalan fungsi pada kendaraan bermotor. Namun, Garuda Metalindo memilih untuk tidak takut. Pada 1989, mereka berhasil menembus pasar fastener untuk produsen sepeda motor di Indonesia—sebuah langkah yang mengubah arah perusahaan selamanya.

Tiga tahun kemudian, pada 1992, mereka mencetak pencapaian yang bahkan lebih besar: memasok mur dan baut untuk industri mobil. Ini bukan sekadar loncatan pasar; ini adalah validasi teknis atas kualitas produksi mereka. Dunia otomotif tidak sembarang memilih mitra. Garuda Metalindo pun mulai dikenal bukan hanya sebagai penyedia baut, tetapi sebagai pemecah masalah dalam bentuk logam.

Tahun 2015 menjadi tonggak penting lainnya. Perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham “BOLT.” Penawaran umum perdana itu membawa angin segar berupa modal kerja, dana untuk otomatisasi, dan ekspansi proses produksi. Tapi yang lebih penting dari itu semua adalah legitimasi publik: Garuda Metalindo kini adalah entitas terbuka, dengan kewajiban untuk terus tumbuh dan transparan.

Hari ini, perusahaan ini bukan lagi pemain lokal. Dengan lima pabrik tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, serta lebih dari 1.500 pekerja, Garuda Metalindo telah memposisikan diri sebagai pemimpin pasar fastener nasional dan penyuplai global. Produk-produknya menjangkau Asia, Eropa, hingga Amerika. Dari becak hingga BMW, dari jalanan Medan hingga jalur ekspor ke Meksiko, baut-baut kecil hasil produksi Garuda Metalindo kini mengikat dunia.

Pabrik-pabrik mereka bukan sekadar tempat produksi. Ini adalah ruang eksperimen, inovasi, dan efisiensi. Mengadopsi teknologi industri 4.0, mereka merancang proses produksi yang terotomatisasi dan terintegrasi. Ada pusat litbang bernama R&D Techno Center yang menjadi jantung dari pengembangan produk baru dan kemajuan teknis. Dunia mungkin berubah, tapi baut yang baik tetap harus presisi.

Keberlanjutan menjadi kata kunci lain dalam strategi mereka. Tahun 2024 menandai transformasi penting dengan pengoperasian penuh instalasi panel surya di fasilitas produksi. Ini bukan semata pencitraan hijau, melainkan bagian dari kesadaran bahwa industri logam pun harus menjawab tantangan krisis iklim. Mur dan baut dari Garuda Metalindo kini diproduksi dengan cahaya matahari.

Diversifikasi pun menjadi taktik bertahan dan bertumbuh. Ketika pasar otomotif mengalami disrupsi akibat tren kendaraan listrik dan gejolak rantai pasok global, Garuda Metalindo mulai menyasar sektor lain: alat berat, infrastruktur, bahkan industri non-otomotif. Mereka tidak hanya menjual barang logam, tetapi solusi untuk konektivitas antar komponen.

Strategi ini terbukti manjur. Pada tahun 2024 lalu, perusahaan mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 1,48 triliun dengan laba bersih lebih dari Rp100 miliar. Di tengah ekonomi yang lamban dan pasar yang bergejolak, angka ini bukan sekadar statistik—ia adalah simbol dari kekuatan bertahan dan kemampuan untuk membaca arah angin.

Namun, jangan bayangkan perusahaan ini sebagai korporasi yang kehilangan wajah manusianya. Garuda Metalindo tetap menjaga jati dirinya sebagai entitas keluarga yang menjunjung loyalitas, kerja keras, dan kontinuitas. Di balik pabrik-pabrik modern dan panel surya, masih ada semangat bengkel kecil yang menghargai setiap baut yang diproduksi dengan tangan dan hati.

Dengan lebih dari 86.000 meter persegi lahan industri dan kapasitas produksi 30.000 ton per tahun, Garuda Metalindo bukan lagi nama kecil. Tapi besar bukan berarti melupakan akar. Keputusan untuk membangun pusat logistik di kawasan industri MM2100, misalnya, adalah bagian dari visi efisiensi yang berbasis kedekatan dengan pasar utama, bukan sekadar perluasan ego.

Sejarah mereka adalah kisah tentang bagaimana sesuatu yang kecil—seperti mur—bisa menentukan stabilitas struktur yang besar. Begitu pula perusahaan ini. Dimulai dari sesuatu yang nyaris tidak terlihat, kini ia menyangga struktur industri otomotif Indonesia dan menjalin sambungan lintas benua. Seperti baut yang menyatukan logam-logam, Garuda Metalindo menyatukan masa lalu bengkel dengan masa depan industri.

Di era ketika startup digital mendominasi narasi kemajuan, kisah Garuda Metalindo adalah pengingat bahwa kemegahan bisa lahir dari logam yang dipoles perlahan, dari presisi yang terus disempurnakan, dan dari kesetiaan pada kualitas. Dunia boleh berlari dengan sensor dan chip, tapi tanpa baut yang baik, semuanya bisa runtuh. Dan di antara jutaan mur dan baut yang memegang dunia ini bersama-sama, ada yang dibuat oleh tangan Indonesia—di pabrik Garuda Metalindo.

 

 

Share This Article