Dalam sejarah Islam, terdapat sepuluh sahabat yang telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah ﷺ, yang dikenal sebagai “Al-‘Asyarah Al-Mubasyarah”. Salah satu di antara mereka adalah Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat yang terkenal dengan kekayaan, kecerdasan bisnis, dan kedermawanannya yang luar biasa. Ia tidak hanya seorang pengusaha sukses, tetapi juga seorang mukmin sejati yang menggunakan hartanya untuk mendukung perjuangan Islam.
Siapa Abdurrahman bin Auf?
Abdurrahman bin Auf lahir sekitar 10 tahun setelah Tahun Gajah, yang berarti ia lebih muda dari Nabi Muhammad ﷺ sekitar 10 tahun. Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah, tetapi setelah masuk Islam, Nabi ﷺ menggantinya menjadi Abdurrahman bin Auf. Ia berasal dari suku Quraisy, tepatnya dari Bani Zuhrah, yang juga merupakan kabilah dari ibu Rasulullah ﷺ, Aminah binti Wahb.
Kapan Abdurrahman bin Auf Masuk Islam?
Abdurrahman bin Auf termasuk dalam golongan orang-orang yang masuk Islam pada masa awal dakwah Rasulullah ﷺ di Mekah. Ia termasuk dalam kelompok pertama yang menerima dakwah Islam, yakni sebelum Rasulullah ﷺ mendirikan komunitas Islam di Madinah. Ia masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang mengajaknya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sejak masuk Islam, ia menghadapi berbagai cobaan dan tekanan dari kaum Quraisy. Namun, hal itu tidak membuatnya mundur atau meninggalkan agama yang baru ia yakini. Sebaliknya, ia tetap teguh dalam keimanannya dan bahkan ikut berhijrah ke Madinah bersama kaum Muslimin lainnya.
Sahabat yang Dijamin Masuk Surga
Rasulullah ﷺ pernah menyebutkan sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad. Dalam hadis tersebut, Rasulullah ﷺ menyebut nama Abdurrahman bin Auf sebagai salah satu di antara mereka. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki keutamaan besar di sisi Allah karena keimanan, amal shalih, serta kontribusinya terhadap Islam.
Mengapa Abdurrahman bin Auf Bisa Kaya?
Salah satu keistimewaan Abdurrahman bin Auf adalah kecerdasan dan keahliannya dalam berdagang. Ketika hijrah ke Madinah, ia datang dengan tangan kosong karena seluruh hartanya ditinggalkan di Mekah. Namun, dalam waktu singkat, ia berhasil membangun kembali kejayaannya dalam dunia bisnis.
Ketika tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari, seorang sahabat yang kaya raya. Sa’ad menawarkan separuh dari hartanya, tetapi Abdurrahman menolak dengan penuh kesopanan. Ia hanya meminta ditunjukkan pasar di Madinah, dan sejak saat itu, ia mulai berdagang sendiri.
Keberhasilannya dalam bisnis tidak lepas dari beberapa prinsip yang ia pegang teguh:
- Kejujuran – Ia tidak pernah menipu atau mengurangi timbangan dalam berdagang.
- Modal Kepercayaan – Ia selalu menjaga kepercayaan pelanggan dan mitranya dalam setiap transaksi.
- Kerja Keras – Ia tidak malas dan selalu berusaha meningkatkan kualitas dagangannya.
- Tidak Bergantung pada Orang Lain – Ia lebih memilih berusaha sendiri daripada meminta bantuan atau menerima sedekah.
Profesi dan Kemampuan Berdagang Abdurrahman bin Auf
Sejak awal, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai pedagang ulung. Ia memiliki kemampuan membaca pasar, memahami kebutuhan pelanggan, dan melihat peluang bisnis yang tidak disadari orang lain. Dalam waktu singkat, ia berhasil menjadi salah satu saudagar terkaya di Madinah.
Bisnisnya mencakup perdagangan berbagai barang, termasuk bahan makanan, tekstil, dan hewan ternak. Ia juga memiliki jaringan bisnis yang luas, baik di dalam Madinah maupun di luar kota. Keahliannya dalam bisnis membuatnya selalu mendapatkan keuntungan yang besar.
Kedermawanan Abdurrahman bin Auf
Meskipun kaya raya, Abdurrahman bin Auf dikenal sangat dermawan. Hartanya tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk membantu kaum Muslimin dan mendukung perjuangan Islam. Beberapa contoh kedermawanannya antara lain:
- Menyumbang 500 ekor kuda untuk jihad fi sabilillah.
- Menyumbang 1.500 ekor unta kepada pasukan Muslim.
- Menyumbang separuh hartanya untuk membantu umat Islam dalam berbagai kesempatan.
- Membebaskan banyak budak dengan hartanya.
- Menanggung kebutuhan para janda dan anak yatim dari kaum Muslimin.
Dukungan kepada Islam dan Perjuangan Dakwah Nabi
Abdurrahman bin Auf bukan hanya seorang pengusaha sukses, tetapi juga seorang pejuang yang selalu berada di garis depan dalam mendukung Islam. Ia ikut serta dalam hampir semua pertempuran besar bersama Rasulullah ﷺ, termasuk Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Tabuk.
Dalam Perang Tabuk, ketika pasukan Muslim kekurangan logistik, ia menyumbangkan harta dalam jumlah besar untuk membiayai pasukan. Kontribusinya yang luar biasa dalam jihad fi sabilillah menunjukkan betapa ia tidak hanya peduli pada dunia, tetapi juga pada akhiratnya.
Kata-Kata Penting Abdurrahman bin Auf Terkait Bisnis dan Kehidupan
Sebagai seorang pengusaha sukses dan sahabat Rasulullah ﷺ, Abdurrahman bin Auf memiliki banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupannya. Salah satu perkataan terkenalnya adalah:
“Jika aku mengangkat batu sekalipun, aku menemukan emas atau perak di bawahnya.”
Perkataan ini menggambarkan betapa besar keberkahan dalam usahanya. Namun, keberkahan ini tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari kerja keras, kejujuran, dan keimanannya kepada Allah.
Pelajaran yang Bisa Diteladani dari Abdurrahman bin Auf
Dari kisah Abdurrahman bin Auf, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita teladani:
- Jadilah Pengusaha yang Jujur – Kejujuran dalam bisnis adalah kunci keberkahan rezeki.
- Berani Mandiri dan Tidak Bergantung pada Orang Lain – Seperti Abdurrahman yang menolak bantuan Sa’ad bin Rabi’ dan memilih bekerja keras sendiri.
- Gunakan Harta untuk Kebaikan – Jangan hanya mengumpulkan harta, tetapi gunakan juga untuk membantu sesama.
- Selalu Bersyukur dan Rendah Hati – Meskipun kaya raya, Abdurrahman tetap rendah hati dan tidak sombong.
- Dukung Perjuangan Islam dengan Harta dan Tenaga – Sebagai Muslim, kita harus menggunakan apa yang kita miliki untuk menolong agama Allah.
Sungguh inspiratif, Abdurrahman bin Auf adalah contoh nyata bagaimana seorang Muslim bisa sukses dalam bisnis tanpa melupakan akhirat. Dengan kejujuran, kerja keras, dan kedermawanannya, ia menjadi salah satu sahabat yang paling kaya, tetapi juga paling banyak berkontribusi untuk Islam. Kisah hidupnya mengajarkan kita bahwa kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama.
Semoga kita bisa meneladani semangat dan nilai-nilai yang diterapkan oleh Abdurrahman bin Auf dalam kehidupan kita sehari-hari. Aamiin.