Kecintaan Edo Bawono pada dunia tenis tak mengurangi rasa bhaktinya kepada orang tua. Tak heran, meski sudah nyaman 10 tahun bekerja dan menyalurkan kecintaannya pada dunia tenis di Amerika, toh sejak Desember 2010 lalu ia pulang ke Indonesia, bergabung dan meneruskan bisnis keluarga. Edo, kelahiran 24 Desember 1977, merupakan generasi kedua pemilik perusahaan kemasan PT Multi Saka Abadi. Sejak empat tahun lalu, anak sulung dari tiga bersaudara ini bekerja keras mengembangkan usaha keluarganya dan kini sudah dipercaya sebagai managing director.
Sebenarnya 10 tahun masa kerja Edo di Amerika berlangsung cukup nyaman. Di Negeri Paman Sam itu Edo sempat bekerja di perusahaan manufacturing, Crown Cork & Seal, selama 5 tahun. Lalu pindah ke Saint-Gobain (2 tahun), dan terakhir pindah ke sebuah perusahaan manufacturing di Philadelphia. Setelah menjabat Senior Financial Analyst, ia merasa sudah waktunya pulang ke Indonesia, membantu bisnis orang tua. “Kebetulan ayah memanggil saya untuk membantu di sini,” kenang Edo.
Awalnya Edo agak berat hati pulang karena disana ia bisa menyalurkan bakat tenisnya — fasilitas disana lebih lengkap. Maklum, ia penggemar berat olahraga tenis dan sempat menjadi pemain tenis nasional. Begitu bergabung ke perusahaan keluarga, ia langsung ditempatkan sebagai plant manager (manajer pabrik). Awalnya agak kaget terjun ke bisnis keluarga karena harus menangani semua bidang, sementara waktu di Amerika lebih banyak berkutat dengan finance.
Dari sisi hubungan interpersonal, ia tak kesulitan karena karyawan rata-rata sudah lama bekerja dengan orang tuanya, dan sudah dianggap saudara sendiri. “Disini saya harus memikirkan ke mana arah perusahaan. Ruang lingkup pekerjaan lebih luas, melihat keseluruhan. Juga harus mengelola manajer-manajer supaya menjadi satu tim erat,” ungkap Edo yang meraih gelar sarjana dari University of Kentucky dan MBA dari Temple University itu.
Pemilik PT Multi Saka Abadi yang juga ayahanda Edo, Arko Bawono menjelaskan, dirinya membiarkan karir Edo berjalan mengalir. “Saya tidak memaksakan, dan mungkin dia sendiri kasihan sama saya yang sudah tua. Ha haha,” ujar Arko. Arko hanya mengajari Edo soal budaya karena memang budaya kerja di Indonesia berbeda. Juga tentang peraturan pemerintah dan peraturan perusahaan. “Saya beritahu dia, harus bisa menyesuaikan diri menghadapi karyawan,” kata Arko seraya berharap agar Edo bisa membuat perusahannya lebih besar dan memberikan manfaat untuk banyak orang.
Semenjak dipercaya sebagai managing director PT Multi Saka Abadi, Edo melakukan sejumlah langkah terobosan, khususnya di lini produksi hingga proses. Contohnya, perusahaannya ia dorong untuk berani melakukan investasi teknologi yang lebih mutakhir untuk membantu peningkatan produktivitas. “Pelanggan kami merupakan multi-nasional yang menuntut bekerja lebih cepat. Kalau saya melayani mereka dengan mesin-mesin yang tidak canggih, tentu tak akan bisa memenuhi kebutuhan customer kita,” ia memberi alasan.
Tak heran, perusahaannya juga sudah menerapkan manajemen proses bisnis dan sistem informasi yang berbasis Enterprise Resource Planning. Sekarang pihaknya juga sudah punya mesin berkecepatan 4 kali lebih cepat dibanding sebelumnya.
Dari sisi pasar, selama ini perusahaannya berhasil dipercaya perusahaan dan brand top seperti Lifebuoy, Lux, Coca Cola, Detol, Indofood, Wings, untuk menjadi penyedia kemasan. Selain itu juga sudah ekspor ke Papua New Guinea, dan secara tak langsung juga ekspor ke Arab Saudi, Malaysia, Jepang, Hong Kong dan beberapa negara di Asia lain. “Penjalan kita tiap tahun naik 30% dalam 4 tahun terakhir,” ujarnya sumringah. Ya, bisnis PT Multi Saka Abadi makin berkembang dibawah Edo. Bila saat masuk jumlah karyawannya 90 orang, kini sudah lebih dari 300 orang karyawan.
“Saya ingin Multi Saka terus tumbuh sampai ke generasi anak-cucu. Lima tahun kedepan kita targetkan sudah masuk top five di bisnis packaging,” ungkapnya yakin. Modal yang andalkan ialah keuletan dalam menghadapi masalah. “Ketika menghadapi masalah, kita harus selalu berjuang, tidak pernah menyerah. Tidak ada kata tidak bisa, dan harus tuntas,” Edo menceritakan semangat bisnisnya. Ya, semangat yang tentu saja diinspirasi sportifitas dari dunia tenis.