Toxic berhaviour. Apakah Anda sering merasa bahwa karyawan di perusahaan Anda tidak bertahan lama? Atau mungkin Anda kesulitan mempertahankan pelanggan yang setia? Jika ya, mungkin ada perilaku yang tanpa sadar Anda lakukan yang berdampak buruk pada hubungan bisnis Anda. Dalam artikel berjudul “6 Toxic Behaviors That Push People Away: How to Recognize Them in Yourself and Change Them” karya Kathy Caprino, dijelaskan perilaku-perilaku yang dapat membuat orang-orang menjauh dari kita, serta langkah-langkah untuk mengenali dan mengubah kebiasaan tersebut.
Toxic Behaviors. Perilaku beracun sering kali tidak disadari oleh orang yang melakukannya. Bisa jadi Anda merasa bahwa cara Anda berinteraksi dengan tim, mitra, atau pelanggan adalah hal yang wajar, padahal perilaku tersebut justru menciptakan lingkungan yang tidak kondusif. Akibatnya, banyak karyawan yang merasa tidak betah dan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Pelanggan pun bisa beralih ke pesaing yang lebih memahami kebutuhan mereka, sementara mitra bisnis mulai merasa jenuh dan terganggu dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak produktif.
Salah satu perilaku yang paling sering muncul adalah kecenderungan untuk selalu mengkritik tanpa memberikan solusi yang konstruktif. Meskipun kritik dapat membantu dalam meningkatkan kualitas kerja, kritik yang terus-menerus tanpa diimbangi dengan pujian atau dukungan bisa membuat orang merasa tidak dihargai. Dalam lingkungan kerja, hal ini dapat menurunkan motivasi karyawan, karena mereka merasa usaha mereka selalu kurang di mata atasan. Sementara itu, pelanggan yang sering kali menerima umpan balik negatif tanpa penjelasan yang jelas tentang cara memperbaiki situasi juga bisa merasa kecewa dan akhirnya mencari produk atau layanan dari tempat lain.
Selain itu, kebiasaan tidak mendengarkan pendapat orang lain bisa menjadi faktor utama yang merusak hubungan. Dalam bisnis, sangat penting untuk mempertimbangkan masukan dari karyawan, mitra, dan pelanggan. Jika Anda cenderung mengabaikan pendapat orang lain dan selalu merasa bahwa ide atau keputusan Anda adalah yang terbaik, hal ini bisa membuat mereka merasa tidak dihargai atau tidak dianggap penting. Akibatnya, semangat kerja menurun dan pelanggan merasa kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang mungkin berdampak langsung pada mereka.
Perilaku lainnya yang sering kali luput dari perhatian adalah kecenderungan untuk bersikap pasif-agresif. Sikap ini biasanya muncul dalam bentuk sindiran atau komentar yang seolah-olah bercanda, tetapi sebenarnya penuh dengan nada sinis. Meskipun mungkin dimaksudkan untuk menyampaikan ketidakpuasan secara tidak langsung, sikap pasif-agresif bisa menciptakan suasana yang tidak nyaman dan penuh ketidakpastian. Karyawan mungkin merasa bingung tentang apa yang sebenarnya diharapkan dari mereka, sementara pelanggan dan mitra bisa merasa tersinggung dan kehilangan kepercayaan.
Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi dan mengubah perilaku-perilaku beracun tersebut? Langkah pertama adalah kesadaran diri. Anda perlu jujur terhadap diri sendiri dan mengevaluasi bagaimana cara Anda berinteraksi dengan orang lain dalam konteks bisnis. Apakah Anda cenderung mengkritik lebih banyak daripada memberi pujian? Apakah Anda mendominasi diskusi tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara? Kesadaran diri adalah kunci untuk memulai perubahan, karena hanya dengan memahami di mana letak masalahnya, Anda bisa mulai mencari solusi yang tepat.
Langkah selanjutnya adalah meminta umpan balik dari orang-orang di sekitar Anda. Terkadang, kita tidak menyadari bahwa perilaku kita dianggap mengganggu atau merugikan oleh orang lain. Dengan meminta masukan dari karyawan, mitra, atau bahkan pelanggan, Anda dapat memahami pandangan mereka tentang cara Anda berinteraksi dan aspek apa saja yang mungkin perlu diperbaiki. Menerima kritik dengan sikap terbuka dan tidak defensif akan membantu Anda tumbuh dan memperbaiki diri.
Selain itu, penting juga untuk mengembangkan empati dalam setiap interaksi. Cobalah untuk menempatkan diri Anda di posisi orang lain dan mempertimbangkan perasaan serta kebutuhan mereka. Ini bisa membantu Anda mengurangi kecenderungan untuk bersikap terlalu kritis, tidak mendengarkan, atau pasif-agresif. Dengan menunjukkan bahwa Anda peduli dan menghargai pendapat mereka, Anda bisa membangun hubungan yang lebih kuat dan positif.
Perubahan juga memerlukan komitmen yang konsisten. Tidak cukup hanya menyadari dan berusaha mengubah perilaku buruk sekali atau dua kali. Anda perlu terus-menerus memantau diri dan berusaha untuk menjadi lebih baik setiap hari. Dalam jangka panjang, perubahan kecil dalam cara berinteraksi bisa menghasilkan dampak besar pada hubungan kerja dan kepuasan pelanggan.
Terakhir, manfaatkan sumber daya yang ada untuk membantu Anda berkembang sebagai pemimpin yang lebih baik. Ada banyak buku, kursus, dan pelatihan yang dapat membantu Anda mengenali dan mengatasi perilaku beracun. Mengambil inisiatif untuk belajar dan memperbaiki diri adalah tanda bahwa Anda serius dalam membangun lingkungan bisnis yang sehat dan produktif.
Perilaku beracun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diubah. Dengan kesadaran diri, kesediaan untuk menerima umpan balik, dan komitmen untuk beradaptasi, Anda dapat menciptakan hubungan yang lebih baik dengan karyawan, mitra, dan pelanggan. Pada akhirnya, perubahan ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi bisnis Anda, tetapi juga akan meningkatkan kualitas interaksi pribadi Anda secara keseluruhan.
Jika Anda merasakan bahwa bisnis Anda sedang menghadapi tantangan dalam mempertahankan karyawan atau pelanggan, ada baiknya mulai mengevaluasi apakah ada perilaku yang perlu diubah. Terkadang, langkah kecil dalam mengubah cara berinteraksi dapat menghasilkan hasil yang signifikan dan membuka jalan menuju kesuksesan yang lebih besar.