Prakash Lohia adalah seorang pengusaha yang membangun salah satu imperium bisnis terbesar di Asia melalui Indorama Group, sebuah konglomerasi yang kini mencakup berbagai sektor, mulai dari tekstil hingga petrokimia. Namanya selalu masuk dalam Top 10 orang terkaya Indonesia. Pengusaha yang memulai bisnis dari Indonesia di bidang tekstil ini sekarang sudah menjadi pebisnis sukses kelas dunia dengan berbagai cabang bisnis di sejumlah negara. Indorama Group saat ini memiliki lebih dari 140 lokasi produksi di 37 negara, dengan lebih dari 30.000 karyawan di seluruh dunia.Kisah perjalanan bisnis Lohia dari awal hingga mencapai sukses memang luar biasa.
Sejatinya Prakash Lohia terlahir di India, pada tahun 1952, namun bisnisnya memang dirintis dan besar dimulai dari Indonesia. Jadi home base dari bisnisnya memang dimulai dari Indonesia. Keluarganya memang berlatarbelakang bisnis. Ayahnya, Mohan Lal Lohia, juga seorang pebisnis tekstil sehingga sejak kecil Prakash juga telah terpapar dengan dunia usaha. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di India, ia melanjutkan studi di luar negeri. Perjalanan penting dari hidupnya terjadi ketika awal tahun 1970-an, keluarganya pindah dari India ke Indonesia. Lohia pun bermigrasi ke Indonesia dengan membawa latar belakang pendidikan dan pengetahuan tentang industri tekstil yang diperolehnya di India.
Perjalanan dan migrasi itu sangat penting dan itulah yang menjadi awal cerita suksesnya. Ia memulai bisnis di Indonesia dari sektor tekstil. Indonesia saat itu memang merupakan negara berkembang dengan ekonomi yang baru mulai terbuka terhadap investasi asing. Lohia melihat kesempatan besar di sektor manufaktur, terutama tekstil, yang dapat menjadi salah satu penopang ekonomi nasional dan menghadirkan peluang ekspor yang luas. Dengan tekad besar dan dukungan dari keluarganya, ia memulai perjalanan bisnis di tanah baru, Indonesia, yang akhirnya menjadi landasan bagi kesuksesan Indorama Group.
Indorama Corporation didirikan pada tahun 1975 oleh Prakash Lohia sebagai perusahaan yang berfokus pada produksi benang pintal untuk sektor tekstil. Di masa-masa awal ini, PT Indorama perusahaan menghadapi banyak tantangan, mulai dari infrastruktur yang terbatas hingga sumber daya manusia yang kurang terampil di bidang manufaktur tekstil. Namun, Lohia berfokus pada efisiensi produksi dan terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas produknya agar dapat bersaing di pasar ekspor.
Pada saat itu, industri tekstil di Indonesia masih dalam tahap awal perkembangan, dan Lohia menyadari bahwa ada ruang besar untuk bertumbuh. Ia memperkenalkan berbagai teknologi baru dalam proses produksi dan terus melakukan inovasi untuk memastikan produk Indorama memenuhi standar internasional.
Indorama dengan cepat berkembang dan mulai mengekspor produknya ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, menjadikannya salah satu pemain utama di pasar tekstil Indonesia. Namun, Lohia tidak berhenti hanya di industri tekstil. Melihat potensi yang lebih besar di sektor petrokimia, ia memutuskan untuk mendiversifikasi bisnisnya. Saat itu perjalanan bisnisnya memang maju pesat sehingga juga berhasil berkantor di gedung yang mentereng di era itu, Graha Indorama di Jl Rasuna Said, Jakarta.
Pada tahun 1995, Indorama Ventures memasuki industri petrokimia dengan mendirikan pabrik pembuatan polietilen tereftalat (PET), bahan yang digunakan dalam pembuatan botol plastik. Langkah ini merupakan keputusan yang berani karena sektor petrokimia membutuhkan modal besar dan penuh dengan risiko. Namun, Lohia yakin bahwa permintaan terhadap produk PET akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi minuman kemasan di seluruh dunia.
