Dalam logika manusia, memberi berarti mengurangi. Namun, dalam logika Ilahi, memberi justru memperbanyak. Konsep ini bukan sekadar retorika spiritual, tetapi memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an dan hadis. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Pernyataan ini bukan sekadar metafora, melainkan sebuah janji yang berulang kali dibuktikan oleh sejarah dan pengalaman nyata. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini mengilustrasikan bahwa harta yang diberikan di jalan Allah justru akan berkembang berlipat ganda, tidak hanya dalam bentuk balasan di akhirat, tetapi juga dalam keberkahan rezeki di dunia. Keberkahan ini bisa berupa kemudahan bisnis, kesehatan yang lebih baik, atau bahkan kebahagiaan batin yang sulit diukur dengan angka.
Sejarah Islam mencatat banyak kisah para sahabat Nabi yang membuktikan hal ini. Utsman bin Affan, seorang saudagar kaya, dikenal karena kemurahan hatinya dalam mendermakan hartanya untuk Islam. Saat kaum Muslimin mengalami krisis air di Madinah, Utsman membeli sumur milik seorang Yahudi dengan harga mahal dan menghibahkannya untuk kepentingan umum. Apa yang terjadi kemudian? Allah memberkahi hartanya hingga ia tetap menjadi salah satu sahabat terkaya di masa itu.
Infaq Sebagai Kunci Keberlanjutan Harta
Banyak orang takut miskin jika terlalu banyak memberi. Mereka khawatir bahwa harta yang dikeluarkan tidak akan kembali. Namun, pandangan ini bertolak belakang dengan prinsip Islam. Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam karyanya Madarij as-Salikin menjelaskan bahwa sedekah adalah pintu rezeki, bukan penghalang.
Dalam kehidupan modern, kita bisa melihat bagaimana pengusaha-pengusaha sukses dunia memiliki kebiasaan memberi. Di dunia Islam, banyak filantropis Muslim yang terus bertambah kekayaannya meski mereka rutin menyisihkan harta untuk membantu kaum duafa. Salah satu contohnya adalah Abdul Sattar Edhi, pendiri Edhi Foundation di Pakistan, yang mendermakan hampir seluruh hartanya untuk amal tetapi tetap menjalani kehidupan yang cukup dan berkecukupan.
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
“Wahai anak Adam! Berinfaqlah, maka Aku akan memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)
Allah menjamin bahwa siapa yang mengeluarkan hartanya di jalan kebaikan, maka akan ada penggantinya. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga menegaskan bahwa keberkahan dalam harta tidak selalu berarti jumlah yang bertambah, tetapi juga dalam bentuk ketenangan hati, dijauhkan dari musibah, dan dipermudah dalam segala urusan.
Harta yang Tak Pernah Habis
Salah satu bentuk infak yang paling bernilai adalah wakaf, yakni memberikan harta untuk kepentingan umum secara terus-menerus. Konsep ini menjelaskan bagaimana harta seseorang bisa terus bermanfaat bahkan setelah ia meninggal dunia. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Wakaf merupakan manifestasi dari sedekah jariyah. Dalam sejarah Islam, kita melihat bagaimana Khalifah Umar bin Khattab mewakafkan tanahnya di Khaibar untuk kaum Muslimin. Hingga kini, tanah-tanah wakaf terus mengalirkan manfaat bagi umat, membuktikan bahwa harta yang diberikan di jalan Allah tidak pernah benar-benar habis.
Dalam konteks modern, kita bisa melihat bagaimana lembaga-lembaga amal yang didirikan oleh para dermawan mampu bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun, seperti Al-Azhar di Mesir yang hingga kini tetap menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam berkat sistem wakafnya.
Kesimpulannya, kedermawanan bukan hanya soal memberi, tetapi juga soal membangun keberlanjutan. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah tidak akan membuat seseorang miskin, melainkan justru membuka pintu keberkahan yang tidak terduga. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta, dan Allah tidak menambah kepada seseorang yang memberi maaf kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Dia akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
Dengan keyakinan ini, kita tidak perlu takut untuk berbagi. Karena sejatinya, dalam setiap rupiah yang kita keluarkan untuk membantu sesama, ada janji keberkahan yang tak ternilai dari Allah.