Dana Abadi Harvard Tembus Rp 839 Triliun, Harusnya Para Pengelola Universitas Di Indonesia Mulai Melakukannya Demi Kurangi Beban Mahasiswa

bintangbisnis

Dana abadi Universitas Harvard (Amerika Serikat) atau yang dikenal sebagai Harvard Endowment Fund, merupakan dana abadi universitas terbesar di dunia, mencapai nilai fantastis sebesar USD 53,2 miliar (sekitar Rp 839 triliun, menggunakan kurs Rp 15.800/USD). Dana ini dikelola oleh Harvard Management Company dan menghasilkan pengembalian investasi sebesar 9,6% pada tahun fiskal 2024, lebih tinggi dari target jangka panjang universitas yaitu 8%. Keuntungan yang diperoleh dari investasi ini tidak hanya mendukung operasional universitas, tetapi juga memperkuat berbagai inisiatif pendidikan, bantuan finansial bagi mahasiswa, riset, dan pengembangan fakultas.

Model pengelolaan dana abadi yang sukses seperti ini memberikan inspirasi penting bagi universitas di Indonesia untuk mengembangkan mekanisme serupa dalam pembiayaan kampus. Dengan memanfaatkan manajemen investasi profesional, universitas dapat menciptakan sumber pendapatan mandiri yang berkelanjutan, yang dapat membantu mengurangi ketergantungan pada biaya pendidikan mahasiswa atau dana pemerintah.

Harvard Endowment: Lebih dari Sekadar Investasi

Portofolio dana abadi Harvard ini terdiversifikasi dengan sangat baik, mencakup 39% dalam bentuk investasi pada saham ekuitas (saham) perusahaan swasta dan 32% dalam hedge funds, sementara sisanya ditempatkan di ekuitas publik dan aset lainnya. Investasi dalam ekuitas swasta dan hedge funds ini menghasilkan kinerja yang kuat, membuktikan keberhasilan strategi diversifikasi Harvard dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Sebagai perbandingan, kenaikan ini mengungguli kinerja S&P 500 yang berada pada 22,7% selama periode yang sama.

Setiap tahun, Harvard membagikan hasil dari dana abadi ini ke berbagai program universitas. Pada tahun fiskal 2024, kontribusi dana abadi Harvard mencapai USD 2,4 miliar (sekitar Rp 37,9 triliun) untuk mendukung anggaran operasional, termasuk dana beasiswa, gaji fakultas, dan penelitian inovatif. Pembiayaan ini memastikan kelangsungan program pendidikan yang berkualitas tinggi dan membantu menarik serta mempertahankan tenaga pengajar yang unggul.

 

Pelajaran untuk para pengelola universitas di Indonesia, demi kurangi beban biaya mahasiswa

 

Di Indonesia, potensi pengelolaan dana abadi yang mandiri ini masih minim dimanfaatkan oleh banyak perguruan tinggi, terutama universitas negeri yang mengandalkan dana dari pemerintah. Hanya sedikit universitas yang memiliki struktur dana abadi untuk mendukung operasional jangka panjangnya, dan yang ada pun sering kali belum dikelola secara optimal. Dengan mengadopsi strategi Harvard, universitas di Indonesia bisa membangun fondasi keuangan yang lebih kokoh, yang pada akhirnya akan menguntungkan mahasiswa, fakultas, dan keseluruhan ekosistem pendidikan.

Belajar dari pola dan strategi yang dilakukan Harvard, pengelola universitas di Indonesia perlu mengalokasikan dana abadi ke instrumen yang lebih beragam dan berpotensi menghasilkan keuntungan lebih tinggi, seperti ekuitas swasta dan hedge funds. Pendekatan ini, meski berisiko, dapat menghasilkan keuntungan yang besar jika dikelola dengan manajemen risiko yang ketat dan profesional.

Dalam membangun dana abadi, universitas di Indonesia bisa mulai dengan membangun portofolio yang berisi aset-aset yang mudah dikelola dan dikembangkan secara bertahap. Tahap awal ini mungkin tidak sebesar dana abadi Harvard, namun pengembangan jangka panjang akan membuka peluang baru untuk menghasilkan pendapatan berkelanjutan. Hal ini bisa dimulai dengan dana alumni, kerja sama dengan perusahaan, dan bahkan kemitraan dengan investor yang tertarik untuk mendukung pendidikan.

Langkah awal yang dapat ditempuh, misalnya, adalah dengan mendorong para alumni dan masyarakat untuk berkontribusi dalam program dana abadi melalui donasi yang terstruktur. Kemudian, dana yang terkumpul bisa dikelola oleh tim profesional, baik dari kalangan internal maupun melalui kemitraan dengan perusahaan investasi.

Kesuksesan Harvard dalam mengelola dana abadi adalah bukti nyata bahwa pendidikan dapat didukung oleh sumber daya finansial mandiri yang tumbuh dari waktu ke waktu. Dengan membangun dana abadi yang kuat, universitas di Indonesia tidak hanya memperkuat kapasitas finansialnya, tetapi juga mengurangi beban biaya pendidikan bagi mahasiswa. Jangan sampai kalangan miskin tak bisa kuliah karena biaya kuliah yang makin selangit alias kalangan menengah-bawah semakin termehek-mehek untuk bisa membayar SPP.  Selain itu, kuatnya dana abadi itu akan membuat universitas dapat memaksimalkan kualitas pendidikan dengan meningkatkan jumlah beasiswa, dana riset, dan menarik fakultas berkualitas tinggi. (JAK)

Share This Article