Investasi Sektor Manufaktur Perlu Diberikan Insentif

bintangbisnis
Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana menuturkan, industri manufaktur di Indonesia tetap tumbuh, tetapi melambat. Padahal, industri manufaktur merupakan sektor yang paling memengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena menarik investasi dan menyerap banyak tenaga kerja.
Pemerintah, kata dia, perlu memberikan insentif agar industri manufaktur semakin tumbuh dan berkembang. Jika kondisi manufaktur dibiarkan melambat, hal itu bisa memicu deindustrialisasi. “Indonesia punya potensi menjadi negara industri, tinggal diberikan insentif yang tepat,” ujar dia.
Dalam pandangan dia, beberapa insentif yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur adalah menurunkan harga energi, terutama gas, dan meningkatkan elektrifikasi. Harga gas untuk energi masih mahal, mencapai US$ 8 per mmbtu. Alhasil, banyak sekali pelaku industri yang teriak agar harga gas bisa diturunkan ke level yang paling ideal, sekitar US$ 6 per mmbtu. 
Harga gas yang tinggi, kata dia, sangat membebani karena menambah ongkos produksi. Oleh sebab itu, dalam dua tahun terakhir pemerintahan Presiden Jokowi, fokus utama adalah memangkas harga gas energi. Di samping itu, target listrik 35 ribu MW perlu direalisasikan agar manufaktur bisa tumbuh. “Harga energi harus menjadi perhatian utama, karena banyak jenis industri yang tergantung pada energi,” papar dia. 
Di luar itu, dia mengungkapkan, pemerintah harus memberikan fasilitas tax holiday dan tax allowance bagi industri yang menyerap tenaga kerja cukup besar dan nilai investasinya tinggi. Jika sudah ada fasilitas tax holiday dan tax allowance, banyak investor asing yang tertarik menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi yang tinggi berdampak pada penurunan angka pengangguran.

Share This Article