Taiheiyo Cement Corporation berencana mengakuisisi 15% saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Perusahaan asal Jepang tersebut memiliki komitmen investasi sekitar US$ 220 juta untuk menjalin kerja sama strategis dengan SBI. President and Representative Director Taiheiyo Cement Masafumi Fushihara mengatakan, perseroan telah melakukan kesepakatan awal dengan menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan SBI dan Semen Indonesia pada 21 April 2020.
Perseroan berencana membangun kemitraan secara jangka panjang. Detail kerja sama akan diumumkan pada akhir kontrak kesepakatan awal, yang ditargetkan Juli 2020. Sementara hak pelaksanaan rights issue untuk mengakuisisi sebagian saham SBI direncanakan Maret 2021. “Aliansi modal dan bisnis ini memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan pertumbuhan di masa depan. Dengan berpartisipasi pada pasar semen di Indonesia, maka kehadiran kami bisa semakin kuat di wilayah Lingkar Pasifik,” jelas dia dalam keterangan resmi, Rabu (22/4).
Latar belakang dari transaksi ini adalah pasar semen Jepang yang dinilai memiliki tantangan tersendiri secara jangka panjang. Salah satunya adalah tingkat kelahiran bayi yang menurun, yang berujung pada penurunan populasi dan penurunan permintaan semen dalam negeri. Sementara di luar Jepang, khususnya negara-negara berkembang di Asia dinilai masih memiliki tingkat permintaan yang baik. Hal ini dipicu oleh berbagai pembangunan infrastruktur.
Menurut Masafumi, perseroan memiliki sejumlah target selama periode tahun fiskal 2018-2020. Salah satunya adalah perluasan pasar di Lingkar Pasifik dan negara sekitarnya. Kemitraan dengan Semen Indonesia Grup berpotensi menguntungkan karena BUMN ini memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia. Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan Solusi Bangun Indonesia Andika Lukmana mengatakan, kerja sama strategis antara para pihak yang terlibat MoU ini meliputi rencana investasi saham oleh Taiheiyo Cement dalam perusahaan, kesepakatan mengenai ekspor ke Taiheiyo Cement dan rencana kemitraan.
“Investasi yang dimaksud dalam MoU adalah sehubungan dengan rencana investasi Taiheiyo untuk mengambil bagian atas saham atau melakukan investasi pada perseroan dengan nilai sebesar US$ 220 juta,” kata dia dalam keterangan resmi. Sesuai rencana, pelaksanaan investasi Taiheiyo pada SBI akan dilakukan melalui peningkatan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. Berdasarkan MoU, kata Andika, SBI dan Taiheiyo Cement telah sepakat bahwa perseroan akan melakukan kegiatan ekspor atas hasil produksinya kepada Taiheiyo Cement. Sementara untuk kemitraan kedua perusahaan akan meliputi penelitian, pengembangan, dan teknologi sehubungan dengan kegiatan usaha produksi masing-masing.
“MoU ini hanya kesepakatan awal, sehingga MoU yang telah ditandatangani dan seluruh rencana masih akan tunduk kepada dokumen-dokumen transaksi atau perjanjian definitif,” jelas dia. Sebagai informasi, saat ini Semen Indonesia melalui Semen Indonesia Industri Bangunan tercatat menguasai 98,30% saham SBI. Sebelumnya, Semen Indonesia mengakuisisi 80,6% saham SBI, yang semula bernama Holcim Indonesia dari Holderfin B.V pada Januari 2019. Transaksi tersebut melibatkan 6,18 miliar saham dengan harga Rp 2.097 per saham.
Valuasi Premium Riset Sinarmas Sekuritas menyatakan, meski masih dalam tahap awal, rencana ini bisa menjadi kesepakatan yang menarik bagi Semen Indonesia Grup dan Taiheiyo Cement. Valuasi saham premium untuk saham SBI dinilai menunjukan potensi yang menguntungkan bagi Semen Indonesia. Sementara bagi Taiheiyo, aksi ini bisa menghasilkan biaya investasi yang rendah dibanding berinvestasi secara greenfield yang bisa menelan biaya US$ 120-150 per ton.
Sementara itu, riset RHB Sekuritas menilai ada potensi pelemahan penjualan semen di kuartal II-2020. Namum, terdapat potensi pemulihan secara bertahap mulai awal kuartal IV-2020. Semen Indonesia diperkirakan mampu melakukan efisiensi biaya lantaran sudah tidak ada pembayaran royalti kepada Lafarge Holcim. Selain itu, Semen Indonesia juga berpeluang mendapat ongkos pembiayaan yang rendah berkat suku bunga acuan Bank Indonesia yang rendah. RHB Sekuritas merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 9.500. Pada penutupan Rabu (22/4), saham SMGR betengger pada posisi Rp 6.900 per saham.