Astra, The Unforgettable Bridge Menuju Lanskap Bisnis Baru

bintangbisnis

Di usianya yang telah genap 60 tahun, Group Astra berhasil menorehkan sederet prestasi penting secara finansial maupun non finansial. Tapi apa sih sesungguhnya manfaat Astra bagi Indonesia?
Suatu pagi, di awal Oktober 2017 lalu. Secara tak sadar air mata Jeny Minarti (23) berderai ketika mengenang perjalanan hidupnya yang bak sebuah roller coaster.  Tangisan Jeny pagi itu bukan tentang  kesedihan, namun dia justru tengah berbahagia karena baru saja mendapatkan bonus prestasi yang lumayan besar setelah tiga tahun bekerja di salah satu anak usaha Group Astra (PT Astra Internasional Tbk). Sebuah kegembiraan yang sangat dia idam-idamkan sekaligus dia harapkan bisa mengakhiri kisah pilu diri dan keluarganya yang hidup serba dalam kesusahan semenjak ditinggal wafat ayahnya tahun 2012. 
Ya, belitan kemiskinan memang menjadi kenyataan hidup yang mesti dihadapi Jeny dan dua adiknya sejak ayahnya wafat. Untuk menyambung hidup keluarga, ibunya bekerja serabutan sebagai buruh cuci pakaian dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan makan harian dan sandang ala kadarnya. Namun Jeny masih beruntung, pengelola Polman Astra (Politeknik Manufaktur Astra) mengetahui kondisi Jeny dan keluarga yang kemudian berbaik hati memberikan kesempatan kepadanya untuk kuliah di Polman Astra, dengan beasiswa dan keringanan biaya studi.
Gayung bersambut. Jeny kemudian menyelesaikan pendidikannya di Polman Astra dengan prestasi akademik yang baik sehingga ketika lulus langsung direkrut oleh salah satu anak usaha Astra. Sejak saat itu ‘harapan untuk hidup yang lebih baik’ Jeny dan keluarga menyeruak kembali. Selain bisa menopang kebutuhan makan keluarga, yang lebih mengharukan, Jeny bisa membiayai sekolah dua adiknya yang sedang studi di SMU dan SMP. Wajar bila pagi itu Jeny meneteskan air mata kegembiraan. 
Jeny dengan kegembiraannya hanyalah satu dari jutaan orang yang mendapat cipratan berkah dari keberadaan Group Astra (PT Astra Internasional Tbk), sebuah konglomerasi multi bisnis yang sudah berusia 60 tahun. Dalam hal ini Jeny beruntung karena mendapatkan manfaat langsung dari keberadaan Astra karena ia pernah mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi milik Group Astra, Polman Astra, dan kemudian juga diberi kesempatan bekerja di anak usaha Group Astra. 
Sejatinya ada jutaan orang yang mendapatkan tetesan manfaat dari keberadaan Astra, tak hanya Jeny. Maklum, berdasarkan observasi penulis, Astra termasuk tipologi group perusahaan yang dikelola dengan menjaga keseimbangan antara tiga hal: yakni kepentingan mengejar profit, membangun dan mengembangkan SDM internal, dan mengembangkan masyarakat sekitar sebagai bagian dari tanggung jawab publik. Astra berada pada titik yang terlalu jauh untuk dikategorikan sebagai perusahaan yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. 
Kepedulian Astra terhadap lingkungan sekitar itu juga dicerminkan dalam filosofi atau core value Astra yakni pada sila pertama dari Catur Dharma Astra : Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara”. Aspek ‘memberikan manfaat ke masyarakat sekitar’ dinilai sebagai hal yang fondamental oleh pendiri Astra sehingga bahkan lebih didahulukan dari tiga sila lainnya. Yakni ‘memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan’, ‘menghargai individu dan membina kerjasama’ dan ‘senantiasa berusaha mencapai yang terbaik’.
Filosofi Astra itu bukan sebuah janji kosong tanpa implementasi. Paling gampang hal itu bisa dilihat dari empat program Astra untuk kepentingan publik yang sudah terlaksana melalui program Astra Sehat, Astra Cerdas, Astra Hijau dan Astra Kreatif. Program-program tersebut telah dijalankan secara massif oleh Astra dengan menggelontorkan dana hingga ratusan miliar rupiah. 
