Dalam kehidupan dunia, manusia sering kali terobsesi dengan keuntungan materi. Mereka bekerja keras, berinvestasi, dan berbisnis untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, ada satu bentuk perdagangan yang dijamin tidak akan merugi, yakni tijarotan lan tabuuron atau perdagangan dengan Allah SWT. Konsep ini disebut dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Fatir ayat 29:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi.” (QS. Fatir: 29)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ada perdagangan khusus yang dilakukan manusia dengan Allah, yang keuntungannya dijamin dan tidak akan mengalami kerugian. Namun, apakah bentuk perdagangan ini? Siapa yang bisa melakukannya? Bagaimana menurut pandangan ulama tentang konsep ini? Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang tijarotan lan tabuuron dan bagaimana kita bisa menjadi pelaku bisnis yang tidak pernah rugi dalam timbangan Allah.
Esensi Perdagangan dengan Allah
Dalam dunia bisnis konvensional, seseorang berinvestasi dengan harapan mendapatkan laba. Namun, ada risiko rugi jika pasar tidak berpihak kepadanya. Berbeda dengan perdagangan duniawi, perdagangan dengan Allah tidak memiliki risiko kerugian karena Allah SWT sendiri yang menjaminnya. Ulama menjelaskan bahwa tijarotan lan tabuuron adalah metafora dari amal ibadah yang dikerjakan oleh hamba-Nya dengan keikhlasan dan istiqamah.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menunjukkan bahwa Allah menjanjikan keuntungan besar kepada hamba-Nya yang menjalankan tiga hal utama:
- Membaca dan mengamalkan Al-Qur’an
- Mendirikan salat dengan khusyuk dan istiqamah
- Menginfakkan harta di jalan Allah, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi
Ketiga elemen ini merupakan bentuk investasi yang hasilnya tidak hanya kembali dalam bentuk keberkahan dunia, tetapi juga ganjaran di akhirat. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim No. 2588)
Hal ini menegaskan bahwa investasi dalam amal saleh akan berlipat ganda, baik secara materi maupun spiritual.
Siapa Saja yang Berdagang dengan Allah?
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis, ada beberapa kelompok yang disebut sebagai pedagang yang berbisnis dengan Allah. Mereka adalah:
- Orang yang Berinfaq dan Bersedekah
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (QS. Al-Baqarah: 245)
Menurut Imam Al-Qurtubi, ayat ini menegaskan bahwa sedekah yang diberikan dengan ikhlas di jalan Allah akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipat. Ibnu Taimiyyah menambahkan bahwa sedekah bukan sekadar mengeluarkan harta, tetapi investasi bagi kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Orang yang Mengajarkan Ilmu Agama
Rasulullah SAW bersabda:
“Ketika seseorang meninggal dunia, amalnya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim No. 1631)
Para ulama menyebut bahwa ilmu adalah salah satu bentuk perdagangan dengan Allah karena manfaatnya terus mengalir. Seseorang yang mengajarkan ilmu agama berarti sedang menanam investasi amal yang tidak akan habis, bahkan setelah ia meninggal.
- Orang yang Jujur dalam Berniaga
Dunia bisnis sering kali dikaitkan dengan tipu daya dan kecurangan, tetapi Islam mengajarkan bahwa pedagang yang jujur mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi No. 1209)
Menurut Imam Al-Ghazali, kejujuran dalam perdagangan adalah bentuk ibadah yang akan mendatangkan keberkahan dan ridha Allah.
- Orang yang Berjihad di Jalan Allah
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 111)
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa mereka yang berjuang di jalan Allah telah melakukan perdagangan dengan-Nya, dan balasannya adalah surga. Jihad tidak hanya berarti perang fisik, tetapi juga mencakup perjuangan dalam berdakwah, menegakkan kebenaran, dan memperjuangkan keadilan.
Keuntungan Perdagangan dengan Allah
Setiap perdagangan pasti memiliki keuntungan, dan perdagangan dengan Allah memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
- Keberkahan Harta dan Usaha Allah menjanjikan bahwa orang yang bersedekah dan berinfak tidak akan mengalami kekurangan harta, melainkan justru akan bertambah.
- Balasan yang Berlipat Ganda Dalam QS. Al-Baqarah ayat 261, Allah menyebutkan bahwa orang yang bersedekah akan mendapatkan balasan hingga 700 kali lipat.
- Ketenangan dan Keberkahan Hidup Orang yang berbisnis dengan Allah akan mendapatkan ketenangan hati, jauh dari rasa takut dan khawatir dalam kehidupan dunia.
- Kesuksesan di Dunia dan Akhirat Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahmi.” (HR. Bukhari No. 2067)
- Surga sebagai Balasan Tertinggi Keuntungan terbesar dari perdagangan dengan Allah adalah jaminan surga bagi mereka yang menjalankannya dengan ikhlas dan istiqamah.
Konsep tijarotan lan tabuuron dalam Islam adalah bentuk perdagangan yang menjanjikan keuntungan tanpa risiko kerugian. Mereka yang melibatkan diri dalam perdagangan ini adalah orang-orang yang bersedekah, mengajarkan ilmu, berdagang dengan jujur, dan berjihad di jalan Allah. Keuntungan dari perdagangan ini tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mulai berdagang dengan Allah dengan cara memperbanyak amal saleh, bersedekah dengan ikhlas, menebar ilmu, dan menjalankan bisnis dengan prinsip kejujuran. Dengan begitu, kita akan meraih keberkahan rezeki dan kehidupan, serta mendapatkan keuntungan yang abadi di akhirat.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang berdagang dengan Allah dan mendapatkan keuntungan yang tidak pernah merugi. Aamiin.