Ada semacam pandangan lama yang salah tentang berbisnis dalam hubungannya dengan upaya mencari investor. Dulu dan bahkan hingga sekarang, sebagian pengusaha berpandangan bahwa kalau perusahaan butuh dan cari investor, maka itu pertanda perusahaan itu sedang bermasalah. Sedang punya problem keuangan. Cari investor artinya butuh bantuan orang lain untuk menolong problem keuangannya.
Pandangan seperti itu bukan hanya KUNO, namun juga berarti sebuah ketidaktahuan terhadap perkembangan bisnis dan kekurangan informasi tentang bagaimana perusahaan-perusahaan besar bisa tumbuh berkembang. Kalau yg dilihat skala perusahaan UKM, mungkin agak benar, butuh investor = sedang problem keuangan.
Tapi ketika kita bicara skala korporasi dan konglomerasi, mencari dan menggandeng investor itu adalah sebuah keniscayaan. Penulis sudah meneliti dan kebetulan berkawan dengan dekat dengan eksekutif ti TOP List 20 konglomerasi terbesar di Indonesia, mereka semua selalu terbuka dengan investor dan bahkan terus mencari partner investor untuk pengembangan usahanya. Mindset mereka bagaimana bisa berpartner dengan pihak lain untuk membesarkan bisnis secara bersama. Penulis sudah mempelajari bagaimana perusahaan besar sekelas Salim Group, Sinarmas, Medco, Astra, Saratoga, Sampoerna, Lippo, mereka semua bukan tipikal perusahaan yang alergi untuk bermitra dengan investor. Banyak orang yang tidak tahu, mereka bisa tumbuh cepat tidak selalu memakai duit sendiri. Tapi joint dengan investor private equity atau investor strategis lainnya.
Ada dua alasan besar kenapa perusahaan-perusahaan group besar itu umumnya sangat welcome dengan investor. Pertama, alasan keuangan. Kedua, alasan non keuangan.
Alasan Keuangan :
—————
Perusahaan umumnya butuh investor karena secara keuangan tidak baik semua modal bisnis ditanggung sendiri. Sebagai bagian dari berbagi resiko, investor perlu ada untuk menganggung resiko bisnis dan investasi secara bersama. Jadi beban keuangan permdalan tak hanya dipikul sendiri. Selain itu, ada kalangan kondisi keuangan kita sudah mentok plafon atas untuk bisa berkembang. Sementara kita butuh modal usaha karena ada peluang bisnis dan pertumbuhan yang bisa digarap.
Terkadang pinjam bank/cari kredit ke bank juga sudah tak mungkin karena jaminan sudah nggak ada. Semua aset sudah disekolahkan. Semua aset sudah diagunkan. Nah, dalam kondisi ini, pasti, lebih baik menggandeng investor sebagai equity partner untuk menggarap peluang yg ada atau membuat perusahaan menjadi lebih besar lagi. Kalau ada investor masuk injeksi modal, maka pertama, equity akan naik sehingga ada tambahan untuk memodali pertumbuhan. Kedua, kalau equity nilainya naik, maka ruang lingkup pinjaman ke bank juga bisa lebih besar lagi nilainya. Bisa cari kredit dengan plafon yang lebih besar. Kalau sebelumnya maksimal hanya bisa cari Rp 200 M, misalnya, dengan ekuity baru masuk, menjadi bisa pinjam Rp 600-700 M. Apalagi kalau investor baru memang punya jaringan bank sendiri, maka akan menjadi lebih bagus lagi dalam memudahkan pencarian kredit korporasi.
Alasan Non Keuangan
—————–
Kehadiran investor baru juga penting bukan hanya dari sisi financial, namun juga secara strategi non financial. Investor baru terkadang bisa membawa kompetensi baru, menambah jaringan bisnis baru, memperluas jaringan pasar, dan juga menyuntikkan SDM-SDM unggul baru. Banyak hal yang dulu tak bisa dikerjakan sendiri namun kemudian menjadi mungkin berkat investor baru dan jaringannya. Banyak peluang ekspasi yng dulu dibiarkan saja, maka bisa menjadi andalan bisnis baru dengan hadirnya investor yang joint. Simplenya saja, otak satu orang manusia terbatas. Kalau yng menyelesaikan masalah lebih banyak orang tentu alternatif solusi menjadi tidak hanya satu. Banyak keputusan bisnis dan investasi yang dulu takut untuk diambil, maka menjadi lebih berani dengan adanya investor baru. Ini analog dengan mengangkat sebatang kayu besar, kalau kayu besar itu diangkat satu orang, mungkin memang bisar. Tapi kalau bisa diangkat 2 atau tiga orang tentu menjadi lebih ringan bebannya dan lebih cepat bisa diangkat kayunya. Bahkan bisa juga mengangkat kayu-kayu yang lain.
Sebab itu, Bapak/Ibu yang masih menganggap lebih baik mengerjakan bisnis sendiri tanpa investor, bersiap-siap saja bahwa bisnisnya akan tumbuh segitu gitu saja. Pertumbuhan dan perkembangan bisa ditebak. Nggak akan ada sebuah terobosan karena nggak ada kompetensi baru yang masuk. Hanya saja, tentu juga penting bahwa dalam mencari investor harus cari investor yang baik, yang memang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan Bapak/Ibu. Mencari yang style dan chemistrynya sama, bisa sejalan, sehingga bisa membesarkan bisnis bersama2. Bukan investor baru yang masuk dan malah bikin ribut. Jadi penting untuk memilih investor sehingga tujuan untuk mempercepat pertumbuhan memang bisa direalisasikan.
Yang pasti, bila perusahaan Bapak/Ibu punya bisnis yang omsetnya sudah diatas Rp 300 dan butuh investor, maka saya bisa bantu carikan investor baik jenis investor keuangan (private equity) ataupun investor strategis (pemain sektor riel).
Silahkan hubungi saya bila memerlukannya.
terima kasih / salam sukses
Silahkan hubungi kami di :
HP / WA : 0812 8554 5155
Email : deaamalyta@gmail.com
Bacaan Lain:
- Banyak Investor Asing Cari Mitra Lokal, Siap Tanam Uang Modal Di Bidang-Bidang Bisnis Ini
- Mengenal Seluk-Beluk Dan Cara Kerja Private Equity
- 10 Kiat Sukses IPO: Strategi Efektif untuk Pemegang Saham dan Manajemen
- 5 Alasan Kuat Kenapa Perusahaan Harus Go Public
- Cari Perusahaan Untuk Diakuisisi Sahamnya