Kinerja BTN 2016, Laba Tumbuh 25,40% Pada Semester I

bintangbisnis
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan kinerja keuangan semester I 2016 dengan peningkatan laba bersih sebesar 25,40% menjadi Rp1,042 Triliun dari Rp 850 Milyar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan operasional BTN, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp3,696 Triliun dan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp584 Milyar. 
Pendapatan bunga bersih ini tumbuh 15,71% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,194 Triliun. Sementara pendapatan operasional lainnya tumbuh 12,56% dari tahun 2015 yang sebesar Rp519 Milyar. BTN mencapai hasil kinerja semester I 2016 yang positif. Demikian Maryono Direktur Utama BTN menjelaskan usai paparan kinerja BTN semester I 2016 di Jakarta, Senin 25 Juli 2016.
Maryono menambahkan BTN masih menjadi pemimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan pangsa pasar 31%. Kredit yang disalurkan BTN selama semester I 2016 tumbuh 18,39% dari Rp126,125 Triliun pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp149,316 Triliun. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh penyaluran kredit ke sektor perumahan sebesar Rp135,745 Triliun yang tumbuh 20,23% dari tahun sebelumnya sebesar Rp112,903 Triliun. Kredit non perumahan sebesar Rp13,571 Triliun atau tumbuh 2,64% dari tahun 2015 yang sebesar Rp13,223 Triliun.     
Kredit ke sektor perumahan disalurkan untuk mendukung kredit perumahan subsidi  dan kredit perumahan non subsidi. Kredit subsidi mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi sebesar Rp49,804 Triliun atau tumbuh 31,18%  dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp38,011 Triliun. Sementara kredit non subsidi tercatat tumbuh 14,88% dari sebesar Rp49,755 Triliun pada tahun 2015 menjadi Rp57,158 Triliun pada semester I tahun 2016.
Sementara itu Bank BTN mencatatkan Dana pihak ketiga meningkat 17,29% menjadi Rp134,555  Triliun pada akhir Juni 2016. Sementara posisi tahun 2015 Dana Pihak Ketiga BTN tercatat sebesar Rp114,749 Triliun. Dan Bank BTN berhasil meningkatkan Asset menjadi Rp.189,513 Triliun atau tumbuh 21,52% dari posisi Asset tahun 2015 yang sebesar Rp155,952 Triliun.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan sementara tren industry menunjukkan NPL yang terus naik, rasio kredit bermasalah (NPL) BTN turun dari 4,70% pada tahun 2015 menjadi 3,41% pada tahun 2016. BTN secara proaktif mempertahankan posisi likuiditas dan basis permodalan yang solid. Pada semester I 2016 rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 22,07%.
Fokus core business
Bank BTN tetap konsisten terhadap core business-nya dalam bidang pembiayaan perumahan. Kinerja Perseroan semester  I 2016 masih menunjukkan konsistensi Bank BTN pada bisnis utamanya tersebut.  Ini dapat dilihat dari porsi pembiayaan pada kredit perumahan masih mendominasi dengan komposisi 90,91% atau sebesar Rp135,745 Triliun dari total kredit yang disalurkan Perseroan selama semester I 2016 sebesar Rp149,316 Triliun. Sementara sisanya yang sebesar 9,09 atau sebesar Rp13,571 Triliun disalurkan untuk pembiayaan kredit non perumahan.
Bank BTN masih menguasai pasar pembiayaan perumahan di Indonesia. Pangsa pasar Bank BTN tercatat 31,72% masih berada diatas BCA (17,3%), BNI (10,1%), Mandiri (8,9%), BRI (4,7%), Niaga (6,7%) sementara sisanya sekitar 20,7% dikuasai oleh bank-bank lain. Kami masih menguasai pasar perumahan di Indonesia dan posisi ini akan kami pertahankan dan terus diupayakan peningkatannya, tegas Maryono.
Hingga Semester I 2016  pencapaian program sejuta rumah telah mencapai sebesar 400.982 unit dengan rincian KPR sebanyak 100.175 unit dan dukungan konstruksi sebanyak 300.807 unit. Adapun jumlah kredit yanng telah disalurkan BTN adalah sebesar Rp42,063 Triliun.
Ingin berperan dalam Tax Amnesy
Dalam rangka mensukseskan Tax Amnesty, BTN secara aktif akan menerbitkan sejumlah instrumen untuk menampung dana repatriasi yang masuk, antara lain berupa EBA dengan target penerbitan mencapai Rp 10 Triliun. Penerbitan EBA tersebut adalah salah satu usaha perseroan untuk dapat ikut serta menyerap dana repatriasi yang akan masuk.
Selain EBA, Bank BTN juga menyiapkan instrument investasi lain untuk menampung dana tax amnesty. Dari mulai simpanan biasa seperti tabungan, deposito dan giro. Kemudian juga instrument investasi lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi, negotiable certificate of deposit (NCD) dan medium term notes (MTN).
Maryono mengungkapkan dana repatriasi yang dibidik BTN mencapai Rp50 Triliun dari kebijakan amnesti pajak yang akan difokuskan pada penyaluran ke sektor riil atau sesuai dengan core business BTN. Dana ini akan sangat membantu dalam menyukseskan program sejuta rumah yang dilakukan pemerintah.
Untuk penyaluran dana tax amnesty tersebut sudah disiapkan BTN secara matang. Ini dimaksudkan agar dana tax amnesty yang masuk ke BTN bisa segera disalurkan seperti melakukan relaksasi pemberian kredit kepada pengembang yang akan membeli tanah untuk dibangun proyek rumah bersubsidi. Kelonggaran dari BTN tersebut bakal menjadi modal yang baik bagi pengembang dalam program pembangunan perumahan. Hal ini dikarenakan tanah adalah komponen biaya yang besar dalam proyek pembangunan rumah. 
Bisnis syariah terus tumbuh
Syariah Bank BTN saat ini masih berstatus UUS (unit usaha syariah). Meskipun demikian UUS Bank BTN sangat terkelola dengan baik. Ini dapat terlihat dari kinerjanya pada semester I 2016 dengan Asset tercatat sebesar Rp15,803 Triliun atau tumbuh 33,59% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp11,829  Triliun. Penghimpunan dana UUS Bank BTN juga meningkat dari Rp9,232 Triliun pada tahun 2015 menjadi Rp12,991 Triliun atau meningkat 40,72%.
Sementara untuk pembiayaan UUS Bank BTN tercatat sebesar Rp12,443 Triliun atau tumbuh 22,29% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,174 Triliun.  UUS Bank BTN telah mencatatkan keuntungan  sebesar Rp151,30 Milyar. Keuntungan  ini tumbuh 15,67% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp130,80 Milyar.
Share This Article