Kinerja maskapai penerbangan berbiaya rendah asal Malaysia, AirAsia rupanya sedang mengkilap. Hal itu terjadi di hampir semua unitnya di negara-negara ASEAN. Tak heran, AirAsia berencana menyatukan seluruh bisnisnya yang ada di Asia Tenggara. Perusahaan tengah mendalami rencana itu dan terutama terkait masalah regulasi yang mungkin akan menghalanginya. Dalam sebuah laporan yang dirilis CIMB dan dikutip dari CNBC, Selasa (1/8/2017), AirAsia ingin memusatkan bisnisnya di Malaysia di bawah satu payung besar. Saat ini, AirAsia memiliki unit bisnis di Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan beberapa negara lainnya di luar Asia Tenggara.
Tujuan penyatuan bisnis ini adalah agar dapat go public alias melantai di bursa saham dengan perusahaan holding baru. CEO AirAsia mengumumkan rencana konsolidasi ini ketika metrik bisnis maskapai tersebut tengah kuat.
“Kami sedang dalam posisi yang fantastis. Saat ini faktor-faktor pertumbuhan sangat tinggi, bisnis dalam kondisi baik dan kami akan membeli 29 pesawat tahun ini,” ujar Fernandes.
Saat ini pun AirAsia sedang memesan 400 unit pesawat baru. Para analis menyatakan, AirAsia tampak sedang mempersiapkan pertumbuhan.
“Kami sekarang memiliki Indonesia dan Filipina yang memberikan kinerja yang sangat baik dan India secara mengejutkan berkinerja lebih baik dari yang kami antisipasi dan sangat cepat,” imbuh Fernandes.
Ia menuturkan, pihaknya berharap unit bisnis AirAsia di India dapat memperoleh laba dalam enam bulan ke depan. Fernandes bilang, kondisi pada pasar minyak dan nilai tukar juga mendorong bisnis maskapai tersebut.
Pada awal pekan ini, harga minyak berada pada kisaran level 52 dollar AS per barrel. Pelemahan mata uang ringgit Malaysia juga mendorong sektor pariwisata negara itu, yang menjadi ladang untung bagi AirAsia.
“Dalam beberapa hal, kami diuntungkan dari devaluasi ringgit, meski biaya meningkat. Saya rasa Malaysia menjadi negara yang lebih murah untuk dikunjungi,” ungkap Fernandes.
Untuk menjadi perusahaan holding baru yang dapat melantai di bursa saham, AirAsia masih harus menghadapi sejumlah tantangan. AirAsia harus bernegosiasi dengan beberapa negara untuk secara penuh memiliki maskapai dengan menukar saham mitra kepada saham perusahaan holding.
Kalau negosiasi tidak berjalan dengan baik, maka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) grup AirAsia kemungkinan tidak bisa terwujud pula. Namun, Fernandes tetap yakin konsolidasi itu bisa dijalankan.