Hariff Group Siap Pasok Sistem dan Jaringan Telekomunikasi Handal Untuk Militer

bintangbisnis

 

Diam-diam perusahaan nasional yang berpusat di Bandung ini berhasil melakukan riset pengembangan untuk menghasilkan produk dan sistem telekomunikasi yang bisa membantu pekerjaan militer, khususnya untuk sistem pengelolaan tim tempur maupun sistem pengelolaan jaringan militer itu sendiri. Perusahaan ICT,  PT Hariff Daya Tunggal Engineering (Hariff Group), beberapa tahun terakhir ini terus melakukan inovasi teknologi di bidang ICT dan kini berhasil mengembangkan software untuk pengontrolan dan pengelolaan alat tempur di medan perang dan juga sistim jaringan mandiri yang aman bagi kebutuhkan milter dan organisasi yang butuh tingkat sekuriti jaringan tinggi.
 
Semangat tim Hariff dimulai dari kepedulian bahwa produk dan sistem militer harusnya dibangun oleh orang-orang (tim sumberdaya manusia) dan perusahaan asli Indonesia. Tujuannya jelas, untuk melindungi kerahasian militer dan kerahasian negara. Dus, tidak diserahkan ke asing atau menggunakan sistem komunikasi buatan asing yang sangat rawan terhadap pencurian data dan kerahasian negara oleh anasir asing.
 
Hariff Group selama ini dikenal sebagai produsen berbagai produk jaringan telekomunikasi baik hardware maupun software. Perusahaan ini juga termasuk pelopor di bisnis BTS dan salah satu karyanya yang saat ini banyak dipakai kalangan perusahaan seluler ialah teknologi mobile BTS
 
Di bidang militer, perusahaan pengembang teknologi telekomunikasi itu sebelumnya telah mengembangkan Jaringan Aman Mandiri (JAM). Kemampuan jaringan tersebut  pernah didemontrasikan di hadapan Menhan Ryamizard Ryacudu di Bandung. JAM merupakan jaringan berbasis protocol dan enkripsi khusus sehingga mempunyai kemampuan antisadap yang memang diperlukan dalam telekomunikasi militer.
 
“Ini penting, kerahasian itu harus terjamin. Karena ini termasuk rawan (disadap), harus dicek terus, (selama ini) alat kita yang buat luar negeri. Kalau dibuat oleh kita sendiri, jadi tidak tahu (oleh musuh),” jelas Menhan saat berkunjung. Kemenhan berencana mengaplikasikan JAM pada tahun depan. Langkah ini sekaligus sebagai upaya memberdayakan produksi dalam negeri.
 
 
 
 
Menurut Dirut Hariff Budi Permana, Kemenhan menginginkan JAM untuk tahap pertama digunakan di lingkungan internal terutama untuk pusat data informasi (Pusdatin). “Kita menawarkan jaringannya. Begitu aplikasi lainnya kita hubungkan, termasuk dengan Alkom di pasaran, data yang dimasukkan tak akan bisa disadap,” jelasnya.
 
Dijelaskan, proyek jaringan mandiri seperti itu relatif jarang di Indonesia. Di negara-negara lain, kondisi tersebut bisa dikatakan sudah lumrah. Padahal dengan jaringan mandiri, Indonesia bisa terhindar sebagai “rumah kaca”. Lalu lintas informasi pun bakal terproteksi dari upaya deteksi. JAM yang menawarkan keamanan informasi bisa  menjalankan aplikasi pengambilan data dan video melalui drone dan battlefield management system. Selain itu, jaringan bisa digunakan untuk pengawasan dan patroli pulau terluar.
 
Hariff Group juga sukses mengembangkan sistem ICT untuk manajemen pasukan tempur yang dinamai Battlefield Management System (BMS). BMS diciptakan karena terinspirasi dari sebuah kejadian nyata. Dimana dahulu ada pasukan militer yang menembak kendaraan perang temannya sendiri di medan perang. Hal tersebut terjadi karena sistem yang dimiliki oleh tentara perang tersebut tidak dapat membedakan mana teman mana lawan.
 
“BMS yang kami kembangkan ini dapat mencegah terjadinya hal demikian,” ujar Presiden Direktur PT Hariff, Budi Permana. Yang juga sangat penting, semua sistem BMS itu dikembangkan dengan protokol dan enkripsi data buatan sendiri. Sehingga kerahasiaan manuver pasukan dan komunikasi data hanya dapat diketahui dan diterima oleh pasukan sendiri. BMS sendiri telah diuji coba dalam Panser Anoa, Tank Marder dan Main Battle Tank (MBT) pada 2014 lalu. Tidak hanya itu, BMS juga telah menjadi bagian dari kurikulum di Pusat Pendidikan Kavaleri TNI Angkatan Darat.
 
Ya, ide dan inovasi teknologi ini tentu saja brilian dan sangat perlu bagi Indonesia. Sudah saatnya teknologi militer dikuasai oleh anak negeri sendiri,perusahaan domestik, bukan dipercayakan ke produsen asing yang tentu saja amat sangat mudah menjadi agen kepentingan militer asing. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kemandirian militer Indonesia akan dimulai !  
 
 
Share This Article