Melalui program Astra Cerdas misalnya, Astra membina lebih dari 127.228 sekolah di Indonesia,  memberikan paket beasiswa ke lebih dari 230.000 anak, serta membantu 40.671 guru binaan. Kemudian, melalui program Astra Sehat, Astra telah membina 1.683 posyandu di Indonesia, selain aktif mendukung program donor darah secara nasional serta pembagian ribuan kacamata bagi warga yang membutuhkan. 
Lalu, melalui program Astra Hijau, selain proses bisnis Astra sendiri sudah menyelaraskan prinsip green business yang peduli lingkungan, Astra juga aktif melakukan berbagai kegiatan penghijauan. Setidaknya Astra sudah melakukan penanaman 4,5 juta pohon serta melakukan pelestarian pada 1,12 juta pohon mangrove di berbagai lokasi yang kritikal.  
   
Yang juga tak kalah menarik,  program Astra Kreatif dimana Astra membantu kalangan UKM di Indonesia untuk berkembang melalui serangkaian program pemberdayaan usaha, baik yang dilakukan oleh entitas induk maupun anak-anak usaha. Melalui Yayasan Dana Bakti Astra (YDBA), tunjuk contoh, Astra sudah membina 11.014 UMKM, baik yang bisnisnya terkait langsung dengan proses supply chain Astra maupun yang tidak ada kaitan sama sekali. Sudah tentu, itu semua diluar manfaat yang sudah diterima langsung oleh karyawan Astra yang saat ini tak kurang dari 218.000 orang karyawan. 
Tak bisa dipungkiri, bagi dunia usaha di Indonesia, Astra menjadi sebuah cermin yang pas tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara kepentingan mengejar profit, mengembangkan dan mengayomi SDM internal dan membangun lingkungan sekitar. Astra bukanlah tipikal konglomerasi hitam yang memburu profit sebesar-besarnnya dengan cara merusak lingkungan, ngemplang pajak, atau mengabaikan kepentingan pihak lain yang terkait dengan bisnisnya. Upaya menjadi good citizen benar-benar diusahakan oleh Astra baik pada level induk maupun pada anak-anak usaha. 
Namun bukan hanya itu hal yang bisa menjadi lesson learnt dari keberadaan Astra.  Menurut kesimpulan penulis, Astra juga bisa menjadi benchmark dan pembelajaran manajemen bagi kalangan pebisnis di Indonesia tentang bagaimana sebuah usaha dikelola berbasis sistem. Sejak awal Astra sangat percaya pentingnya membangun sistem dan proses dalam mengembangkan bisnis. Sistem disini sangat komprehensif, bisa meliputi sistem produksi dan pelayanan, sistem manajemen keuangan, pengelolaan SDM dan rekruitmen karyawan, pengembangan pemimpin dari dalam, hingga sistem yang mengatur hubungan antar organisasi dan entitas bisnis baik secara internal maupun eksternal. 
Tentang kesungguhannya membangun sistem ini bisa jadi Astra memang terinspirasi partner-partner bisnisnya dari Jepang seperti Toyota, Daihatsu, dan Isuzu, namun kehebatan Astra adalah pada konsistensi dan komitmennya dalam implementasi. Banyak pemilik dan pengelola bisnis di Indonesia yang juga mempelajari rahasia sukses perusahaan-perusahaan Jepang, toh faktanya mereka gagal dalam mengembangkan sebuah usaha berbasis sistem nan kokoh. Astra di lain sisi, sangat konsisten dalam membangun sistem dan proses bisnis. Mereka meyakini, kalau sistem dan proses sudah dijalankan dengan baik, maka ‘hasil’ secara otomatis akan mengkuti. 
Karena Astra dijalankan dengan berbasis sistem yang kuat, maka manfaat langsungnya, Astra menjadi lebih solid terhadap berbagai gangguan krisis yang disebabkan faktor eksternal maupun internal. Contohnya ketika Presiden Direktur Group Astra sebelumnya, Michael D. Ruslim, tiba-tiba wafat dipanggil Sang Pencipta, Astra sama sekali tidak goyah. Tidak ada goncangan dari sisi operasional maupun kinerja. Kenapa? Karena Astra pada level puncak dikelola dengan sistem kepemimpinan kolektif yang kuat dan sistem kaderisasi kepemimpinan pun sudah disiapkan dengan rapi sehingga roda Astra tetap bergulir dengan baik.
