20 Saham Potensial Cuan Terbesar di BEI 2026: Rekomendasi Bagi Investor

bintangbisnis

Di tengah pasar saham yang semakin matang dan kompetitif, investor Indonesia mulai menggeser strategi. Jika satu dekade lalu saham perbankan dan rokok menjadi jangkar portofolio, kini sebagian investor justru mencari sumber imbal hasil di luar sektor-sektor mapan tersebut. Alasannya sederhana: valuasi yang semakin penuh, pertumbuhan yang melambat, serta kebutuhan akan eksposur baru pada sektor-sektor yang tumbuh seiring perubahan struktur ekonomi nasional.

Indonesia tengah berada dalam fase transisi ekonomi—menuju digitalisasi, hilirisasi sumber daya alam, penguatan konsumsi domestik, serta pembangunan infrastruktur dan energi baru. Di fase seperti ini, peluang cuan terbesar sering kali justru muncul dari sektor non-keuangan, di mana volatilitas lebih tinggi tetapi potensi pertumbuhannya juga jauh lebih besar.

Berikut adalah dua puluh saham di Bursa Efek Indonesia, di luar sektor perbankan, asuransi, dan rokok, yang dinilai memiliki prospek menarik bagi investor dengan horizon menengah hingga panjang.

Emiten Berbasis Sumber Daya dan Hilirisasi

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tetap menjadi salah satu saham unggulan dalam tema hilirisasi. Posisi strategisnya dalam rantai pasok nikel dan emas memberi ANTM eksposur langsung terhadap agenda besar pemerintah dalam pengembangan industri kendaraan listrik. Selain itu, statusnya sebagai BUMN memberikan akses terhadap proyek-proyek strategis nasional, meskipun volatilitas harga komoditas tetap menjadi faktor risiko.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menempati posisi unik sebagai produsen nikel berstandar ESG tinggi. Investor menilai INCO menarik bukan hanya karena komoditasnya, tetapi juga karena disiplin operasional, neraca yang kuat, dan pendekatan keberlanjutan yang semakin relevan bagi investor institusional global.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menawarkan cerita pertumbuhan yang lebih agresif. Dengan portofolio emas dan tembaga, MDKA menjadi pilihan bagi investor yang mencari leverage terhadap harga logam mulia dan logam industri. Risiko utang dan belanja modal besar diimbangi dengan potensi kenaikan nilai aset jangka panjang.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), meskipun bergerak di batu bara, masih dipandang menarik berkat struktur biaya rendah dan arus kas yang kuat. PTBA juga mulai melakukan diversifikasi ke energi baru, yang memberi nilai tambah bagi investor jangka panjang.

Energi dan Transisi Menuju Ekonomi Rendah Karbon

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencerminkan transformasi konglomerasi energi Indonesia. Dari petrokimia hingga energi terbarukan, BRPT menawarkan eksposur pada sektor energi dengan pendekatan jangka panjang. Volatilitas harga sahamnya tinggi, namun sering menjadi magnet bagi investor bertipe oportunistik.

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dinilai menarik karena arah strateginya yang jelas menuju energi hijau dan kendaraan listrik. Transformasi bisnis ini memang belum sepenuhnya tercermin dalam kinerja keuangan, tetapi pasar melihat potensi rerating valuasi jika strategi tersebut berhasil dieksekusi.

PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) berada di persimpangan petrokimia dan energi. Dengan proyek amonia dan LNG, ESSA menawarkan eksposur pada permintaan energi industri dan peluang ekspor, meskipun sensitivitas terhadap siklus global tetap tinggi.

Infrastruktur, Konstruksi, dan Properti Produktif

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) menjadi salah satu kontraktor yang dinilai relatif disiplin dalam manajemen risiko. Dengan fokus pada proyek properti dan infrastruktur swasta, NRCA memiliki peluang memanfaatkan pemulihan sektor konstruksi tanpa terlalu bergantung pada proyek pemerintah.

PT PP Properti Tbk (PPRO), meskipun menghadapi tantangan likuiditas di masa lalu, mulai menarik perhatian investor spekulatif yang melihat potensi turnaround, terutama jika sektor properti residensial kembali bergairah.

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tetap relevan sebagai operator jalan tol utama. Stabilitas pendapatan berbasis tarif dan potensi restrukturisasi aset membuat JSMR menjadi pilihan defensif di sektor infrastruktur non-keuangan.

Telekomunikasi dan Ekonomi Digital

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih menjadi tulang punggung ekonomi digital nasional. Meski pertumbuhan bisnis telekomunikasi tradisional melambat, peluang di pusat data, cloud, dan layanan digital memberi TLKM daya tarik jangka panjang.

PT XL Axiata Tbk (EXCL) dinilai menarik karena potensi efisiensi dan konsolidasi industri. Dengan struktur pasar yang semakin rasional, EXCL memiliki ruang untuk meningkatkan margin.

PT Data Center Indonesia Tbk (DCII) merepresentasikan tema data dan komputasi awan. Permintaan pusat data yang terus meningkat menjadikan DCII saham tematik yang sering diburu investor, meskipun valuasinya relatif mahal.

Konsumer dan Rantai Pasok Pangan

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menawarkan stabilitas melalui bisnis pangan dasar. Diversifikasi produk dan kekuatan distribusi nasional menjadikan INDF relatif tahan terhadap fluktuasi ekonomi.

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dipandang menarik sebagai pemain utama protein hewani. Permintaan domestik yang besar menjadi penopang utama, meskipun margin sangat bergantung pada harga bahan baku global.

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menjadi pilihan investor yang mencari pertumbuhan konsumer dengan ekspansi global. Produk-produk Mayora yang kuat di pasar ekspor memberi diversifikasi pendapatan yang menarik.

Media, Teknologi, dan Saham Tematik

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mencerminkan kombinasi media, teknologi, dan investasi digital. Meski kinerjanya fluktuatif, EMTK sering menjadi proxy bagi pertumbuhan ekonomi digital domestik.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), meskipun masih mencatatkan kerugian, tetap berada dalam radar investor jangka panjang. Skala ekosistem dan potensi monetisasi menjadi daya tarik utama, meski risikonya sangat tinggi.

PT MNC Studios International Tbk (MSIN) menarik bagi investor yang percaya pada nilai konten dan intellectual property di era streaming, meskipun ketergantungan pada grup induk tetap menjadi perhatian.

Menimbang Risiko dan Peluang

Dua puluh saham ini menunjukkan bahwa peluang cuan di BEI tidak hanya datang dari sektor keuangan atau industri mapan. Justru di sektor-sektor yang sedang bertransformasi, potensi pertumbuhan sering kali lebih besar, meskipun dibarengi volatilitas yang tinggi.

Bagi investor, kunci utamanya adalah selektivitas dan kesabaran. Tidak semua saham akan bergerak serentak, dan tidak semua cerita pertumbuhan akan berakhir sesuai ekspektasi. Namun di tengah perubahan struktur ekonomi Indonesia, saham-saham non-bank ini menawarkan kesempatan untuk membangun portofolio yang lebih dinamis dan berorientasi masa depan. (Redaksi)

__________________________________

Share This Article