PT Holcim Indonesia Tbk (Holcim Indonesia), perusahaan publik Indonesia yang mayoritas sahamnya (80,65%) dimiliki LafargeHolcim Group, juga menghadapi tantangan bisnis konstruksi dan infrastruktur yang belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan. Tahun 2015, dalam situasi ekonomi yang masih wait and see, Holcim mampu mencatatkan pendapatan (omset) sebesar Rp 9,2 triliun. Memang sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya (terkoreksi 2.6%).
Dengan situasi pasar yang dilanda perlambatan ekonomi, Holcim mencatat laba sebesar Rp 175 milyar, turun dari Rp 660 milyar (tahun 2014). Kinerja ini merupakan cerminan lesunya penjualan ditambah lonjakan biaya-biaya dari penyelesaian proyek pabrik baru di Tuban, peningkatan tarif dasar listrik, dan biaya restrukturisasi sebelum dilakukannya integrasi dengan PT Lafarge Cement Indonesia.
Gary Schutz, Country CEO Holcim Indonesia, menjelaskan, “Walaupun tahun 2015 diwarnai dengan tekanan harga dan penurunan pendapatan, kami tetap mampu mempertahankan pangsa pasar, melakukan restrukturisasi untuk operasional yang lebih efisien dan produktif, serta sukses menyelesaikan proses integrasi dengan Lafarge Indonesia ” kata Gary.
Pihaknya melihat tahun 2015 sebagai tahun refleksi sebelum menyongsong pertumbuhan yang lebih kuat seiring dengan perkembangan Indonesia kedepan. Kini Holcim Indonesia memiliki kapasitas di Sumatera, pabrik moderen di Tuban, Jawa Timur dan siap memperluas jangkauan pasar.
PT Holcim Indonesia Tbk telah menyelesaikan restrukturisasi dan integrasi dengan PT Lafarge Cement Indonesia, ditengah situasi pertumbuhan ekonomi yang melambat dan tertundanya realisasi belanja negara. Himbauan Pemerintah untuk menurunkan harga jual semen produksi BUMN pada awal tahun 2015 lalu, telah berdampak pada pendapatan bisnis di sektor tersebut. Sementara permintaan semen cenderung menurun.
Konsumsi semen nasional 5% lebih rendah pada akhir semester pertama tahun 2014 lalu yaitu 28 juta ton. Setelah anggaran belanja Pemerintah akhirnya disetujui, proyek-proyek infrastruktur mulai berjalan dan permintaan mencapai peningkatan pada periode semester kedua, walaupun tetap belum cukup menutupi hingga akhir tahun, konsumsi semen nasional pun turun menjadi 60.9 juta ton atau 1.7% lebih rendah dari tahun 2014.
Perusahaan fokus untuk bekerja dengan efisien dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan, dengan tim yang handal di bidang beton jadi, agregat, logistik, penjualan dan pemasaran. Tambahan kapasitas 1.6 juta ton dari pabrik di Lhoknga, menjadi tambahan amunisi bagi perusahaan untuk memperluas bisnis di pasar terbesar kedua yaitu Sumatera – selain keberadaan fasilitas di Lampung dan Sumatera bagian Tengah.
Perusahaan juga menekankan komitmen terhadap kesehatan dan keselamatan karyawan, kontraktor, masyarakat, dan semua mitra usaha strategis lainnya. Kesehatan dan keselamatan merupakan nilai utama yang dianut perusahaan dalam segala hal yang dilakukan, dan terutama bagi para kontraktor yang menjadi fokus perusahaan tahun ini. Perusahaan mendapatkan pengakuan dengan menerima penghargaan Bendera Emas di bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk yang keempat kali, penghargaan Industri Hijau yang kelima kali, dan Proper Emas untuk Pabrik Cilacap atas kinerja manajemen lingkungan dan sosial yang keenam kali, semua berturut-turut.
Indonesia memiliki potensi pada pasar ritel karena potongan suku bunga lokal, kemudahan KPR, rendahnya pinjaman terhadap GDP, dan kebutuhan perumahan yang masih tinggi. Perusahaan kini memiliki kemampuan lebih untuk memenuhi kebutuhan domestik, mulai dari jalan lintas Trans Sumatera sepanjang 2,600 km yang baru saja dimulai, hingga proyek pembangkit listrik berdaya 35,000 MW milik Pemerintah, dan infrastruktur lain seperti pelabuhan, bandara, dan jembatan.
Di Indonesia, PT Holcim Indonesia Tbk menjalankan usaha yang terintegrasi terdiri dari semen, beton siap pakai, dan produksi agregat. Perusahaan ini mengoperasikan empat pabrik semen masing-masing di Narogong, Jawa Barat, Cilacap, Jawa Tengah, Tuban di Jawa Timur dan Lhoknga, Aceh dengan total kapasitas gabungan per tahun 15 juta ton semen, dan mempekerjakan lebih dari 2,500 orang.