Polychem Perbaiki Kinerja di Tengah Volatilitas Industri Kimia

bintangbisnis

PT Polychem Indonesia Tbk terus berupaya bertahan di tengah tekanan berat yang melanda industri petrokimia, seiring iklim bisnis global dan domestik yang kian rumit. Perusahaan ini menghadapi kombinasi tantangan berupa pelemahan permintaan, fluktuasi harga bahan baku, hingga ketatnya persaingan regional, yang memaksa manajemen untuk bekerja ekstra menjaga keberlangsungan usaha. Dalam situasi yang serba tidak pasti tersebut, Polychem tetap menjalankan langkah-langkah operasional dan efisiensi secara disiplin demi mempertahankan kinerja.

Pada tahun 2024 lalu, Polychem membukukan penjualan bersih konsolidasian sebesar USD 109,7 juta, meningkat sekitar 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat USD 104,8 juta. Kenaikan ini sepenuhnya ditopang oleh segmen kimia, khususnya etilena glikol dan petrokimia, yang kini menjadi tulang punggung operasional perseroan. Tidak terdapat kontribusi penjualan dari segmen polyester, menegaskan fokus bisnis Polychem yang semakin terkonsentrasi.

Pertumbuhan penjualan tersebut terjadi di tengah dinamika biaya produksi yang masih menantang. Beban pokok penjualan pada 2024 mencapai USD 108,6 juta, naik 1,8% atau sekitar USD 1,9 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Komponen biaya utama tetap berasal dari bahan baku, energi, tenaga kerja langsung, serta biaya produksi lainnya. Namun, peningkatan pendapatan yang lebih tinggi berhasil mengimbangi tekanan biaya tersebut.

Hasilnya tercermin pada perbaikan kinerja laba kotor. Setelah mencatat rugi kotor sebesar USD 1,95 juta pada 2023, Polychem berhasil membalikkan kondisi tersebut dengan mencetak laba kotor sekitar USD 1 juta pada 2024. Seluruh laba kotor tersebut berasal dari divisi kimia, menegaskan efektivitas fokus strategis perseroan pada segmen ini.

Dari sisi bottom line, meskipun perseroan masih mencatat rugi komprehensif, tren perbaikannya cukup tajam. Rugi komprehensif pada 2024 tercatat sekitar USD 9,9 juta, hampir setengah dari rugi USD 19,26 juta yang dibukukan pada 2023. Penyempitan kerugian ini menjadi indikator awal bahwa langkah-langkah efisiensi dan penyesuaian bisnis mulai memberikan dampak nyata.

Manajemen Polychem menyebut perbaikan kinerja tersebut tidak terlepas dari penerapan strategi dan kebijakan bisnis yang berfokus pada metode RAAT—Resilience, Attentiveness, Adaptation, dan Transparency—sebagai kerangka utama dalam menghadapi ketidakpastian.

Unsur resilience diwujudkan melalui kemampuan perseroan menjaga kesinambungan operasional di tengah fluktuasi pasar dan tekanan eksternal. Peningkatan penjualan sebesar 4,65% pada 2024 menjadi bukti bahwa permintaan terhadap produk kimia Polychem masih terjaga, sekaligus mencerminkan ketahanan model bisnis yang dijalankan.

Attentiveness, sebagai elemen kedua, tercermin dalam pengambilan keputusan manajemen yang semakin berhati-hati dan berbasis risiko. Perseroan secara aktif mengidentifikasi peluang efisiensi, khususnya dalam menekan biaya produksi yang selama ini menjadi tantangan utama industri kimia. Kebijakan efisiensi energi dan tenaga kerja menjadi contoh konkret langkah yang diambil untuk memperbaiki struktur biaya tanpa mengorbankan kapasitas produksi.

Sementara itu, adaptation diwujudkan melalui inovasi produk. Polychem mengembangkan dan memasarkan berbagai produk turunan ethoxylate yang memiliki aplikasi lintas industri, mulai dari semen dan otomotif hingga Cement Grinding Aid (CGA) dan radiator coolant. Langkah ini tidak hanya memperluas basis pelanggan, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk dan mengurangi ketergantungan pada komoditas dengan margin tipis.

Pendekatan adaptif ini menjadi krusial mengingat dinamika industri kimia global yang kerap tidak konsisten, dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku, permintaan industri hilir, serta kondisi makroekonomi. Dengan portofolio produk yang lebih beragam, Polychem berupaya meningkatkan fleksibilitas bisnisnya.

Dari sisi struktur pendapatan, kontribusi segmen etilena glikol dan petrokimia mencapai 100% dari total penjualan bersih pada 2024. Penjualan dilakukan secara langsung dan seluruhnya diakui pada saat pengalihan barang (point in time), mencerminkan model bisnis yang relatif sederhana dari sisi pengakuan pendapatan, namun menuntut disiplin tinggi dalam pengelolaan biaya dan persediaan.

Meski demikian, tantangan ke depan masih nyata. Perseroan masih mencatat laba sebelum pajak yang fluktuatif, serta menghadapi tekanan dari struktur biaya yang sensitif terhadap harga energi dan bahan baku. Dengan laba kotor yang masih relatif tipis, konsistensi efisiensi operasional dan keberhasilan strategi inovasi produk akan menjadi penentu utama keberlanjutan perbaikan kinerja.

Share This Article