Tak hanya itu yang menarik dari Astra. Diantara yang juga penting untuk diberikan catatan tebal, kesungguhan Astra dalam membangun SDM perusahaan dan mengembangkan leader-leader dari dalam. Astra merupakan tipologi perusahaan yang mau mengembangkan (grooming) karyawannya dan mendanainya, dan bukan tipe perusahaan yang asal gampang membajak karyawan milik ‘tetangga sebelah’. Prinsip ini bisa berjalan baik karena sejak awal pengelola Astra meyakini paradigma bahwa setiap orang memiliki potensi yang hebat dan dapat dikembangkan untuk kemajuan perusahaan. 
Jangan heran bila Astra memiliki ‘kampus internal’ yang aktif  mempersiapkan leader-leader masa depan yang disebut sebagai Astra Management Development Institute (AMDI). Organisasi ini dari waktu ke waktu memfasilitasi berbagai program pelatihan kepemimpinan di Astra Group dengan konten yang seimbang antara sharing pengetahuan, pengalaman, kompetensi dan pengembangan karakter. Dus, yang dikembangkan mencakup aspek hard skill maupun  soft skill. Programnya sendiri berlapis-lapis, mulai dari Astra Basic Management Program hingga Astra Advanced Executive Program yang dikhususkan untuk para eksekutif di Grup Astra. 
Tampak sekali bahwa manajemen Astra sangat serius dalam mengembangkan berbagai program untuk peningkatan kualitas SDM tersebut, dan hal itu diyakini insan Astra sebagai jalan terbaik untuk melahirkan ‘winning team’. Insan Astra memang meyakini bahwa untuk bisa sukses dibutuhkan ‘winning team’, selain ‘winning concept’ dan ‘winning system’.
Masih dalam konteks manajemen korporasi, Astra juga bisa dijadikan kasus menarik dari sisi pengembangan corporate culture. Khususnya, langkah Astra pada pengembangan budaya ekselen sebagai manifestasi dari impelementasi salah satu sila dalam Catur Dharma Astra ‘senantiasa berusaha mencapai yang terbaik’. Meski tanpa banyak gembar-gembor, dalam rangka berusaha mencapai yang terbaik, Astra terus mengembangkan budaya inovasi dan terus belajar dalam roda usahanya. 
Contohnya untuk memupuk budaya inovasi dan sekaligus untuk merangsang karyawan dan unit bisnis agar mencari solusi terbaik dari tantangan-tantangan pekerjaannya masing-masing, Astra rutin menjalankan konvensi yang isinya melombakan semua inovasi di lingkungan internal Group Astra. Nama event itu dinamai InnovAstra, selalu diselengggarakan tiap tahun sejak tahun 1980. Karyawan dan divisi yang karya inovasinya menang, akan diberikan imbalan uang dan otomatis juga menjadi kredit point untuk percepatan kenaikan jabatan. Otomatis karyawan dan unit bisnis akan terus berlomba melahirkan inovasi untuk mencari cara-cara baru pemecahan masalah di bidang kerjanya masing-masing.
Bila dihitung sejak awal hingga 2017, secara group, tak kurang dari 8.200.000 ide inovasi yang sudah dihasilkan dan dilombakan melalui event tersebut. Dan sebegitu banyak ide inovasi yang telah berdampak langsung pada perbaikan efisiensi dan efektifitas bisnis Astra. Jangan salah, banyak cara pelayanan dan produk Astra yang saat ini sudah diimplementasi pada bisnis Astra Group  yang dulu asalnya juga berasal dari ide inovasi yang dilombakan pada event InnovAstra. 
Kemudian, bila kita membahas dalam konteksi yang lebih makro, bagi bangsa Indonesia, salah satu sisi yang bisa dicontoh dari Astra ialah komitmennya dalam membangun industri. Astra memiliki portofolio bisnis yang cukup massif di bisnis manufaktur, mulai dari produksi otomotif, alat berat hingga agribisnis. Kalau sudah berbicara industri, artinya ada serangkaian ekosistem supply chain dari bahan baku awal, pemrosesan produk hingga menjadi produk akhir yang siap dipasarkan. Dalam sebuah industri selalu ada kegiatan pemrosesan yang artinya ada kegiatan memberikan nilai tambah pada produk, dan kegiatan  penyerapan tenaga kerja. 
