Surat Al-‘Ashr adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur’an, namun juga salah satu yang paling dalam maknanya. Hanya terdiri dari tiga ayat, namun banyak ulama menyebutnya sebagai intisari hidup manusia. Imam Syafi’i bahkan pernah mengatakan, “Jika manusia merenungi surat ini saja, niscaya itu sudah cukup bagi mereka.”
Surat ini menegaskan bahwa semua manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang memiliki empat kualitas:
-
Beriman,
-
Beramal saleh,
-
Saling menasihati dalam kebenaran, dan
-
Saling menasihati dalam kesabaran.
Namun muncul satu pertanyaan menarik: apakah keempat hal ini cukup dipenuhi satu saja untuk lepas dari kerugian, atau harus semuanya? Di sinilah pentingnya memahami kata sambung “wa” (dan) yang menjadi penghubung dalam ayat ini.
Tinjauan Bahasa Arab: Apa Arti “Wa”?
Dalam bahasa Arab, kata “wa” (وَ) umumnya berarti “dan”, sebagai kata sambung yang bersifat penghubung dan penyatu. Dalam konteks QS Al-‘Ashr ayat 3, Allah menyebutkan:
“إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ”
“…kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”
Bila dilihat secara gramatikal, kata “wa” di sini tidak berarti atau/alternatif, tapi menunjukkan keterkaitan erat dan kesatuan makna. Maka, tidak cukup hanya beriman, tapi tidak beramal. Tidak cukup hanya beramal, tapi tidak peduli pada kebenaran. Tidak cukup hanya peduli pada kebenaran, tapi tidak bersabar. Harus lengkap.
Pandangan Para Ulama Tafsir Klasik
1. Imam Fakhruddin Ar-Razi
Dalam Tafsir al-Kabir, Imam Ar-Razi menjelaskan bahwa ayat ini mengecualikan manusia dari kerugian hanya jika mereka memiliki empat hal tersebut secara utuh. Iman dan amal saleh adalah untuk memperbaiki diri sendiri, sedangkan tawāṣī (saling menasihati) dalam kebenaran dan kesabaran adalah bentuk kontribusi sosial. Keduanya saling melengkapi.
Ar-Razi menekankan bahwa agama bukan hanya urusan privat, tapi juga publik. Orang yang hanya memperbaiki diri, tetapi membiarkan masyarakat dalam kesesatan, tetap belum aman dari kerugian.
2. Imam Ibnu Katsir
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, beliau menegaskan bahwa Allah menyatakan seluruh manusia rugi kecuali mereka yang memenuhi keempat unsur tersebut. Keimanan tanpa amal akan hampa. Amal tanpa nasihat tidak membawa pengaruh luas. Nasihat tanpa kesabaran akan membuat orang mudah menyerah di tengah jalan.
Ibnu Katsir menyebut keempat unsur ini sebagai jalan keselamatan kolektif, bukan individual semata.
3. Al-Thabari dan Al-Qurthubi
Kedua mufasir ini juga memberikan penekanan yang sama. Dalam tafsir mereka, kata “wa” adalah indikator bahwa semua sifat ini merupakan satu paket, bukan pilihan atau alternatif. Allah ingin menunjukkan bahwa kehidupan manusia harus utuh dalam iman, amal, advokasi kebenaran, dan ketahanan jiwa.
Mengapa Harus Lengkap?
Surat ini seolah menjawab realitas hidup. Dunia adalah tempat ujian, waktu adalah sumber kehilangan. Jika hidup hanya untuk diri sendiri (iman dan amal), tanpa kepedulian pada orang lain (nasihat), atau tidak kuat menghadapi tantangan (kesabaran), maka tetap saja kita masuk dalam golongan yang merugi.
Maka, QS Al-‘Ashr bukan hanya formula selamat dari kerugian, tapi juga kerangka hidup ideal seorang Muslim.
Konteks Sosial: Refleksi Surat Al-‘Ashr di Masa Kini
Di zaman serba cepat dan kompetitif ini, banyak orang merasa waktu habis tanpa hasil. Padahal, Al-Qur’an sudah memberi peringatan: setiap menit yang lewat tanpa keimanan dan kontribusi adalah kerugian.
-
Iman menjaga arah hidup.
-
Amal saleh memberi manfaat nyata.
-
Tawāṣī bil-ḥaqq (nasihat dalam kebenaran) mendorong keberanian moral.
-
Tawāṣī biṣ-ṣabr (nasihat dalam kesabaran) meneguhkan jiwa saat menghadapi tekanan.
Di sinilah relevansi QS Al-‘Ashr tak pernah usang. Di tengah dunia yang individualistis, surat ini menyeru kolaborasi spiritual dan sosial.
Catatan
Jika kita membaca surat Al-‘Ashr secara lambat dan merenungi maknanya, kita akan temukan bahwa Allah tidak menyebut banyak syarat untuk selamat dari kerugian, tapi empat saja. Namun, keempatnya adalah fondasi hidup yang utuh. Tidak bisa dipilah atau diambil sepotong-sepotong.
Kata “wa” yang sederhana dalam bahasa Arab menyimpan makna luar biasa: bahwa keselamatan dari kerugian hanya bisa diraih jika seluruh elemen ini dipenuhi.
Dalam dunia yang makin cepat dan kehilangan arah, surat ini mengingatkan kita: jangan hanya sibuk memperkaya diri, tapi pastikan iman, amal, dan kepedulian terhadap sesama berjalan bersama.