Jakarta — PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) mempertegas arah strateginya sebagai emiten ekosistem otomotif bekas melalui ekspansi jaringan operasional dan penguatan model bisnis omnichannel, langkah yang dinilai memperkuat fundamental perusahaan di tengah dinamika industri otomotif nasional. Relokasi cabang JBA Indonesia di Bandung serta penerapan lelang hybrid menjadi bagian dari strategi ASLC untuk meningkatkan skala bisnis, efisiensi operasional, dan potensi monetisasi jangka panjang.
Bagi investor, langkah ini menegaskan fokus ASLC pada pertumbuhan berbasis volume transaksi dan perluasan jaringan, bukan sekadar ekspansi agresif tanpa disiplin operasional. Cabang baru JBA Bandung yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta 637–639 memiliki luas lebih dari 8.800 meter persegi, dengan kapasitas lebih dari 300 unit mobil dan 350 unit motor. Skala fasilitas ini memungkinkan peningkatan throughput lelang sekaligus efisiensi logistik, dua faktor kunci dalam bisnis balai lelang kendaraan.
Sebagai balai lelang kendaraan terbesar di Indonesia, JBA kini mengoperasikan 15 kantor cabang dan 24 hub di seluruh Indonesia. Jaringan ini menciptakan barrier to entry yang signifikan bagi pemain baru, sekaligus memberikan ASLC keunggulan struktural dalam mengamankan pasokan kendaraan dari lembaga pembiayaan, korporasi, dan pelaku usaha lainnya. Relokasi cabang Bandung, yang sebelumnya memiliki keterbatasan kapasitas, menjadi sinyal bahwa manajemen melihat potensi pertumbuhan transaksi di wilayah Jawa Barat sebagai area dengan return on capital yang menarik.
Implementasi lelang hybrid di Bandung juga memiliki implikasi strategis bagi valuasi jangka panjang ASLC. Dengan menggabungkan partisipasi onsite dan online, JBA meningkatkan akses pasar tanpa harus menambah investasi fisik secara proporsional. Model ini berpotensi meningkatkan margin operasional seiring bertambahnya peserta lelang dari luar wilayah operasional cabang, sekaligus memperkuat utilisasi aset yang sudah ada.
Dari perspektif pasar modal, digitalisasi proses lelang merupakan langkah penting dalam meningkatkan scalability bisnis. Lelang hybrid memungkinkan pertumbuhan volume transaksi tanpa kenaikan biaya tetap yang signifikan, sehingga berpotensi mendorong leverage operasional dalam jangka menengah. Hal ini menjadi relevan di tengah kondisi pasar otomotif yang fluktuatif, di mana fleksibilitas biaya menjadi faktor penentu ketahanan laba.
Kinerja keuangan ASLC hingga kuartal III 2025 mencerminkan efektivitas strategi tersebut. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp713,0 miliar, tumbuh 15% secara tahunan (YoY), sebuah capaian yang relatif solid di tengah tekanan makroekonomi dan volatilitas sektor otomotif. Pada periode yang sama, JBA berhasil melelang lebih dari 92 ribu unit kendaraan, dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp201,8 miliar, menegaskan peran bisnis lelang sebagai core revenue generator.
Pertumbuhan volume lelang ini memiliki implikasi positif bagi arus kas dan stabilitas pendapatan. Berbeda dengan bisnis ritel kendaraan baru yang sangat siklikal, bisnis lelang mobil bekas cenderung lebih defensif karena didukung oleh kebutuhan likuidasi aset, restrukturisasi kredit, dan perputaran kendaraan korporasi. Karakteristik ini menjadikan ASLC relatif lebih resilien terhadap perlambatan ekonomi.
Selain JBA, ASLC juga membangun optionality pertumbuhan melalui integrasi dengan Caroline.id dan MotoGadai. Caroline.id, dengan 17 showroom berbasis model online-to-offline, memperluas eksposur ASLC ke segmen B2C dengan margin yang berpotensi lebih tinggi. Sementara itu, MotoGadai memperkuat ekosistem melalui layanan pembiayaan berbasis gadai kendaraan, menciptakan sinergi lintas lini bisnis dan memperpanjang value chain perusahaan.
Bagi investor, ekosistem terintegrasi ini berfungsi sebagai diversifikasi sumber pendapatan sekaligus mitigasi risiko. Ketika pasar lelang melambat, bisnis ritel dan pembiayaan dapat menjadi penopang, dan sebaliknya. Struktur ini juga membuka peluang monetisasi data kendaraan, pricing, dan perilaku konsumen, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan kualitas earnings ASLC.
Relokasi cabang Bandung juga mencerminkan pendekatan manajemen yang selektif dalam alokasi modal. Alih-alih membuka cabang baru secara agresif, ASLC memilih meningkatkan kapasitas dan kualitas cabang yang sudah ada di wilayah strategis. Pendekatan ini berpotensi menghasilkan return on assets yang lebih baik, sekaligus menekan risiko over-expansion.

