Kisah Sukses Chairul Tanjung, Pengusaha Dengan Multi Bisnis, Membuktikan Sukses Itu Bukan Turunan

bintangbisnis

 

Chairul Tanjung termasuk pengusaha sukses paling moncer dalam 10 tahun terakhir. Ia pengusaha pribumi paling tajir saat ini. Dibanding seluruh pengusaha Indonesia, pri dan non pri, ia juga masuk dalam Top 10. Bisnisnya beragam, dari properti, media, keuangan, perkebunan hingga bisnis ritel. Bak sultan yang memang sedang naik daun.  KISAH SUKSES CHAIRUL TANJUNG amat menarik karena kini juga sudah dipercaya investor kakap dunia seperti Mitsui Jepang dan GIC Singapore. Orang tak menyangka kalau ia benar-benar berbisnis dari nol. Start from zero. Start from nothing.

 

Merintis Di Awal 

 

SUKSES Chairul Tanjung atau CT ini tidak didapatkannya dengan mudah dan instan, melainkan butuh perjuangan keras yang di mulainya dari nol. Maka, jangan heran bila Chairul banyak dijadikan panutan bagi para pebisnis muda sebagai motivasi untuk mencapai kesuksesan. Chairul Tanjung, kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 ini merupakan anak dari enam saudara dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung yang berasal dari Sibolga, Sumatera Utara, dan Halimah kelahiran Cibadak, Jawa Barat.

 

 

Masa muda Chairul tidaklah bergelimang harta dan kecukupan. Sang ayah hanya seorang jurnalis dari koran yang terbilang kecil. Bahkan, memasuki periode Orde Baru, perusahaan tempat ayahnya bekerja tersebut ditutup karena dianggap bertentangan dengan pemerintahan.

 

  Jatuhnya keadaan ekonomi keluarga Chairul memaksa mereka untuk menjual rumahnya dan tinggal dalam sebuah losmen kecil yang sangat sempit bila dihuni keseluruhan anggota keluarga mereka. Dari sinilah Chairul disebut berangkat dari keluarga yang biasa2 saja  karena memiliki latar belakang keluarga yang sangat biasa – biasa saja. 

 

Dengan keadaan ekonomi yang pas pasania masih tetap dapat menempuh pendidikan dengan baik. Pada masa kecilnya, Chairul mengenyam pendidikan SD dan SMP Van Lith di wilayah Gunung Sahari. Setelah itu, pada 1981 ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Jakarta atau yang biasa dikenal dengan SMA Boedi Oetomo di Jakarta Pusat. Tidak menunda waktu, Chairul langsung memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas. Pada saat itu, Chairul memilih Jurusan Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia dan lulus pada 1987. 

 

Sejak masih kuliah, ia mulai mencoba dunia bisnis kecil – kecilan mulai dari berjualan buku kuliah di kampus, kaos, hingga fotokopi. Walaupun berasal dari keluarga yang pas-pasan, tak Chairul patah semangat. Hingga akhirnya ia  memperoleh predikat Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional untuk periode 1984 – 1985. 

 

Chairul melanjutkan studinya pada 1993, ia mendapatkan gelar MBA  dari Executive Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). Namun, sayangnya gelar tersebut belum benar – benar sah karena Chairul belum menyelesaikan tesisnya. Baru – baru ini universitas tersebut memberikan kesempatan pada Chairul untuk mendapatkan pemutihan dan menyelesaikan gelarnya.

 

Awal Memulai Bisnis Serius

 

CT pertama kali menjajaki dunia bisnis serius ketika ia merintis sebuah toko yang menjual peralatan kedokteran dan laboratorium. Toko tersebut didirikan di wilayah Senen, Jakarta Pusat, meski akhirnya harus mengalami kebangkrutan. 

 

 

 

 

Setelah gagal pada bisnis tersebut, Chairul bersama beberapa rekannya memulai bisnis baru di bidang ekspor sepatu anak – anak yang berpayung di sebuah perusahaan yang bernama PT Pariarti Shindutama. Hanya dengan bermodalkan 150 juta rupiah hasil pinjaman dari sebuah bank, usahanya tersebut terbilang sukses karena langsung mendapatkan pesanan jumlah besar dari Italia.

