Kuartal I, BRI Syariah Salurkan Pembiayaan Rp 30,45 Triliun

bintangbisnis
PT Bank BRI Syariah Tbk (BRI Syariah) mencatatkan laba bersih sebesar Rp75,15 milyar pada  triwulan I 2020, meningkat sebesar 150% dibandingkan triwulan I 2019. Sementara asset BRI Syariah pada triwulan I 2020 tercatat sebesar Rp42,2 triliun, meningkat 9,51% dibandingkan triwulan I 2019.
 
Tidak hanya mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah Perseoran juga mengalami pengingkatan yang signifikan.
 
Direktur Bisnis Komersil BRI Syariah –  Kokok Alun Akbar menyatakan, pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah di triwulan I 2020 mencapai 34,28% year-on-year  (yoy), sementara pertumbuhan dana murah (CASA) mencapai 77,51% (yoy).
 
“Di triwulan I 2020, total pembiayaan yang disalurkan BRI Syariah menjadi sebesar Rp 30,45 T dan total dana murah yang berhasil  dihimpun menjadi sebesar Rp16,86 T. Prestasi ini didukung oleh leadership dari manajemen yang secara  konsisten meningkatkan kompetensi SDM, digitalisasi proses pembiayaan, penajaman pasar sasaran,  monitoring, penentuan KPI yang jelas dan penerapan budaya sadar risiko dalam menyalurkan  pembiayaan,” papar  Alun, panggilan akrab Kokok Alun Akbar.
 
Lebih lanjut dijelaskan Alun, salah satu faktor pertumbuhan CASA BRI Syariah adalah tabungan payroll yang tumbuh 46% yoy dari  Rp429,6 milyar pada triwulan I 2019 menjadi Rp627,2 milyar. Tabungan payroll memang menjadi salah  satu fokus BRI Syariah dalam mengembangkan bisnisnya, karena dari sini didapat ekspansi pasar dengan  pemilihan pasar secara selektif. Melalui peningkatan tabungan payroll membuka potensi peningkatan  penyaluran pembiayaan salary based financing.
 
Pembiayaan BRI Syariah Meningkat Di Atas Rata-Rata Industri
BRI Syariah Menjadi Lender Investree, Salurkan Rp 50 Miliar
“Ini juga merupakan strategi pemilihan bisnis yang memiliki daya tahan lebih tinggi pada saat pandemi. Karena cash flow nasabah tabungan payroll terpantau oleh kami, sehingga pembiayaan nasabah payroll ini beresiko lebih rendah,” jelas Alun.
 
Di sisi pembiayaan, lanjut Alun, pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah pada triwulan I 2020 disokong oleh  pembiayaan segmen ritel. Pembiayaan ritel BRI Syariah pada triwulan I 2020 tercatat sebesar Rp20,5  triliun, tumbuh 49,74% yoy. Pembiayaan ritel ini termasuk segmen kecil menengah dan kemitraan,  konsumer serta mikro.
 
Secara rinci, dijelaskan Alun, pembiayaan segmen kecil menengah dan kemitraan BRI Syariah tercatat sebesar Rp6,07 triliun pada  Maret 2020 tumbuh 71% yoy. Pembiayaan segmen konsumer pada Maret 2020 tercatat sebesar 8,94  triliun, tumbuh 31,6% yoy. Sementara pembiayaan segmen mikro tumbuh 63,55% Yoy, tercatat sebesar Rp5,6 triliun pada Maret 2020. Pertumbuhan pembiayaan ritel ini selaras dengan visi misi BRI Syariah,  yaitu menjadi bank ritel terkemuka dengan beragam layanan.
 
Selain fokus pada pertumbuhan pembiayaan dan DPK, lanjut Alun, BRI Syariah juga terus memperhatikan kesehatan  bank. NPF BRI Syariah pada triwulan I 2020 tercatat 2,95%, turun dibandingkan periode yang sama pada  tahun 2019, yang mencapai 4,34%. Financing to Deposit Ratio juga ada pada batas aman, yakni 92,11%.  Hal ini menunjukkan fungsi intermediari perbankan yang optimal.
 
Terkait pandemi virus Corona yang terjadi di Indonesia, BRI Syariah mengakui hal itu akan berdampak pada bank. Namun hal tersebut belum nampak pada triwulan I 2020. Untuk itu BRI Syariah akan semakin selektif dalam melakukan ekspansi bisnis.
 
“Kami tetap selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Selain  itu kami juga akan mengidentifikasi nasabah-nasabah yang usahanya berpotensi terdampak pandemi  virus Corona.”
 
Bagi nasabah pembiayaan yang usahanya terdampak pandemic virus corona, BRI Syariah menawarkan keringanan dalam bentuk restrukturisasi pembiayaan.
 
“Sesuai dengan arahan OJK, kami memberikan kesempatan keringanan/restrukturisasi pembiayaan kepada nasabah pembiayaan yang usahanya  terdampak Covid-19 serta mengalami kesulitan pembayaran angsuran. Restrukturisasi pembiayaan ini  diperuntukkan nasabah mikro, kecil, menengah yang memenuhi persyaratan. Syaratnya antara lain  kolektabilitas nasabah sebelum wabah Covid-19 termasuk lancar. Selain itu nasabah beritikad baik,  bersikap kooperatif dengan mengisi form assessment, dan usahanya memiliki prospek baik,” jelas Alun.
 
“Kami mohon nasabah dapat kooperatif dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan. Namun bagi nasabah yang tidak terdampak serta memiliki kemampuan untuk membayar agar tetap melakukan pembayaran angsuran sesuai dengan waktunya,” demikian tutup Alun.

 

  • Software Aplikasi untuk Mengontrol Kinerja Bisnis dan Memastikan Target

 

Share This Article