Langkah tersebut terbukti menjadi keputusan yang tepat. Dengan pabrik-pabrik baru yang berfokus pada produksi bahan kimia dasar, seperti PTA (purified terephthalic acid) dan MEG (monoethylene glycol), Indorama menjadi salah satu produsen PET terbesar di dunia. Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Krisis ekonomi Asia pada 1997-1998 menjadi ujian besar bagi banyak perusahaan, termasuk Indorama.
Sempat Terpukul Krisis 1998
Di masa krisis ini, Indorama Group juga terpukul badai dengan berat. Lohia dan timnya harus melakukan restrukturisasi operasional dan berjuang keras untuk menjaga kelangsungan bisnis. Dengan mata uang yang anjlok dan tingginya biaya impor bahan baku, Lohia fokus untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan rantai pasokan perusahaan. Usahanya membuahkan hasil, dan Indorama berhasil keluar dari krisis dengan lebih kuat. Pengalaman ini mengajarkan Lohia banyak tentang ketahanan bisnis dan pentingnya diversifikasi.
Indorama Ventures terus berkembang dengan ekspansi ke berbagai negara, termasuk Thailand, Turki, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain di Eropa dan Afrika. Saat ini, Indorama Ventures menjadi salah satu produsen bahan kimia dan produk plastik terbesar di dunia, dengan fokus pada produk yang sangat beragam, mulai dari tekstil dan poliester hingga poliolefin dan serat sintetis.
Salah satu kunci sukses Indorama adalah kemampuannya beradaptasi dengan perubahan tren global. Misalnya, di tengah meningkatnya perhatian terhadap masalah lingkungan, Indorama memperkenalkan program daur ulang yang ambisius. Mereka berinvestasi dalam fasilitas daur ulang di berbagai negara untuk mengolah botol plastik bekas menjadi bahan baku baru, yang kemudian digunakan dalam produksi baru. Program ini tidak hanya membantu mengurangi limbah plastik tetapi juga memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan.
Indorama Group saat ini memiliki lebih dari 140 lokasi produksi di 37 negara, dengan lebih dari 30.000 karyawan di seluruh dunia. Total pendapatan tahunan grup ini mencapai lebih dari $10 miliar, menjadikannya salah satu perusahaan petrokimia dan serat poliester terbesar di dunia. Keberhasilan ini adalah buah dari visi Lohia untuk menciptakan perusahaan yang mampu beroperasi di skala global dengan tetap mengutamakan inovasi dan keberlanjutan.
Nilai-Nilai Kepemimpinan Bisnis Lohia
Prakash Lohia dikenal sebagai pemimpin yang visioner namun tetap realistis. Kisahnya menjadi pelajaran penting, kalau ingin sukses harus mau berkorban. Ia juga mau pindah jauh dari India ke Indonesia karena melihat ada prospek yang lebih baik di Indonesia ketimbang di India saat itu. Dalam berbisnis, terlebih ketika sedang merintis, harus mau bekerja dan berkorban ekstra. Ia memahami bahwa membangun bisnis yang tahan lama memerlukan kesabaran, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar. Salah satu prinsip utama dalam kepemimpinannya adalah pentingnya investasi dalam penelitian dan pengembangan. Dengan terus berinovasi, Indorama mampu mempertahankan posisi terdepan di industri yang sangat kompetitif.
Indorama terus menghadapi tantangan global, termasuk fluktuasi harga bahan baku, perubahan kebijakan perdagangan internasional, dan tekanan untuk menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan. Namun, di bawah kepemimpinan Lohia, perusahaan ini telah menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam menghadapi berbagai krisis. Ke depan, Indorama berencana untuk terus berinovasi di bidang daur ulang dan bahan kimia berkelanjutan, dengan harapan dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri yang peduli lingkungan. Melalui ketekunan yang luar biasa, Prakash Lohia telah berhasil mengubah Indorama Group dari perusahaan tekstil kecil di Indonesia menjadi salah satu konglomerasi global terkemuka di industri petrokimia.