 

Walaupun keberuntungan seakan sedang berpihak kepada Chairul dan perusahaannya tersebut, nyatanya terdapat sesuatu yang mengganjal di hatinya. Pada akhirnya, perbedaan pandangan dan lain hal, Chairul memutuskan untuk berpisah dengan ketiga rekannya yang selama ini sudah bersama-sama membangun bisnis sepatu ekspor tersebut dan mulai membangun usahanya sendiri.

 

Selain memiliki jeli melihat peluang bisnis, Chairul juga memiliki relasi sangat luas.  Ia tidak memilih – milih dengan siapa ia menjalin relasi. Mulai dari kalangan atas, hingga para pekerja – pekerja kelas bawah yang mungkin banyak orang menganggap mereka tidak ‘selevel’ dengan seorang Chairul Tanjung. Dengan keahlian yang dimilikinya dan luasnya relasi dari Chairul, kesuksesan pun perlahan datang. Chairul kemudian mendirikan Para Group yang memiliki sebuah perusahaan ‘payung’ bernama Para Inti Holdindo.

 

Chairul pun berusaha memusatkan bisnisnya pada tiga sektor yaitu keuangan (finansial), multimedia dan properti. Untuk mengorganisir sektor keuangan, Chairul memiliki anak perusahaan bernama Para Global Investindo. Dalam sektor multimedia dan investasi, ia mendirikan Para Inti Investindo. Sedangkan untuk sektor properti, ia mendirikan Para Inti Propertindo. 

 

Dalam menjalankan usahanya, Chairul lebih gemar melakukan akuisisi terhadap perusahaan – perusahaan lain dibanding membangunnya dari awal. Salah satu akuisisi dari Chairul yang paling terkenal adalah Bank Karman yang kemudian diubah namanya menjadi Bank Mega. Dalam mengembangkan Para Group, CT juga banyak diberi nasehat oleh Jendral Rudini yang waktu itu sempat ia jadikan komisaris di perusahaannya. 

 

Bisnisnya berkembang pesar. Ia kemudian juga membeli sebagian besar saham dari Carefour Indonesia sebesar 40% melalui perusahaannya yang bernama Trans Corp. Pembelian itu diresmikan pada bulan Maret 2010. Penandatanganan penjualan saham tersebut bahkan tidak dilakukan di Indonesia melainkan di Prancis. Berselang satu tahun kemudian, pada 1 Desember 2011, Chairul merubah nama Para Group menjadi CT Corp yang dikenal sekarang ini. CT Corp sendiri terdiri dari tiga perusahaan anak yaitu Mega Corp, CT Global Resources, dan Trans Corp atau Trans TV. CT juga dikenal sebagai salah satu raja bisnis media selain Surya Paloh, Harry Tanoe dan Eddy Sariatmadja.

 

 

Bisnis televisi

 

Chairul pertama kali mendiri Trans TV dengan nama perusahaan PT. Televisi Transformasi Indonesia. Untuk mendirikan saluran media yang nantinya akan menjadi salah satu channel televisi tersukses ini saja Chairul harus meminjam uang sebesar Rp100 miliar-an kepada bank karena dana yang ia miliki saat itu hanya Rp50 miliar saja.

 

Ternyata kesulitan yang diterima Chairul dalam membangun Trans TV tidak hanya sampai disitu. Estimasi biaya yang dia buat sebelumnya ternyata tidak cukup. Belum lagi ia sudah mempekerjakan 250 karyawan di tahun 2000. Biaya yang dibutuhkan oleh Trans TV untuk saat itu mencapai 400 miliar Rupiah. Karena hal tersebut, Chairul terpaksa kembali mengajukan pinjaman kepada bank.

 

Stasiun televisi miliknya itu pertama kali melakukan siaran uji coba pada tahun 2001 tepatnya pada bulan Desember. Siaran uji coba tersebut hanya berlangsung selama 12 jam saja. Kemudian, waktu siaran dari Trans TV pun bertambah menjadi sekitar 20 jam.

