Strategi refinancing utang sangat perlu bagi kalangan pengelola korporasi. Maklum, bagi kalangan pebisnis, khususnya bagi CEO dan CFO, sangat penting memperhatikan cost of fund dalam berbisnis. Pelaku usaha tentu saja ingin mendapatkan loan korporasi dengan tingkat bunga yang paling rendah atau biaya bunganya paling murah. Karena itu wajar bila pengusaha selalu berusaha merefinancing hutang korporasi yang mereka miliki dengan mencari yang lebih murah. Pengusaha selalu berpikir mencari cari sumber pinjaman lain untuk refinancing kalau bunga kemahalan.
Sekedar, contoh, bila sebuah perusahaan memiliki pinjaman Rp 300 M, dengan tingkat bunga 12% per tahun selama 5 tahun, maka total bunga menjadi Rp 180 M dan total pinjaman yang harus dibayar Rp 480 M.
Kemudian, bila perusahaan itu mendapatkan loan dari bank lain dengan bunga hanya 9%/tahun, maka dari pinjaman Rp 300 M itu, bunga selama 5 tahun menjadi hanya Rp 135 M, dan total loan Rp 435 M. Bedanya lebih dari Rp 40 M untuk 5 tahun. Sangat signifikan sekali kan? Kalau yang pinjamnya ke perusahaan leasing pasti jauh lebih mahal lagi cost of fund-nya.
Lalu bila pinjaman dalam USD, katakanlah pinjam USD 70 juta, selama 5 tahun dengan bunga 6%, maka total bunga yang harus dibayar selama 5 tahun sebesar US$ 23 juta. Jadi total pinjaman menjadi US$ 92,3 juta.
Tapi kalau bunga bisa ditekan hanya 4%/tahun, maka total bunga selama lima tahun hanya US$ 14 juta sehingga total loan hanya menjadi US$ 84 juta. Dus, bedanya lebih dari USD 8 juta alias lebih dari Rp 100 M. Efisiensi yang siginifikan.
Sebab itu, bagi pengelola keuangan korporasi memang harus selalu banyak lirik kanan kiri untuk mencari sumber pendanaan yang termurah.
Bagi yang butuh info bank untuk refinancing pinjaman dengan rate yg lebih bersahabat, akan saya bantu. Baik pinjaman dalam IDR maupun USD.