Astra Pertahankan Dominasi Pasar Otomotif Nasional di 2025, Tekanan Kompetisi Meningkat dari Merek China dan EV

bintangbisnis

Jakarta — PT Astra International Tbk kembali menegaskan posisinya sebagai pemain dominan di industri otomotif Indonesia sepanjang 2025, meski menghadapi tekanan yang semakin kuat dari produsen non-Astra, khususnya merek kendaraan listrik (EV) asal China. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan Astra menguasai lebih dari separuh pasar domestik, dengan pangsa pasar tahunan mencapai 52%, di tengah perlambatan ekonomi dan perubahan preferensi konsumen.

Total penjualan mobil domestik sepanjang Januari hingga November 2025 tercatat sebanyak 710.087 unit, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun Astra tetap mampu menjaga volume penjualan kumulatif sebesar 368.426 unit, yang berasal dari merek Toyota, Lexus, Daihatsu, Isuzu, dan UD Trucks. Sementara kelompok non-Astra membukukan penjualan 341.661 unit, mencerminkan persaingan yang semakin ketat di pasar kendaraan penumpang dan komersial.

Toyota dan Daihatsu Masih Jadi Mesin Utama Astra

Toyota dan Lexus menjadi kontributor terbesar bagi Astra dengan total penjualan 225.458 unit sepanjang 2025. Meski mengalami fluktuasi bulanan, Toyota tetap mempertahankan posisi sebagai merek terlaris nasional. Penjualan tertinggi Toyota tercatat pada Februari sebanyak 24.505 unit, sementara tekanan terlihat pada April dan Juni seiring pelemahan daya beli dan pengetatan kredit kendaraan.

Daihatsu menyusul dengan total penjualan 118.774 unit, mengandalkan segmen kendaraan terjangkau dan LCGC. Merek ini menunjukkan ketahanan yang relatif stabil di tengah pasar yang menantang, khususnya pada semester kedua tahun ini.

Di segmen kendaraan niaga, Isuzu mencatat penjualan 22.668 unit, sementara UD Trucks menyumbang 1.526 unit, mencerminkan perlambatan aktivitas logistik dan konstruksi nasional.

LCGC: Benteng Kuat Astra di Tengah Pelemahan Pasar

Segmen Low Cost Green Car (LCGC) tetap menjadi kekuatan strategis Astra. Sepanjang 2025, total penjualan LCGC nasional mencapai 112.135 unit, dengan Astra menguasai 84.015 unit atau sekitar 75% pangsa pasar.

Dominasi Astra di segmen ini terlihat konsisten sepanjang tahun, dengan pangsa pasar bulanan berkisar antara 67% hingga 86%, tertinggi pada Mei saat Astra menguasai hampir seluruh pasar LCGC. Kinerja ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih sangat sensitif terhadap harga dan efisiensi bahan bakar, terutama di tengah tekanan biaya hidup.

“LCGC masih menjadi tulang punggung pasar otomotif nasional, dan Astra memiliki keunggulan struktural yang sulit disaingi di segmen ini,” ujar seorang analis industri otomotif di Jakarta.

Non-Astra Bangkit, Dipimpin Mitsubishi dan Merek China

Di sisi lain, kelompok non-Astra menunjukkan peningkatan agresivitas, terutama dari Mitsubishi, Suzuki, serta merek-merek China yang fokus pada kendaraan listrik dan hybrid.

Mitsubishi mencatat penjualan 86.599 unit, menjadi pemain non-Astra terbesar sepanjang 2025. Merek ini diuntungkan oleh kekuatan di segmen kendaraan niaga ringan dan SUV, meski tetap menghadapi volatilitas permintaan.

Suzuki dan Honda masing-masing mencatat penjualan 55.905 unit dan 53.301 unit, dengan Honda mengalami tekanan signifikan akibat penurunan daya saing produk dan transisi model.

Namun sorotan utama datang dari merek-merek China. BYD dan Denza secara kolektif membukukan penjualan 47.327 unit, dengan lonjakan tajam pada Maret hingga April dan puncak pada Oktober saat penjualan menembus 10.785 unit dalam satu bulan. Kinerja ini mencerminkan akselerasi adopsi kendaraan listrik di Indonesia, didorong oleh insentif pemerintah dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap teknologi EV.

Chery juga mencatat pertumbuhan solid dengan total penjualan 17.931 unit, sementara Wuling dan Hyundai masing-masing menjual 15.382 unit dan 17.897 unit.

Pangsa Pasar Astra Tertekan di Semester Kedua

Meski masih dominan, data menunjukkan tren penurunan pangsa pasar Astra pada paruh kedua 2025. Pangsa pasar bulanan Astra turun dari 56% pada Januari menjadi 47% pada Oktober, sebelum sedikit pulih ke 49% pada November.

Penurunan ini terjadi seiring meningkatnya penetrasi kendaraan listrik dan model-model baru dari produsen non-Jepang, khususnya dari China, yang menawarkan harga kompetitif dan fitur teknologi canggih.

“Pasar otomotif Indonesia sedang memasuki fase transisi struktural. Astra masih kuat, tetapi tidak lagi sendirian,” kata seorang eksekutif industri yang enggan disebutkan namanya.

Tantangan 2026: EV, Konsolidasi, dan Tekanan Makro

Ke depan, pelaku industri memperkirakan 2026 akan menjadi tahun krusial bagi konsolidasi pasar otomotif Indonesia. Produsen mapan seperti Astra dituntut untuk mempercepat transformasi portofolio produk, terutama di segmen EV dan hybrid, sekaligus menjaga profitabilitas di tengah persaingan harga.

Sementara itu, masuknya investor asing, khususnya dari China dan Korea Selatan, diperkirakan akan meningkatkan kompetisi serta mendorong perubahan lanskap industri secara fundamental.

Gaikindo memperkirakan total penjualan kendaraan nasional akan tetap berada di bawah level pra-pandemi, dengan volatilitas yang dipengaruhi oleh suku bunga, nilai tukar, serta kebijakan fiskal dan insentif kendaraan ramah lingkungan.

Data 2025 menegaskan bahwa Astra masih menjadi jangkar utama industri otomotif Indonesia, dengan dominasi kuat di segmen mass market dan LCGC. Namun, kebangkitan pemain non-Astra—terutama merek EV asal China—menjadi sinyal jelas bahwa struktur pasar sedang berubah.

Share This Article