PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK.
15 WK tersebut antara lain Gunung Sibuali-Buali – Sumut, Gunung Sibayak-Sinabung – Sumut, Sungai Penuh (Kerinci) – Jambi, Hululais – Bengkulu, Lumut Balai dan Margabayur – Sumsel, Way Panas – Lampung, Kamojang Darajat – Jabar, Karaha Cakrabuana – Jabar, Pangalengan – Jabar, Cibeureum Parabakti – Jabar, Tabanan – Bali, .Lahendong – Sulut, Gunung Lawu – Jateng, Seulawah – NAD, Kotamobagu – Sulut
Saat ini kapasitas terpasang PLTP yang operasikan sendiri oleh PGE di atas adalah sebesar 672 MW. Sesuai dengan masterplan Pertamina pengembangan panas bumi dalam lima tahun ke depan akan meningkat tajam, ditargetkan akan naik 2 kali lipat menjadi *1.108* Megawatt (1,1 Gigawatt) pada tahun 2026.
Di samping operasional sendiri oleh PGE, Pertamina juga mengelola panas bumi bersama mitra melalui joint operation contract dengan kapasitas terpasang sebesar 1.205 MW. Dengan keseluruhan pengelolaan pengembangan panas bumi tersebut, diharapkan Pertamina dapat menjamin terpenuhinya energi bersih di masa depan.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menjelaskan Pertamina terus mengupayakan penyediaan energi yang ramah lingkungan yang diperlukan di masa depan. Melalui 15 wilayah kerja proyek panas bumi, Pertamina akan mewujudkan program transisi energi dimana energi baru terbarukan akan mencapai 30% pada tahun 2030.
“Potensi geothermal di Indonesia sangat tinggi, termasuk No 2 terbesar di dunia namun baru 7 persen yang telah dikembangkan. Dengan roadmap Pertamina, dalam lima tahun ke depan akan naik dua kali lipat,” ungkapnya.
Agus menambahkan pada program transisi energi, Pertamina juga akan mengupayakan 4 MW melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Badak di Kalimatan. Solar Cell Panel juga telah terpasang di 63 lokasi yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Pertamina juga menargetkan pemasangan Panel Solar Cell di seluruh SPBU Pertamina dengan kapasitas terpasang sebesar 385 kWp,” ujarnya.
Energi bersih yang akan menghasilkan listrik juga dikembangkan Pertamina melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bio-Gas (PLTBg) bekerja sama PT Perkebunan Negara II di Sei Mangkei di Simalungun Sumatera Utara dengan total kapasitas 2,4 MW.
Salah satu proyek nasional yang juga menjadi fokus Pertamina, lanjut Agus adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 di Cilamaya Jawa Barat dengan kapasitas mencapai 1.760 MW.
Inisiatif strategis untuk mendorong pelaksanaan program green transition Pertamina, lanjut Agus, juga dilakukan di sektor pengolahan. Setelah sukses uji coba produksi Green Diesel (D100) di Kilang Dumai sebesar 1.000 barel per hari, Pertamina juga sedang mengembangkan Green Energy melalui Revamp TDHT di Kilang Cilacap dengan target produksi 6.000 barel perhari yang ditargetkan onstream tahun 2022. Biorefinery Standalone di Kilang Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari.
Di lini bisnis tengah tersebut, sejak tahun 2019 Pertamina telah mengimplementasi Biodiesel plus 30% yang terlaksana di seluruh Indonesia, sehingga dapat menurunkan impor solar sebesar 1,6 miliar dollar per tahun.
“Upaya untuk menurunkan impor, Pertamina juga akan mengembangkan gasifikasi batubara kalori rendah menjadi DME untuk substitusi LPG. Keseluruhan insiatif strategis yang dilakukan Pertamina untuk menjamin ketersediaan energi bersih di masa depan didasari semangat untuk memberikan energi yang lebih baik kepada masyarakat dan lingkungan,” tandas Agus.