 

 

 

 

 

Chairul sendiri merasakan betapa berat dan memakan biayanya menggeluti dunia bisnis ini. Pinjaman yang diajukannya sebesar 300 miliar Rupiah, habis hanya dalam sebulan saja. Pada masa awal Trans TV mengudara, setiap bulannya Chairul harus merugi rata – rata 30 miliar Rupiah. Jangan salah, dalam mengembangkan bisnisnya, CT juga banyak bekerjasama dengan kalangan investor luar negeri yang mendanai bisnis CT, termasuk kalangan investor private equity.

 

Siaran dari stasiun televisi milik laki – laki penyandang gelar sarjana kedokteran gigi ini mencapai puncaknya pada tahun 2008. Tidak puas hanya sampai disitu, Chairul kemudian mengambil alih saluran TV7 milik Kompas dan merubah namanya menjadi Trans7. Mulai dari situlah kedua stasiun televisi ini menjadi salah satu penyumbang kekayaan terbesar untuk Chariul dengan pendapatan mencapai triliunan Rupiah.

 

Ayah dari Putri Indahsari Tanjung dan Rahmat Dwiputra Tanjung ini memang pantas disebut sebagai salah satu pengusaha paling sukses di Indonesia. Melalui kekayaan yang didulangnya dari tiga sektor utama yaitu pemberian kartu kredit (melalui Bank Mega), pengelolaan hypermart (Carrefour dan TransMart), serta stasiun televisi (Trans TV dan Trans7) membuat nama Chairul Tanjung terdengar ke seluruh pelosok Nusantara.

 

Ternyata tidak hanya di Indonesia, nama Chairul Tanjung sudah melanglang buana hingga ke ranah internasional. Dilansir dari situs Forbes, kekayaan Chairul saat ini berada pada angka 3,4 miliar Dollar Amerika Serikat atau setara dengan lebih dari 49,5 triliun Rupiah. Angka tersebut bukan merupakan puncak kekayaan tertinggi dari Chairul. Puncak kekayaan Chairul Tanjung, dilansir dari sumber yang sama, berada pada bulan Maret tahun 2016.

 

Pada puncak kekayaannya tersebut, nilai kekayaan Chairul Tanjung mencapai 4,9 miliar Dollar Amerika Serikat atau setara dengan lebih dari 71,4 triliun Rupiah bila dikalikan dengan nilai tukar Dollar ke Rupiah pada saat ini. Ia kini juga banyak mengembangkan komplek entertaintment center, TransPark di berbagai kota. 

 

Nama Chairul Tanjung sukses bertengger di jajaran orang terkaya Indonesia, bahkan dunia. Pada daftar 50 orang terkaya di Indonesia yang dirilis oleh Forbes 2018, Chairul menempati posisi ketujuh. Sedangkan untuk skala internasional dari sumber dan tahun yang sama, Chairul menempati posisi ke 652.

 

Chairul Tanjung, sukses bukan turunan

Melihat perjalanan hidup dan karir dari seorang Chairul Tanjung pembaca semoga makin sadar bahwa orang kaya tidak selalu kaya turunan. Bahkan yang kaya karena kerja keras sendiri, bukan warisan orang tua. Banyak pengusaha yang create suksesnya dari nol. Ia rintis sendiri dari kecil secara bertahap. Yang penting punya goal, punya mimpi, dan terus berjuang dan bangkit bila menemui kegagalan. 

 

Semua pebisnis sukses pernah gagal. CT juga pernah ada gagal di bidang bisnis tertentu. Dan jangan lupa, bila sudah sukses, selalu bersyukur kepada Yang Maha Kaya dan selalu berbagi kepada kalangan yang belum beruntung. Salam semangat. 

#kisah sukses chairul tanjung #sukses bukan turunan #kiat sukses chairul tanjung #sejarah CT Corp #pendiri TransTV #pemilik Carrefour #pemilik Trans7, pemilik TransPark
Share This Article