Mengapa Kita Perlu Berinvestasi? Ini Alasan Dasar Investasi bagi Masyarakat Indonesia di Era Inflasi

bintangbisnis

Banyak orang di Indonesia merasa aman dengan menyimpan uang dalam bentuk tunai atau di rekening tabungan bank. Misalnya, Anda memiliki Rp100 juta dan memilih menyimpannya di tabungan Bank BUMN atau bank swasta besar tanpa melakukan investasi apa pun. Secara nominal, jumlah uang itu memang tidak berkurang. Namun dalam realitas ekonomi, nilai riil Rp100 juta tersebut terus menyusut dari tahun ke tahun akibat inflasi. Inilah alasan paling mendasar mengapa investasi menjadi kebutuhan, bukan sekadar pilihan.

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan. Di Indonesia, Bank Indonesia menargetkan inflasi di kisaran 2–4% per tahun. Artinya, jika inflasi berada di level 3%, maka daya beli uang Anda akan turun sekitar 3% setiap tahun. Dalam 10 tahun, Rp100 juta yang hanya disimpan di tabungan bisa kehilangan lebih dari seperempat daya belinya. Uang itu tetap Rp100 juta, tetapi jumlah beras, rumah, pendidikan, atau layanan kesehatan yang bisa dibeli menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan hari ini.

Masalahnya, bunga tabungan bank di Indonesia umumnya berada di bawah tingkat inflasi, apalagi setelah dipotong pajak bunga. Banyak rekening tabungan hanya memberikan bunga 0,5%–1% per tahun. Bahkan deposito berjangka pun sering kali hanya sedikit di atas inflasi. Ini berarti, meskipun uang Anda “bertambah” dari sisi nominal, secara riil Anda tetap mengalami kerugian daya beli. Karena itulah, menyimpan uang di bank saja tidak cukup untuk menjaga nilai kekayaan dalam jangka panjang.

Investasi hadir sebagai upaya untuk menumbuhkan nilai uang agar mampu mengimbangi, bahkan melampaui inflasi. Dengan berinvestasi di instrumen seperti saham, obligasi pemerintah (SBN), reksa dana, atau emas, Anda memberi kesempatan pada uang Anda untuk berkembang seiring pertumbuhan ekonomi. Tujuan awal investasi bukan selalu untuk menjadi kaya raya, melainkan agar nilai kekayaan Anda tidak tergerus inflasi. Ini adalah fondasi berpikir yang penting bagi investor pemula di Indonesia.

Sebagai contoh sederhana, jika inflasi rata-rata Indonesia 3% per tahun, maka investasi Anda setidaknya harus menghasilkan imbal hasil di atas 3% agar nilai riil kekayaan tetap terjaga. Jika hasil investasi mencapai 6–8% per tahun, maka bukan hanya inflasi yang terkejar, tetapi ada pertumbuhan riil kekayaan. Inilah sebabnya mengapa banyak perencana keuangan menyarankan masyarakat mulai berinvestasi sejak dini, bahkan dengan nominal kecil, selama dilakukan secara konsisten.

Alasan lain mengapa investasi penting adalah ketidakpastian ekonomi di masa depan. Biaya pendidikan, kesehatan, dan perumahan di Indonesia cenderung naik lebih cepat dibanding inflasi umum. Mengandalkan tabungan semata membuat risiko kekurangan dana di masa depan semakin besar. Investasi membantu mempersiapkan kebutuhan jangka panjang seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau perlindungan finansial keluarga tanpa sepenuhnya bergantung pada penghasilan aktif.

Kesimpulannya, kita berinvestasi karena menabung saja tidak cukup. Inflasi bekerja secara perlahan namun pasti menggerus nilai rupiah yang kita simpan. Investasi adalah alat untuk melawan efek tersebut, menjaga daya beli, dan memberi ruang bagi pertumbuhan kekayaan. Bagi masyarakat Indonesia, memahami alasan dasar ini adalah langkah pertama sebelum memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan masing-masing.

Share This Article