Sektor properti global diproyeksikan mengalami peningkatan investasi signifikan pada tahun 2025, dengan pertumbuhan potensial mencapai hingga 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Aset utama yang diprediksi menarik minat investor meliputi hotel, pengembangan perumahan, hunian mahasiswa, dan pusat data. Stabilisasi dan kemungkinan penurunan suku bunga diharapkan memfasilitasi pembiayaan untuk transaksi berskala besar. Selain itu, permintaan yang belum terpenuhi di sektor logistik dan perhotelan diperkirakan akan mendorong pendapatan bagi pemilik aset tersebut. Namun, perkantoran tetap menjadi aset yang kurang diminati investor akibat ketidakpastian ekonomi dan tren kerja jarak jauh. Faktor lain seperti demografi, digitalisasi, dan kriteria ESG juga akan mempengaruhi keputusan investasi. Prospek optimis terlihat di Spanyol berkat kinerja ekonomi yang lebih baik dan kebijakan yang mendorong penawaran perumahan serta proyek urban.
Di Indonesia, sektor properti diprediksi tetap stabil dengan potensi pertumbuhan antara 2,2% hingga 2,3% pada tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 1,9% dalam satu dekade terakhir. Pengamat properti M. Gali Ade Nofrans mengaitkan optimisme ini dengan pembentukan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) serta berbagai regulasi dan insentif baru dari pemerintah yang diharapkan dapat mendorong penjualan properti di tanah air.
Namun, tantangan tetap ada. Survei Knight Frank Indonesia mengidentifikasi beberapa isu yang diprediksi akan menjadi tantangan dalam pertumbuhan sektor properti tahun 2025, seperti pelemahan daya beli segmen menengah, tingginya harga tanah, dan kenaikan suku bunga.
Tren hunian pada tahun 2025 diperkirakan akan berfokus pada rumah dengan teknologi smart home terkini, desain hemat energi, dan ruang serba guna untuk berbagai kegiatan. Pandemi telah mengubah persepsi masyarakat terhadap hunian, yang kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dan beristirahat, tetapi juga sebagai tempat bekerja, belajar, dan hiburan.
Investasi properti untuk disewakan juga menunjukkan prospek cerah. Dengan semakin tingginya harga properti dan perubahan pola hidup masyarakat, semakin banyak orang yang memilih untuk menyewa daripada membeli hunian. Bagi para investor, ini adalah peluang besar untuk mendapatkan pendapatan pasif dari aset properti, sambil memanfaatkan kenaikan nilai properti di masa depan. Namun, memahami tren dan dinamika pasar menjadi kunci untuk memaksimalkan keuntungan.
Di sisi lain, beberapa sektor properti diprediksi menghadapi tantangan. Ishak Chandra, CEO Triniti Land, menilai bahwa meskipun sektor properti secara umum akan bangkit pada tahun 2025, ada empat sektor yang diramal sulit berkembang, yaitu perkantoran, mal, hotel bintang tiga ke bawah, dan apartemen. Sektor-sektor ini dinilai memiliki daya beli yang rendah, sementara ruang yang tersedia cukup banyak dan masih dapat bertambah.
Secara global, investasi properti diperkirakan akan meningkat, dengan fokus pada aset seperti hotel, pengembangan perumahan, hunian mahasiswa, dan pusat data. Stabilisasi dan kemungkinan penurunan suku bunga diharapkan memfasilitasi pembiayaan untuk transaksi berskala besar. Selain itu, permintaan yang belum terpenuhi di sektor logistik dan perhotelan diperkirakan akan mendorong pendapatan bagi pemilik aset tersebut. Namun, perkantoran tetap menjadi aset yang kurang diminati investor akibat ketidakpastian ekonomi dan tren kerja jarak jauh. Faktor lain seperti demografi, digitalisasi, dan kriteria ESG juga akan mempengaruhi keputusan investasi. Prospek optimis terlihat di Spanyol berkat kinerja ekonomi yang lebih baik dan kebijakan yang mendorong penawaran perumahan serta proyek urban.
Di Indonesia, sektor properti diprediksi tetap stabil dengan potensi pertumbuhan antara 2,2% hingga 2,3% pada tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 1,9% dalam satu dekade terakhir. Pengamat properti M. Gali Ade Nofrans mengaitkan optimisme ini dengan pembentukan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) serta berbagai regulasi dan insentif baru dari pemerintah yang diharapkan dapat mendorong penjualan properti di tanah air.
DETIK.COM
Namun, tantangan tetap ada. Survei Knight Frank Indonesia mengidentifikasi beberapa isu yang diprediksi akan menjadi tantangan dalam pertumbuhan sektor properti tahun 2025, seperti pelemahan daya beli segmen menengah, tingginya harga tanah, dan kenaikan suku bunga.
Tren hunian pada tahun 2025 diperkirakan akan berfokus pada rumah dengan teknologi smart home terkini, desain hemat energi, dan ruang serba guna untuk berbagai kegiatan. Pandemi telah mengubah persepsi masyarakat terhadap hunian, yang kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dan beristirahat, tetapi juga sebagai tempat bekerja, belajar, dan hiburan.