Pada masanya, banyak perusahaan keluarga di Indonesia yang tumbuh menjadi raksasa bisnis, berawal dari usaha kecil-kecilan hingga mencapai skala besar dengan reputasi yang mengakar kuat. Namun, salah satu tantangan terbesar yang kini dihadapi oleh perusahaan keluarga adalah ketiadaan generasi penerus yang siap melanjutkan bisnis keluarga tersebut. Generasi baru, yang seharusnya meneruskan tongkat estafet kepemimpinan, sering kali lebih memilih jalur karier di luar bisnis keluarga, atau tidak memiliki minat dan kesiapan untuk mengambil alih. Kondisi ini kerap membuat perusahaan keluarga berada di persimpangan jalan: apakah tetap mempertahankan bisnis dengan keterbatasan pengelolaan internal, ataukah harus melakukan perubahan besar seperti menjualnya ke pihak lain.
Dua solusi utama muncul sebagai jawaban atas permasalahan ini. Pertama, perusahaan bisa melakukan langkah strategis dengan melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di pasar modal. Langkah kedua, menjual perusahaan kepada investor atau pihak lain yang tertarik dengan valuasi bisnis yang menggiurkan. Artikel ini akan membahas kedua opsi tersebut secara mendalam serta memberikan gambaran tentang bagaimana kedua strategi ini bisa membantu keberlanjutan perusahaan keluarga yang tidak memiliki generasi penerus.
Opsi Pertama: Go Public, Profesionalisasi Manajemen, dan Pengawasan Pemilik
Go public atau melakukan IPO merupakan pilihan yang dapat membuka berbagai peluang baru bagi perusahaan keluarga. Ketika sebuah perusahaan keluarga masuk ke pasar saham, kepemilikan saham tersebar ke publik, tetapi hal ini juga memberi kesempatan bagi perusahaan untuk merekrut para profesional terbaik guna menjalankan bisnis. Dengan langkah ini, keluarga pemilik tidak lagi perlu terlibat dalam operasional harian perusahaan, tetapi bisa tetap menjadi bagian penting dalam pengawasan melalui posisi di Dewan Komisaris.
Perusahaan yang go public memiliki akses terhadap modal yang lebih besar untuk ekspansi atau diversifikasi usaha. Selain itu, dengan menyerahkan manajemen kepada para profesional yang memiliki kapabilitas tinggi, risiko operasional akibat ketidaksiapan generasi penerus bisa diminimalkan. Generasi kedua atau ketiga yang tidak tertarik menjalankan bisnis keluarga dapat tetap menjadi pemilik dan menikmati dividen dari laba perusahaan. Mereka hanya perlu fokus pada pengawasan strategis, memantau kinerja manajemen, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penting melalui Dewan Komisaris.
Langkah go public juga memberikan transparansi yang lebih baik bagi perusahaan. Ketika perusahaan telah terdaftar di bursa, setiap pergerakan keuangan dan kinerja bisnis akan tercatat dengan jelas, sehingga para pemilik keluarga bisa melihat perkembangan perusahaan secara objektif dan transparan. Keterbukaan ini pada akhirnya memberikan rasa aman bagi para pemilik yang ingin perusahaan tetap berjalan baik tanpa keterlibatan intens mereka dalam operasional sehari-hari.
Meski demikian, keputusan untuk go public tidak semudah membalik telapak tangan. Prosesnya panjang dan penuh persyaratan yang harus dipenuhi. Dibutuhkan audit keuangan yang ketat, penyesuaian struktur manajemen, hingga pembentukan strategi komunikasi yang baik dengan calon investor dan pemegang saham. Namun, bagi banyak perusahaan keluarga yang tidak memiliki generasi penerus yang siap, opsi ini adalah solusi terbaik untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis dengan standar yang lebih profesional.
Opsi Kedua: Jual Saja Perusahaan dengan Valuasi yang Baik
Opsi kedua bagi perusahaan keluarga yang tidak memiliki generasi penerus adalah menjual perusahaan kepada pihak lain, baik itu investor individu, perusahaan besar, atau bahkan perusahaan multinasional. Menjual bisnis keluarga bukan lagi hal tabu, bahkan telah menjadi salah satu langkah strategis yang sering diambil oleh banyak pemilik bisnis di era modern ini. Banyak pendiri perusahaan yang, sejak awal mendirikan bisnisnya, telah menyiapkan rencana jangka panjang untuk menjual bisnis tersebut di masa depan demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Menjual perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai skema, mulai dari penjualan sebagian saham (minoritas) hingga penjualan keseluruhan saham (mayoritas). Penjualan ini tidak berarti keluarga kehilangan kontrol sepenuhnya, karena beberapa kesepakatan dapat dibuat untuk tetap mempertahankan sebagian pengaruh keluarga di perusahaan, misalnya dengan penunjukan anggota keluarga sebagai komisaris atau penasihat.
Banyak perusahaan keluarga yang memilih menjual perusahaannya karena berbagai alasan. Salah satunya adalah kesempatan untuk menikmati hasil jerih payah selama bertahun-tahun dalam bentuk dana segar yang dapat digunakan untuk berinvestasi di bidang lain atau memulai bisnis baru yang lebih kecil dan manageable. Alasan lainnya adalah untuk menghindari konflik internal dalam keluarga yang sering terjadi ketika tidak ada generasi penerus yang siap atau memiliki visi berbeda terhadap masa depan bisnis.
Langkah ini juga bisa memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk berkembang lebih pesat di bawah kendali investor baru yang memiliki strategi ekspansi dan akses pasar yang lebih luas. Sebagai contoh, sejumlah perusahaan keluarga di Indonesia yang telah dijual ke perusahaan multinasional justru berhasil mencapai pertumbuhan yang lebih cepat dan signifikan karena akses ke teknologi, manajemen, dan modal yang lebih baik.
Strategi Mana yang Tepat?
Baik go public maupun menjual perusahaan, masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Keputusan terbaik bergantung pada visi pemilik keluarga terhadap masa depan bisnis, serta bagaimana mereka ingin terlibat di dalamnya. Bila keluarga pemilik ingin tetap mempertahankan kendali tertentu tetapi tidak terlibat dalam operasional, go public mungkin pilihan terbaik. Namun, jika fokus keluarga lebih pada mendapatkan valuasi optimal dan menikmati hasil bisnis, menjual perusahaan adalah langkah yang lebih rasional.
Sebagai pertimbangan akhir, setiap perusahaan keluarga harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tujuan jangka panjang, kekuatan finansial, dan dinamika internal keluarga sebelum mengambil keputusan. Konsultasi dengan para ahli di bidang keuangan dan hukum akan membantu memberikan pandangan yang lebih komprehensif dalam memutuskan langkah strategis yang paling menguntungkan.
Apapun pilihannya, yang pasti, keberlanjutan bisnis perusahaan keluarga tidak selalu harus terhenti hanya karena ketiadaan generasi penerus yang siap. Dengan opsi go public atau menjual perusahaan, keluarga tetap bisa memastikan bahwa buah dari jerih payah mereka terus berkembang dan memberikan manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, bahkan jika mereka tidak lagi berada di garis depan mengelola bisnis tersebut secara langsung.