Nah, tipe bisnis berbasis industri seperti itu sangat dibutuhkan Indonesia saat ini yang disebut-sebut sedang mengalami gejala de-industrialisasi dan cenderung hanya menjadi negara pasar (konsumtif). Sudah menjadi rahasia umum, tak sedikit pabrikan asal Indonesia yang kini sudah direlokasi ke China, Vietnam dan Thailand dengan alasan biaya produksi disana lebih kompetitif. Karena itu Astra yang berani konsisten dengan kegiatan industrinya yang massif itu layak menjadi catatan tersendiri. Selain diharapkan bisa memberikan efek multiplier berupa penciptaan ribuan lapangan kerja, antusiasme  Astra dalam membangun basis industri di Indonesia diharapkan bisa menulari kalangan pebisnis lain agar tidak berbisnis secara hit and run atau begitu mudah memindahkan investasinya ke luar negeri (capital flight). 
Juga tak bisa dilupakan, dalam catatan saya, Astra termasuk tipologi perusahaan yang menjalankan model prudent management. Astra memang terus ekspansi ke berbagai sektor bisnis baru seperti bisnis jalan tol, pembangkit listrik, pelabuhan dan properti, namun ekspansi Astra masih dalam koridor ‘sangat berhati-hati’. Ada berbagai pertimbangan matang sebelum mereka masuk bisnis baru atau akuisisi. Mereka akan sangat memperhatikan bagaimana aspek sinergitas dan komplementarinya dengan bisnis lama. Dus, tidak sembarang caplok sana-sini. Pesannya, manajemen resiko dijalankan dengan baik di Astra agar tidak ada stakeholdernya yang dirugikan akibat corporate action yang dilakukan. Tentu saja hal ini bisa menjadi lesson bagi pihak lain dalam mengembangkan strategi bisnis.
Selain prinsip kehati-hatian, Astra pun bisa menjadi tempat benchmarking pada sisi implementasi asas good corporate governance (GCG). Transparansi, keterbukaan dan taat aturan merupakan nilai-nilai dasar dalam GCG yang sudah dijalankan Astra sejak awal-awal tahun berdiri. Sebagai perusahaan publik, PT Astra International Tbk terus mengomunikasikan secara terbuka semua kebijakan perusahaan maupun hasil-hasil pencapaiannya, baik di saat kinerja perusahaan sedang bagus maupun kala terjadi stagnasi di sebuah unit bisnis. 
Sebab itu sangat masuk akal bila sampai saat ini saham Astra masih terus menjadi saham blue chip yang diburu investor. Kalangan investor tentu bukan hanya percaya terhadap kinerjanya namun juga percaya bahwa perusahaan dikelola dengan baik, informasinya apa adanya. Transparan. Adalah sebuah fakta yang tidak dilebih-lebihkan bila sejauh ini, disadari atau tidak, di dunia pasar modal Astra sudah dijadikan sebagai salah satu barometer penting bagi kalangan investor pasar modal Indonesia dalam membuat keputusan investasi. Sedangkan dalam konteks makro sektor riel, disadari atau tidak, Astra sudah biasa dijadikan cermin untuk melihat bagaimana dinamika perekonomian nasional secara umum. 
Ya, Astra telah menjadi sebuah ikon penting di jagad bisnis di Indonesia. Tapi Astra adalah juga sebuah jembatan. Jembatan yang pantas dilewati bagi kalangan pebisnis yang ingin mengelola perusahaan menuju area baru yang lebih terkelola secara well managed, berbasis sistem dan mampu menjaga keseimbangan segitiga kepentingan profit-people-planet. Sebuah jembatan yang pantas dilalui agar Indonesia menjadi negara industri yang kokoh. Dan tentu saja, Astra juga telah menjadi jembatan yang membantu ratusan ribu atau jutaan individu dalam mentransformasi dirinya menuju taraf hidup yang lebih baik, sebagaimana dialami Jeny Minarti yang sudah dikisahkan diawal tulisan tadi.    
Share This Article