Mindset Pemberi dalam Islam: Menjadi Tangan di Atas, Bukan Tangan di Bawah

bintangbisnis

Dalam ajaran Islam, seorang Muslim diajarkan untuk memiliki mentalitas sebagai pemberi, bukan peminta. Konsep ini berakar pada sabda Rasulullah ﷺ:

“Al-yadul ‘ulya khairun min al-yad as-sufla.”

(Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.)

(HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini secara eksplisit menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi orang yang mampu, mandiri, dan memiliki kecukupan harta sehingga bisa memberi kepada orang lain. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk hidup dalam kondisi meminta-minta atau bergantung pada belas kasihan orang lain.

Dalam dunia manajemen kontemporer, prinsip ini juga diterapkan dalam berbagai teori kepemimpinan dan bisnis. Seorang pemimpin atau pengusaha sukses adalah mereka yang mampu memberi manfaat bagi orang lain, bukan sekadar mencari keuntungan pribadi. Dengan demikian, mindset pemberi sejalan dengan ajaran Islam dan juga prinsip kesuksesan dalam kehidupan duniawi.

  1. Keutamaan Menjadi Orang yang Memberi dalam Islam

Islam sangat menekankan keutamaan memberi, baik dalam bentuk harta, ilmu, maupun tenaga. Ada banyak dalil dalam Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan keutamaan ini, di antaranya:

  1. Memberi Mendatangkan Keberkahan Rezeki

Allah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa orang yang bersedekah dan gemar memberi akan mendapatkan keberkahan dalam rezekinya:

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 261)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa semakin kita memberi, semakin luas pula rezeki yang akan kita peroleh. Ini merupakan hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan dalam kehidupan manusia.

  1. Memberi adalah Ciri Orang Bertakwa

Dalam banyak ayat, Allah menjelaskan bahwa orang yang bertakwa adalah mereka yang tidak hanya menjalankan ibadah ritual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

“Dan mereka memberikan makanan yang mereka sukai kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”
(QS. Al-Insan: 8)

Memberi bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga bentuk implementasi keimanan yang sejati.

  1. Memberi Adalah Investasi Akhirat

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim)

Secara logika duniawi, memberi bisa dianggap sebagai pengurangan harta, tetapi dalam perspektif Islam, memberi justru akan mendatangkan keberkahan dan menggandakan rezeki.

  1. Bahaya Mentalitas Peminta dalam Islam

Sebaliknya, Islam melarang seseorang memiliki mentalitas peminta. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa meminta-minta padahal dia mampu, maka kelak pada hari kiamat ia akan datang dengan wajah yang penuh luka.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Dari hadis ini, dapat disimpulkan bahwa meminta-minta tanpa keperluan adalah perbuatan tercela dalam Islam. Beberapa dampak negatif dari mentalitas peminta antara lain:

  1. Menghilangkan Harga Diri dan Martabat

Orang yang terbiasa meminta-minta cenderung kehilangan kemandirian dan rasa percaya diri. Mereka menjadi terbiasa bergantung pada orang lain dan enggan berusaha sendiri.

  1. Menghambat Kreativitas dan Inovasi

Mentalitas peminta membuat seseorang enggan berusaha keras untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Padahal, Islam mengajarkan agar umatnya selalu berusaha dan berikhtiar sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah.

  1. Menyebabkan Ketergantungan Sosial

Masyarakat yang dipenuhi dengan orang-orang yang hanya berharap bantuan tanpa berusaha akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya bekerja dan berusaha agar bisa mandiri dan bahkan membantu orang lain.

  1. Membangun Mentalitas Pemberi dalam Kehidupan Sehari-hari

Agar seorang Muslim bisa menjadi tangan di atas, diperlukan perubahan mindset dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Memiliki Pola Pikir Abundance (Kelimpahan)

Seorang Muslim harus yakin bahwa rezeki berasal dari Allah dan tidak terbatas. Dengan memiliki pola pikir ini, kita akan lebih mudah berbagi tanpa takut kekurangan.

  1. Berusaha Menjadi Orang yang Mandiri

Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh agar tidak bergantung pada orang lain. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil kerja tangannya sendiri.”
(HR. Bukhari)

  1. Melatih Diri untuk Berbagi dalam Hal Kecil

Kita bisa memulai kebiasaan memberi dari hal-hal kecil, seperti berbagi ilmu, membantu teman yang kesulitan, atau menyisihkan sebagian rezeki untuk sedekah.

  1. Menjalin Silaturahmi dan Networking

Dalam dunia bisnis dan manajemen, membangun jaringan atau networking sangatlah penting. Dalam Islam, konsep ini dikenal sebagai silaturahmi. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Dengan memperluas jaringan sosial dan menjalin hubungan baik dengan banyak orang, peluang rezeki juga akan semakin terbuka.

Big Note:

Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki mentalitas pemberi, bukan peminta. Dengan menjadi tangan di atas, seorang Muslim tidak hanya akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Hadis Nabi ﷺ yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah adalah prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap Muslim dalam menjalani kehidupan. Dengan memiliki mindset pemberi, seorang Muslim akan menjadi pribadi yang sukses di dunia dan akhirat.

Sebagai langkah nyata, mulailah dari hal kecil: perbanyak sedekah, bantu orang di sekitar, dan jadilah sosok yang memberi manfaat bagi sesama. Dengan begitu, kita tidak hanya mendapatkan keberkahan hidup, tetapi juga menjalankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

 

Share This Article