Mengenal Robert Wijaya: Salah Satu Orang Terkaya Sumatera Utara,  pemilik dan pendiri Permata Hijau Sawit Group

bintangbisnis

Robert Wijaya bukan sekadar seorang pengusaha perkebunan sawit biasa. Ia adalah salah satu pionir dalam industri pengolahan minyak sawit di Indonesia, yang berani melangkah lebih jauh dibandingkan kebanyakan pengusaha lain pada masanya. Ketika mayoritas pemain industri sawit masih berkutat di tahap perkebunan, Robert melihat peluang di hilirisasi—sebuah visi yang membawanya menjadi salah satu triliuner asal Medan dan menjadikan perusahaannya, Permata Hijau Sawit Group (PHG), sebagai salah satu eksportir terbesar produk olahan minyak sawit di Indonesia.

Membangun Kerajaan Bisnis dari Nol.

Robert Wijaya memulai perjalanan bisnisnya di industri sawit pada tahun 1984, dengan mendirikan Permata Hijau Group (PHG) di Medan, Sumatera Utara. Sejak awal, ia sudah memiliki visi besar: membangun perusahaan kelapa sawit yang tidak hanya bertumpu pada perkebunan, tetapi juga merambah sektor industri pengolahan. Langkah ini terbilang berani, mengingat sebagian besar pelaku bisnis sawit pada saat itu masih berfokus pada sektor hulu.

Dengan komitmen dan strategi jangka panjang, PHG berkembang pesat menjadi perusahaan kelapa sawit yang terintegrasi penuh, mencakup seluruh rantai nilai industri, dari perkebunan hingga produksi biodiesel, specialty fats, oleokimia, dan minyak goreng. Keputusan ini terbukti menjadi langkah visioner yang mengantarkan PHG ke kancah internasional.

Salah satu faktor utama kesuksesan PHG adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan seluruh rantai produksi minyak sawit. Dari perkebunan hulu, pabrik pengolahan di sektor tengah, hingga industri hilir, PHG memastikan bahwa setiap tahap operasionalnya efisien dan menghasilkan produk bernilai tambah. Filosofi ini bukan hanya menguntungkan perusahaan dari segi biaya produksi, tetapi juga meningkatkan daya saing PHG di pasar global.

Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, PHG juga memanfaatkan teknologi canggih dalam operasionalnya. Penggunaan teknologi ini memungkinkan efisiensi tinggi, baik dalam produksi maupun distribusi, yang pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan. Selain itu, PHG memiliki jaringan distribusi yang luas serta tim yang berpengalaman dan bersemangat, yang menjadi faktor kunci dalam keberhasilannya menembus pasar internasional.

Di bawah kepemimpinan Robert Wijaya, PHG tidak hanya berfokus pada pasar domestik, tetapi juga aktif melakukan ekspansi ke berbagai negara. Produk olahan sawit PHG telah merambah pasar di Singapura, Amerika Latin, dan berbagai negara lainnya. Dengan jaringan distribusi yang luas, perusahaan ini berhasil menjangkau berbagai wilayah strategis dan memenuhi kebutuhan pasar global.

PT Permata Hijau Group yang dibangun Robert Wijaya ini memproduksi berbagai ragam produk kelapa sawit mulai dari Palm Oil, Lauric Oil, Biodiesel, dan Fatty Acid Oleo. Perusahaan ini termasuk salah sedikit perusahaan sawit di Indonesia yang sangat kuat di bidang refinery hasil sawit. Kapasitas pabrik fatty acid-nya misalnya, tak kurang dari 130.000 Ton/Tahun. Mereka juga kuat untuk produk biodiesel dan oleo chemical yang semuanya ditujukan ke pasar luar negeri (ekspor). Perusahaan ini memiliki delapan unit pabrik yang tersebar di beberapa wilayah Pulau Sumatera dan bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit beserta produk-produk turunannya seperti biodiesel dan oleokimia. Salah satu unit pabrik milik Permata Hijau Group (PHG) yang memproduksi biodiesel adalah PT. Permata Hijau Palm Oleo di Belawan, Medan, Sumatera Utara.

Dalam menghadapi persaingan global, PHG terus berinovasi dengan mengembangkan produk-produk bernilai tambah. Perusahaan ini juga memiliki berbagai anak usaha yang memperkuat posisinya di industri, termasuk PT Nubika Jaya, PT Nagamas Palmoil Lestari, PT Pelita Agung Agrindustri, PT Permata Hijau Palm Oleo, dan PT Victorindo Alam Lestari. Diversifikasi ini memungkinkan PHG untuk memperluas cakupan bisnisnya sekaligus menjaga stabilitas perusahaan dalam jangka panjang.

Kesuksesan bisnis PHG tidak hanya diukur dari angka penjualan atau ekspansi pasar, tetapi juga dari komitmennya terhadap praktik bisnis berkelanjutan. Sebagai anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), PHG berkomitmen untuk menerapkan praktik perkebunan dan manufaktur yang ramah lingkungan.

Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh PHG adalah penerapan Clean Development Mechanism (CDM) yang sesuai dengan Protokol Kyoto. Melalui inisiatif ini, PHG berhasil mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dalam proses produksinya dan menghasilkan produk-produk turunan kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diemban oleh Robert Wijaya dan timnya.

Sebagai seorang triliuner dan salah satu orang terkaya asal Medan, Robert Wijaya telah membuktikan bahwa visi besarnya dapat membawa sebuah perusahaan lokal ke tingkat global. Dengan fondasi bisnis yang kuat, integrasi operasional yang efisien, serta komitmen terhadap keberlanjutan, PHG kini berdiri sebagai salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Keberhasilan Robert Wijaya dalam membangun PHG menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha di Indonesia. Terlebih skala bisnisnya saat ini sudah triliunan dimana PHG termasuk perusahaan eksportir produk turunan kepala sawit terbesar di Indonesia.

 

Share This Article